Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ninja Xpress: 43% Total Transaksi Belanja Online Bertanggung Jawab pada GMV E-Commerce

Ninja Xpress: 43% Total Transaksi Belanja Online Bertanggung Jawab pada GMV E-Commerce Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan jasa pengiriman berbasis teknologi sejak tahun 2015, Ninja Xpress mengeluarkan riset mengenai lanskap pembeli daring (e-shoppers) di era kernormalan baru (new normal). Hasilnya, ditemukan fase pembeli daring yang sudah terbiasa terus-menerus belanja secara daring (online) disebut e-shopaholics.

Dari temuan Ninja Xpress, 14% pembeli di Indonesia adalah e-shopaholics dan 43% dari total pembelian melalui e-commerce bertanggung jawab pada gross merchandise value (GMV) di e-commerce. Hal ini senada dikatakan Chief of Marketing Ninja Xpress, Andi Djoewarsa.

“Berdasarkan hasil riset [kami], ada yang namanya segmen baru yaitu e-shopaholics. Empat belas persen dari mereka berkontribusi terhadap 43% total pembelian melalui e-commerce. Artinya apa, walaupun berubahnya—penurunannya banyak, tapi secara nilai [GMV] bertambah,” ungkap Andi saat acara Suara UKM Negeri Vol. 3 di Jakarta pada Senin (10/7/2023). 

Baca Juga: Sekilas Aplikasi Jombingo, Berkedok E-Commerce Pakai Skema Ponzi Bawa Kabur Triliunan Rupiah

“Jadi mereka-mereka inilah yang pada akhirnya, kita semua sebagai marketer atau sebagai pemilik brand harus mengerti karakteristik [pembeli] seperti apa,” sambungnya. 

Andi juga menyebutkan, para e-shopaholics menggunakan waktu mereka untuk berbelanja kategori barang seperti makanan dan minuman segar (87%), kecantikan dan perawatan kesehatan (86%), fesyen (71%), dan elektronik atau high-tech (71%).

High-tech ini kadang-kadang bisa diambil kategorinya sesimpel aksesoris handphone dan aksesoris lainnya,” tambah Andi saat menjelaskan pemaparan tentang persentase e-shopaholic di Indonesia.

Dalam presentasinya, kategori makanan dan minuman segar hingga elektronik memiliki potensi pertumbuhan tinggi karena harga barang terjangkau dibanding furnitur dan dekorasi rumah kecil, mainan, aksesori dan perhiasan, serta peralatan elektronik dan non-elektronik yang berwarna putih.

“Jadi kalau dilihat sebenarnya, nilai transaksinya itu dimulai di bawah Rp150 ribu. Semakin ke sini [kategori furnitur hingga peralatan elektronik], semakin besar jumlah transaksinya,” beber Andi. 

Menurut Andi, meskipun terdapat empat kategori yang tinggi potensi pertumbuhannya, tetapi ledakan e-commerce mengalami perlambatan. 

“Dan empat kategori itulah potensi pertumbuhan tertinggi [yang teratas disebutkan mulai dari makanan dan minuman segar hingga elektronik]. Kami tidak bilang kami selesai bertumbuh. Kami bilang bahwa ledakan e-commerce itu melambat,” tutup Andi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: