Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Omzet Anjlok, Pelaku Usaha Pertashop Minta Jadi Penyalur Resmi LPG 3 Kg

Omzet Anjlok, Pelaku Usaha Pertashop Minta Jadi Penyalur Resmi LPG 3 Kg Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) Gunadi Broto Sudarmo berharap dapat ditunjuk sebagai pangkalan resmi LPG subsidi atau 3 kg. 

Menurutnya, dengan ditunjuk sebagai pangkalan resmi, pengusaha Pertashop bisa menutupi kekurangan dari omzet penjualan BBM jenis Pertamax yang anjlok.

"Sebagai permohonan agar kita bisa menghela napas dan tambahan income di Pertashop, kami berharap tunjuk kami sebagai pangkalan LPG 3 kg," ujar Gunadi dalam audiensi dengan Komisi VII DPR RI dipantau virtual, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga: Pengecer Pertalite Dinilai Ganggu Keberlangsungan Bisnis Pertashop

Gunadi mengatakan, hingga saat ini, Pertashop masih kesulitan untuk menjadi pangkalan resmi LPG 3 kg karena kuota sudah habis tersalurkan ke pangkalan yang sudah resmi terdaftar di agen.

"Setiap kami mohon atau pengajuan ke agen, jawabannya 'sorry bro, kuota habis'," ujarnya. 

Lanjutnya, dengan menjadi pangkalan resmi LPG 3 kg, ia berharap Pertashop bisa menjadi layaknya SPBU yang tak perlu mengajukan permohonan ke agen, melainkan terdaftar resmi di PT Pertamina (Persero).

"Agen sudah punya list dari PT Pertamina, itu SPBU-nya di mana saja, di-dropping dan di-mapping dari Pertamina, itu yang kami harapkan," ucapnya.

Harapan tersebut dilakukan karena harga jual Pertamax mengalami kenaikan hingga pernah berada di Rp 13.300 dan saat ini dijual seharga Rp12.400-Rp13.100 di sejumlah titik di Indonesia. 

Sementara harga jual Pertalite di tahun lalu naik dari Rp6.750 menjadi Rp10.000 per liter. Artinya, ada selisih harga yang cukup besar. Menurutnya, kenaikan harga Pertamax pada April 2022 lalu menjadi Rp12.500 menganggu pemasukan para pengusaha Pertashop.

"Dengan adanya disparitas harga, omzet kami menurun drastis hingga 90 persen, usaha Pertashop tidak memperoleh keuntungan, justru merugi," ujarnya.

Berdasarkan data per Desember 2022, ada 47 persen Pertashop yang hanya mampu menjual di kisaran 0-200 liter per hari. Menurutnya, dengan tingkat penjualan ini, pengusaha Pertashop mengalami kerugian.

"Dengan omzet 200 liter per hari, berapa sih keuntungannya? Kami tampilkan, omzet 200 liter per hari, dikali 30 hari, 6.000 liter. Margin kita Rp850 (per liter), laba kotor Rp5.100.000 per bulan, sedangkan dalam operasional ada gaji operator mininal dua orang Rp4 juta, masing-masing Rp2 juta, ada iuran BPJS, ada losses, dan lain sebagainya," ucapnya.

Asal tahu saja, Pertashop alias Pertamina Shop hanya diizinkan menjual produk nonsubsidi Pertamina, seperti BBM nonsubsidi, LPG nonsubsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya. 

Baca Juga: Disparitas Harga BBM Subsidi dan Nonsubsidi Bikin Pengusaha Pertashop Merugi

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: