- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Dinasti Bisnis Keluarga Salim: Kuasai Sektor Konsumsi Hingga Kelapa Sawit
Keluarga Salim adalah salah satu keluarga konglomerat paling tua di Indonesia. Generasi pertamanya, Sudono Salim, lahir pada tahun 1916 dan merantau ke Indonesia saat usianya menginjak dua puluh tahunan. Untuk bertahan hidup sekaligus mengubah nasib setelah datang dari Tiongkok, Sudono memulai bisnis pertamanya yang bergerak di bidang cengkeh.
Singkat cerita, seiring berjalannya waktu, Sudono berhasil melebarkan sayap bisnisnya hingga merambah ke berbagai bidang yang terbilang vital, seperti produksi kelapa sawit, produksi makanan dan minuman, sampai pertambangan. Tidak hanya itu, ayah empat anak tersebut juga mempunyai peranan penting dalam pembentukan Bank Central Asia (BCA), salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
Hanya saja, saat kerusuhan Mei 1998 meledak, Sudono dan keluarganya menjadi sasaran amukan massa. Hal itu berkaitan dengan kedekatannya dengan Presiden Republik Indonesia yang kedua, yaitu Soeharto. Oleh sebab itu, Sudono sampai harus berpindah ke Singapura, melepaskan BCA ke tangan pemerintah sebelum diambil alih keluarga Hartono, dan menyerahkan tampuk kekuasaannya pada anak-anaknya.
Walaupun kehilangan BCA, bukan berarti kekayaan keluarga Salim langsung hilang begitu saja. Pasalnya, keluarga Salim melalui Salim Group membawahi belasan perusahaan yang bahkan sebagian besarnya sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penasaran dengan kekayaan keluarga Salim yang menurut majalah Forbes tahun 2022 berada di peringkat kelima teratas di Indonesia? Berikut daftar perusahaan keluarga Salim yang sudah diolah oleh Redaksi Warta Ekonomi dari berbagai sumber.
Baca Juga: Ini Dia Empat Perusahaan Hartono Bersaudara yang Sudah Melantai di BEI, Tertarik Borong Sahamnya?
1. Industri Barang Konsumsi
Salim Group setidaknya membawahi lima perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi dengan spesifikasi bidang makanan dan minuman. Perusahaan pertama adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Perusahaan yang resmi melantai di BEI pada 14 Juli 1994 itu terkenal dengan produk Indomie, Indomilk, Qtela, dan Ichi Ocha. Berkat penjualan yang laris manis, Indofood Sukses Makmur bisa mencetak laba hingga Rp3,85 triliun pada kuartal pertama tahun ini.
Perusahaan yang kedua adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Indofood Sukses Makmur mulai go public pada 7 Oktober 2010 dan didapuk sebagai anak perusahaan Indofood Sukses Makmur. Pada tiga bulan pertama tahun ini, perusahaan tersebut berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp3,95 triliun
Perusahaan yang tak kalah penting adalah PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) alias pengendali merek Sari Roti yang masih menjadi pilihan utama banyak keluarga di Indonesia. Nippon Indosari resmi IPO (Initial Public Offering) pada 28 Juni 2010. Meskipun terkikis jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, pada kuartal I tahun ini, Nippon Indosari mengantongi laba sebesar Rp49,2 miliar.
Selanjutnya ada PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), perusahaan yang mengendalikan merek dagang Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia. Berdasarkan data RTI Business, diketahui bahwa Fast Food Indonesia sudah ditawarkan kepada publik sejak 11 Mei 1993. Naiknya beban pokok penjualan membuat perusahaan tersebut menderita kerugian sebesar Rp22,06 miliar pada kuartal pertama tahun 2023.
Perusahaan yang terakhir di sektor ini adalah PT Bogasari Flour Mill. Perlu diketahui bahwa Sudono Salim mendirikan Bogasari Flour Mill bersama Sudwikatmono, Robert Kuok, Ibrahim Risjad, Sutanto Djuhar, dan Piet Yap pada tahun 1969 lalu. Perusahaan itu kini berada di bawah Indofood Sukses Makmur.
2. Pertanian
Sektor bisnis lain yang ikut dijelajahi oleh keluarga Salim adalah sektor pertanian, tepatnya industri perkebunan. Salim Group sangat terkenal dengan bisnis minyak yang dikendalikan oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Merujuk dari data RTI Business, dikabarkan bahwa perusahaan itu melantai di BEI sejak 9 Juni 2011. Sepanjang tiga bulan pertama tahun 2023, perusahaan yang terkenal dengan merek Bimoli itu menuai keuntungan sebesar Rp150,3 miliar.
Anak perusahaan Salim Ivomas, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), juga bergerak di bidang yang sama. Pada kuartal I tahun 2023, perusahaan yang sudah go public pada 5 Juli 1996 itu memperoleh laba sebesar Rp111,95 miliar.
3. Layanan Perdagangan dan Investasi
Anthoni Salim, anak dari Sudono Salim, dilaporkan mempunyai saham atas PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) sebesar 25,30%. Hal itu menjadikan perusahaan yang mengelola toko ritel Indomaret tersebut berada di bawah kekuasaan Salim Group. Perlu diketahui bahwa Indoritel Makmur Internasional telah IPO per tanggal 11 Desember 2000 dan meraup laba sebesar Rp259,44 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Selain Indomaret, Salim Group juga mengelola toko ritel Super Indo. Mengutip dari laman resminya, diketahui bahwa perusahaan tersebut sudah berdiri sejak 1997 dan kini tersebar di lebih dari 40 kota di berbagai wilayah Indonesia dengan karyawan yang sudah menyentuh angka 9.000 per 2022 lalu.
4. Aneka Industri
Sektor aneka industri dengan spesifikasi bidang otomotif dimasuki oleh Salim Group melalui PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). Perusahaan yang melalui anak-anak perusahaannya memegang merek dagang terkenal, seperti Audi, Nissan, dan Volkswagen itu ditawarkan kepada publik sejak 15 November 1993. Merujuk dari laporan keuangan perusahaan, dikabarkan bahwa Indomobil Sukses Internasional mengumpulkan laba sebesar Rp178,46 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Selain itu, terdapat pula PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) alias anak perusahaan Indomobil Sukses Internasional yang sudah melantai di BEI pada 10 Desember 2013. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2004 itu mengantongi keuntungan sebesar Rp76 miliar pada kuartal I tahun ini.
5. Keuangan
Sektor keuangan dengan spesifikasi bidang keuangan tentunya tidak luput dari kekuasaan keluarga Salim. Setelah melepas BCA, keluarga konglomerat itu menguasai PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) melalui PT Indolife Pensiontama. Bank Ina sendiri sudah go public pada 16 Januari 2014 dan berhasil membukukan laba sebesar Rp58,83 miliar selama tiga bulan pertama tahun 2023.
Baca Juga: Kerajaan Bisnis Keluarga Widjaja: Ekspansi Bisnis Sinar Mas Group yang Luar Biasa
6. Tambang
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang sudah IPO pada 12 Oktober 1994 menjadi perpanjangan tangan Salim Group dalam bisnis di sektor pertambangan. Perlu diketahui bahwa Salim Group mengendalikan Medco Energi melalui Diamond Bridge Pte. Ltd. yang persentase kepemilikan sahamnya mencapai 21,46%. Pada kuartal pertama tahun 2023, Medco Energi dilaporkan membukukan laba sebesar US$28 juta.
Tidak hanya itu, baru-baru ini, keluarga Salim juga bekerja sama dengan Bakrie Group dalam mengelola PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Perusahaan yang sudah ditawarkan kepada publik per 30 Juli 1990 tersebut mencetak keuntungan hingga US$60,24 juta pada kuartal I tahun ini.
7. Perdagangan dan Investasi
Sektor terakhir yang akan dibahas adalah perdagangan dan investasi di bidang periklanan, percetakan, dan media. Perusahaan yang dimaksud adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) alias pemegang kendali stasiun televisi Indosiar dan SCTV. Perusahaan yang sudah melantai di BEI pada 12 Januari 2010 itu mencetak kerugian sebesar Rp330,98 miliar. pada tiga bulan pertama tahun 2023.
Perusahaan yang tak luput dari gurita bisnis Salim Group adalah PT DCI Indonesia Tbk (DCII) alias perusahaan yang bergerak di bidang data center dan sudah go public pada 6 Januari 2021. DCI Indonesia mengumpulkan laba sebesar Rp121,4 miliar pada kuartal pertama tahun 2023.
Baca Juga: Intip Perjalanan di Balik Kesuksesan Bisnis Sriboga, Si Induk Pengelola Pizza Hut-Marugame Udon
Secara ringkas, berikut daftar perusahaan yang berada di bawah atau berkaitan dengan Salim Group, lengkap dengan kinerja keuangannya pada kuartal I tahun 2023.
Nama Emiten | Kode Emiten | Sektor Bisnis | Kinerja Keuangan |
PT Indofood Sukses Makmur Tbk | INDF | Industri barang konsumsi | Laba Rp3,85 triliun |
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk | ICBP | Industri barang konsumsi | Laba Rp3,95 triliun |
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk | ROTI | Industri barang konsumsi | Laba Rp49,2 miliar |
PT Fast Food Indonesia Tbk | FAST | Industri barang konsumsi | Rugi Rp22,06 miliar |
PT Salim Ivomas Pratama Tbk | SIMP | Pertanian (kelapa sawit) | Laba Rp150,3 miliar |
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk | LSIP | Pertanian (kelapa sawit) | Laba Rp111,95 miliar |
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk | DNET | Layanan perdagangan dan investasi (toko ritel) | Laba Rp259,44 miliar |
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk | IMAS | Aneka industri (otomotif) | Laba Rp178,46 miliar |
PT Indomobil Multi Jasa Tbk | IMJS | Aneka industri (otomotif) | Laba Rp76 miliar |
PT Medco Energi Internasional Tbk | MEDC | Pertambangan (minyak dan gas bumi) | Laba Rp424,53 miliar |
PT Bumi Resources Tbk | BUMI | Pertambangan (batu bara) | Laba Rp913,35 miliar |
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk | EMTK | Perdagangan dan Investasi (stasiun televisi) | Rugi Rp330,98 miliar |
PT DCI Indonesia Tbk | DCII | Perdagangan dan Investasi (data center) | Laba Rp121,4 miliar |
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Tag Terkait:
Advertisement