Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Co-Founder HMNS Beberkan Tantangan Merek Lokal untuk Bisa Ekspansi Bisnis ke Luar Negeri

Co-Founder HMNS Beberkan Tantangan Merek Lokal untuk Bisa Ekspansi Bisnis ke Luar Negeri Kredit Foto: Pertamina
Warta Ekonomi, Jakarta -

Co-founder & Chief Operation Officer HMNS, merek parfum lokal pertama yang berhasil hadir di Paris Fashion Week 2022, Amron Naibaho membeberkan beberapa alasan mengapa merek-merek Indonesia sulit untuk ekspansi bisnis ke luar negeri. Salah satu di antaranya karena pasar Indonesia yang luas.

Dalam diskusi virtual Siap Go Regional: Meningkatkan Daya Saing UMKM E-Commerce dan Fintech Indonesia yang dihelat Center of Indonesian Policy Studies (CIPS), Jumat (14/7/2023), Amron menilai luasnya pasar Indonesia menjadi pedang bermata dua. Hal ini karena selain mendorong banyaknya permintaan dalam negeri, pasar Indonesia yang besar menyebabkan banyak pelaku usaha ‘malas’ berekspansi ke luar negeri karena merasa puas dengan pasar Indonesia saja.

Market kita itu gede banget. Indonesia itu 270 jutaan penduduk. Jadi, idealnya, enggak perlu jualan ke regional untuk jadi gede. Cuma itu jadi pedang bermata dua juga. Jadi banyak brand yang merasa sudah puas jualan di Indonesia saja,” ujarnya.

Baca Juga: Riset EY dan AFPI: Empat Segmentasi UMKM Masih Ada Kesenjangan Pendanaan yang Besar

Ia menyayangkan banyak pelaku usaha di Indonesia yang terjebak dalam kepuasan tersebut, sehingga mereka tidak memiliki keinginan lagi untuk berkembang dan berinovasi. Padahal, menurutnya, luasnya pasar Indonesia membuat merek lokal dapat memiliki waktu yang lebih lama atau waktu yang matang untuk mempersiapkan diri jika ingin melebarkan sayapnya ke pasar luar negeri dibandingkan dengan negara lain.

“Ini menurutku menjadikan mindset kita terjebak. Banyak brand tuh yang fokusnya hanya menguasai dalam negeri saja. Enggak fokus berinovasi dan enggak fokus dengan bagaimana caranya agar bisa berkembang,” lanjutnya.

Selain itu, ia mengatakan bahwa Indonesia belum memiliki cultural vehicle. Cultural vehicle ini dapat diartikan sebagai identitas atau konteks untuk suatu merek, sehingga membuat merek tersebut unik dan dikenal oleh pelanggan.

“Kita kekurangan cultural vehicle. Cultural vehicle ini apa? Jadi, brand itu datang dengan konteks gitu. Brand Indonesia konteksnya susah didapatkan orang. Indonesia itu apa? Indonesia dikenal sebagai apa? Nah, ini yang menurut saya menjadi PR (pekerjaan rumah) untuk Indonesia sebagai negara,” tegasnya.

Amron melihat sebenarnya Indonesia sudah memiliki kultur yang menarik. Hanya saja, Indonesia belum menemukan metode yang dapat membuat kultur yang menarik ini menjadi cultural vehicle bagi industri di Indonesia.

“Kita punya banyak kultur menarik. Cuma menurut saya, kita masih punya PR gimana kita membikin kultur yang menarik ini menjadi cultural vehicle untuk industri kita,” katanya.

Ia optimis jika merek-merek di Indonesia menyelesaikan dua tantangan tersebut, maka akan menjadi suatu kepastian bahwa Indonesia dapat dengan mudah menguasai pasar regional.

Baca Juga: Perusahaan Teknologi Punya Peran Besar dalam Dukung UMKM Indonesia Go Regional

“Gunakan waktu untuk berkembang dari nol sampai menguasai market domestik untuk mengembangkan diri supaya bisa kuat di regional. Dari sisi negara, kita buat cultural vehicle. Kalau dua hal ini bisa dijalankan dengan baik, Indonesia menguasai regional itu suatu keniscayaan,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: