Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Simak! Begini Modus Penjahat dalam Membobol Sistem Perbankan di Era Digital

Simak! Begini Modus Penjahat dalam Membobol Sistem Perbankan di Era Digital Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perkembangan teknologi dan digitalisasi telah membawa kemudahan bagi banyak orang, termasuk dalam hal bertransaksi keuangan. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat ancaman serius yang menerpa sektor perbankan. Modus penjahat dalam membobol sistem perbankan semakin terungkap dan menjadi perhatian serius bagi keamanan keuangan masyarakat.

Pengajar Digital Banking, FinTech, dan Cyber Security di Fakultas LPPI, Bari Arijono, mengungkapkan bahwa institusi keuangan telah menghadapi tantangan besar dalam menghadapi penjahat siber yang semakin canggih dan terorganisir. Modus operandi yang rumit dan teknik penipuan yang semakin halus menjadi ciri khas dari serangan terhadap sistem perbankan.

“Banyaknya kemudahan layanan perbankan digital yang diberikan oleh bank maupun oleh Multi Finance, pelaku usaha kredit ya atau untuk broker sekuritas yang sudah digital dan sudah online. Itu tentu mendatangkan sebuah bahaya baru dan ancaman baru,” jelas Bari, dikutip dari kanal Youtube lppi_id pada Sabtu (22/07/2023). Baca Juga: Ancaman Kejahatan Siber Makin Tinggi, Pelajar Perlu Belajar Keamanan Digital

Menurut Bari, perbankan menciptakan lubang atau celah keamanan baru karena sekarang dengan mudah menggunakan mobile banking melalui telepon seluler, komputer ataupun laptop. Alat-alat elektronik itu bisa menimbulkan permasalahan, yakni mudah terkena virus.

Berbeda dengan zaman dulu, penjahat yang harus membobol bank dengan cara datang langsung secara fisik dan dilengkapi senjata, membawa pasukan untuk melancarkan aksinya. Kini, para penjahat dengan mudah membobol perbankan hanya dengan melalui pemrograman.

“Cara atau metode untuk melakukan hacking terhadap bank misalnya atau perusahaan jasa keuangan lainnya ini akan semakin pintar dan semakin smart, semakin canggih karena hanya lewat sebuah program sebuah software,” tegas Bari.

Salah satu modus penjahat yang sering digunakan adalah phishing. Dalam skema ini, penjahat akan menciptakan situs web palsu atau mengirimkan email palsu yang tampak asli dari lembaga keuangan untuk mencuri informasi pribadi dan rahasia dari nasabah. Informasi ini kemudian akan digunakan untuk mengakses akun dan mencuri dana nasabah.

Hacking-hacking memberikan satu attachment email. Katakan melakukan aksi phishing misalnya kepada karyawan-kawan bank yang tidak memiliki wearness terhadap keamanan cyber ini, nah sehingga mereka ini tidak begitu tahu bahwa email yang mereka terima. Begitu mereka buka emailnya dan tentunya disitu ada attachment-nya mungkin ya, dia buka itu akan menyebarkan virus di PC mereka,” paparnya.

Selain itu, ransomware juga merupakan ancaman serius. Dalam skema ini, penjahat akan menyusup ke dalam sistem perbankan dengan mengirimkan virus atau malware yang mengenkripsi data penting. Untuk mendapatkan kunci dekripsi, penjahat meminta tebusan dalam bentuk mata uang digital, yang sering kali mencapai jumlah besar. Jika permintaan tidak dipenuhi, data penting korban bisa hilang atau dibocorkan. Penjahat juga bisa mengirimkan phishing melalui social media, seperti WhatsApp dan emailBaca Juga: Optimalkan Potensi Ekonomi Digital, Keamanan Siber jadi Prioritas Keamanan Nasional

“Virus yang sudah ada dalam laptop kita atau di kantor cabang Bank itu menyebar yang menjadi sebuah trojan dan lama-lama akan menjadi sebuah malware. Cara masuknya itu melalui attachment email paling mudah atau lewat messaging karena kita WhatsApp itu ada dalam laptop kita,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: