Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dendam dengan Keluarga Besar, Pria Ini Putuskan Hubungan dan Ogah Jadi Pewaris Klan Terkaya di Amerika

Dendam dengan Keluarga Besar, Pria Ini Putuskan Hubungan dan Ogah Jadi Pewaris Klan Terkaya di Amerika Kredit Foto: Unsplash/Colin Watts
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pewaris kerajaan media Cox, James 'Fergie' Chambers menjelek-jelekkan bisnis keluarganya sendiri. Hal ini imbas dari keluarganya yang menyumbang USD10 juta (Rp150 miliar) Pusat Pelatihan Keamanan Publik Atlanta, juga dikenal sebagai Cop City.

Chambers langsung menyebut bisnis keluarganya sebagai "kapitalisme busuk", beberapa hari setelah mengklaim dia telah menghasilkan untuk dirinya sendiri untuk memutuskan hubungan dengan klannya yang kaya.

Melansir New York Post di Jakarta, Senin (24/7/23) Chambers yang berusia 38 tahun ini mengaku seorang komunis dan membenci polisi. Ia bahkan memiliki tato ACAB di lehernya, singkatan dari "All Cops Are Bastards".

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: James Chambers, Pewaris yang Tidak Aktif di Bisnis Keluarga Tetapi Hartanya Sentuh Rp87 Triliun

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The Post, Chambers mengatakan minggu ini bahwa hadiah keluarganya kepada polisi bulan lalu adalah pukulan terakhir dalam penumpukan dendam seumur hidupnya untuk memutuskan hubungan dengan keluarganya. Forbes memberikan peringkat keluarganya sebagai orang terkaya kedelapan di AS dengan kekayaan sebesar USD34,5 miliar (Rp518 triliun).

“Keluarga saya adalah firma kapitalisme yang busuk seperti mereka yang lain,” kata Chambers.

Lebih lanjut, Chambers mengklaim bahwa dia menjalani kehidupan yang sederhana di New Hampshire dengan pasangan dan empat anaknya dibandingkan dengan kerabatnya yang berbasis di Atlanta.

Fergie Chambers adalah putra sulung James Cox Chambers, salah satu pemilik NBA Atlanta Hawks dengan kekayaan bersih USD5,65 miliar (Rp84 triliun), menurut Bloomberg's Billionaire Index.

Cox Enterprises yang berbasis di Atlanta didirikan pada tahun 1898 oleh kakek buyut Chambers, mantan Gubernur Ohio James M. Cox, yang gagal mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 1920.

Konglomerat yang kuat itu telah berkembang untuk menyertakan Cox Communications, perusahaan kabel terbesar ketiga di negara itu, dan bisnis termasuk Autotrader, Kelley Blue Book, dan Valpak.

“Secara pribadi, saya tidak menghabiskan banyak uang untuk diri saya sendiri. Saya mengendarai Tacoma berusia tiga tahun, dan saya tinggal di rumah dengan tiga kamar tidur,” klaimnya.

"Saya bahkan tidak suka terbang - apalagi memiliki jet pribadi," tambahnya, seraya mencatat bahwa pembicaraan keluarga besarnya adalah tentang menjaga dinasti.

Kekayaan keluarga yang dibangun oleh Gubernur Cox diwariskan kepada kedua putrinya, Barbara dan Anne, nenek Chambers. Sebelum Anne meninggal diusia 100 tahun pada Januari 2020, dia membagikan sahamnya kepada ketiga anaknya, termasuk James Cox Chambers, yang kabarnya memiliki 17% saham di Cox Enterprises.

Setelah Cox Chambers menceraikan ibu Fergie, dia menikahi putri pedagang senjata Saudi Adnan Khashoggi dan menjadi ayah dari seorang putra lagi.

Setelah mendengar tentang donasi Cop City dari Cox Foundation, Chambers mengatakan bahwa dia melanjutkan untuk menelepon sepupunya Alex Taylor yang telah menjabat sebagai presiden dan CEO Cox Enterprises sejak 2018, seraya memberitahunya bahwa ia tidak menginginkan bagian apa pun dari bisnis keluarganya.

"Saya muak dengan itu," kata Chambers tentang pusat pelatihan polisi yang diperkirakan menempati 85 hektar dengan ruang kelas, gedung yang terbakar, dan kota tiruan yang bahkan akan mencakup klub malam setelah selesai akhir tahun ini.

"Saya akan 'bernilai' beberapa ratus juta dolar, dan saya akan terus memiliki penghasilan yang cukup besar untuk dekade mendatang," cuitnya di Twitter.

Chambers mengatakan dia berencana menggunakan rejekinya untuk mendukung organisasi pro-Komunis.

Dia sebelumnya bekerja dengan grup progresif seperti Rise Up Georgia, Occupy Our Homes Atlanta dan sejumlah kolektif berbasis aksi lainnya di Georgia dan New England. Saat dia memamerkan tato ACAB yang baru bertinta pada tahun 2020, dia menyebut tato itu sebagai investasi yang bagus untuk masa depannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: