Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Inge Sondaryani mengatakan, tantangan saat ini bukan hanya sebatas produksi minyak dan gas (migas), melainkan juga menekankan penurunan emisi karbon.
"Teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS) memiliki potensi besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor migas dan sektor lainnya," ujar Inge dalam acara IPA Convex, Kamis (27/7/2023).
IATMI mengakui bahwa mencapai transisi energi yang adil dalam konsep "just transition" memerlukan penggabungan aspek teknologi dan aspek manusia yang krusial dalam proses transisi energi.
Baca Juga: Krisis Iklim Makin Nyata, Transisi dari Energi Fosil ke Energi Terbarukan Makin Penting
"IATMI meyakini bahwa inklusivitas dalam transisi energi harus mencakup aspek manusia yang berperan sebagai pelaku utama dalam proses tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Migas Indonesia (IAFMI) Taufik Aditiyawarman menilai semua pihak telah sepakat untuk mencari cara terbaik dalam menekan emisi di industri hulu dan hilir migas.
Menurutnya, terdapat tiga langkah strategis yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha migas dalam menekan emisi, yaitu efisiensi energi, inisiatif bisnis energi hijau (rendah emisi), dan program Nature Based-Solution (NBS).
"Dua langkah strategis pertama dapat diimplementasikan dengan dampak lebih cepat karena masih dalam jangkauan kendali manajemen perusahaan migas, dibandingkan strategi NBS yang melibatkan banyak pihak di luar pelaku industri. Dengan catatan bahwa implementasi kedua langkah strategis tersebut membutuhkan teknologi dan komitmen investasi yang cukup besar," ujar Taufik.
Baca Juga: Revisi UU Migas Harus Segera Selesai untuk Maksimalkan Potensi Migas
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Advertisement