Wakil Presiden (Wapres) RI Ma'ruf Amin menegaskan agar Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak lengah dalam menghadapi terorisme.
Sebelumnya, Laporan Global Terrorism Index 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-24 daftar negara paling terdampak terorisme, atau kategori terdampak sedang. Untuk itu, penurunan kasus terorisme di Indonesia dapat menjadi suntikan motivasi bagi BNPT.
"Di balik data capaian yang ada, saya berpesan agar jangan lengah. Organisasi teror akan selalu mencari jalan untuk menyebarkan paham-paham mereka, terutama kepada kelompok rentan, yaitu perempuan, pemuda, dan anak-anak," kata Wapres saat memberikan arahannya pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-13 BNPT di Jakarta, Jumat (28/7/2023).
Dalam hal ini, lanjut Wapres, perlu dicermati dan diwaspadai kondisi di lapangan, seperti adanya indikasi peningkatan kategori di kalangan siswa dan generasi muda. Dari toleransi menjadi intoleran pasif, kemudian menjadi intoleran aktif, setelah itu menjadi terpapar.
"Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, apabila kita tidak segera melakukan tindakan yang tepat dan dan terukur. Terpaparnya remaja dan anak akan mengakibatkan hilangnya potensi generasi emas bangsa ini pada tahun 2045 mendatang. Kita membutuhkan generasi muda yang toleran dan inklusif untuk mencapai Indonesia Emas 2045," jelas Wapres.
Kepala BNPT Komjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan kasus serangan teror di Indonesia terus menurun sebesar 89% dari 2016 sampai 2023.
Akibatnya, Indeks Potensi Radikalisme (IPR) dan Indeks Resiko Terorisme (IRT) terus menurun. Namun, lanjut dia, hal ini hanya muncul di atas pemrukaan.
"Kita tidak boleh berpuas diri sehingga lengah, kita harus tetap waspada dengan berbagai dinamika gerakan yang muncul di bawah permukaan dari sel-sel jaringan teror," ujarnya.
Dia menjelaskan, saat ini para kelompok terorisme mulai mengubah pendekatan dari "hard" menjadi "soft approach" dari strategi "bullet" menjadi "ballot strategy".
Selain itu, sel-sel terorisme di permukaan telah menggunakan jubah keagamaan. Sementara di bawah permukaan mereka bergerak melalui ideologi.
"Mereka terus melakukan konsolidasi serta rekrutmen dan penggalangan dana dengan berbagai cara," ucapnya.
Baca Juga: Waspadai TPPU hingga Terorisme, Sri Mulyani Minta Aset Kripto Punya Standar Kebijakan Global
Rycko menegaskan, dari hasil penelitian I-KHUB outlook BNPT 2023, menunjukkan remaja, anak, dan perempuan menjadi sasaran utama radikalisasi. Hal ini diperparah dengan kemajuan teknologi dan pandemi Covid-19 yang mendorong semakin masifnya online deradicalization yang melahirkan self-radicalization dan lonewolf.
"Pemahaman, wawasan kebangsaan dan sejarah perjuangan kemerdekaan dan budi pekerti menjadi penting dalam proses pembelajaran di semua jenjang pendidikan," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement