Ia menambahkan, Indonesia juga harus berhati-hati dengan ketergantungannya pada ekonomi China. Semakin eratnya kerja sama dengan China, berarti Indonesia semakin terpaku pada perekonomian negara tersebut.
Akibatnya, saat terjadi perubahan kebijakan atau krisis ekonomi di China, Indonesia berisiko mengalami gangguan dalam stabilitas ekonomi dan pembangunan jangka panjang.
Masalah transparansi dan utang yang berlebihan dari proyek infrastruktur yang didanai oleh China juga menjadi perhatian serius.
"Beberapa proyek ini telah menghadapi kontroversi karena kurangnya transparansi dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Lebih lanjut, risiko utang berlebihan dapat membebani Indonesia dan mengurangi fleksibilitas kebijakan ekonomi negara," ujarnya.
Indonesia harus berupaya lebih aktif dalam mendiversifikasi mitra dagang dan investasinya untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada China. Memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain akan memberikan fleksibilitas dan ketahanan ekonomi yang lebih besar.
Kesepakatan ekonomi dengan China menawarkan peluang besar bagi Indonesia, tapi jika tidak selektif dalam pembuatan kesepakatan yang dituangkan dalam dokumen kerja sama, akan berimplikasi pada kerugian yang signifikan, sementara negara sudah terikat oleh kesepakatan yang menyandera Indonesia dalam melakukan tindakan perbaikan.
Dengan memperhatikan secara ketat potensi kerugian yang telah disebutkan dan mengambil langkah-langkah proaktif, Indonesia dapat mengoptimalkan kerja sama dengan China dan melindungi kepentingan negara dalam jangka panjang.
"Sudah saatnya Indonesia memperkuat sektor domestik, meningkatkan transparansi dalam proyek-proyek infrastruktur, dan mengurangi ketergantungan ekonomi pada negara lain. Inilah langkah penting dalam menghadapi potensi risiko ekonomi yang berbahaya," tukasnya.
Baca Juga: Deal! Jokowi & Xi Jinping Setujui 8 Kesepakatan Ini di China
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement