AI Marak, Apakah Profesi Psikolog Akan Tergantikan? Ini Cerita Petinggi MNC Kapital
Pascapeluncuran presenter artificial intelligence (AI) yang dilakukan oleh iNews Media Group, salah satu petinggi MNC Kapital Indonesia merespons soal penerapan AI atau kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari. Ia bercerita anaknya justru memilih studi psikologi. Lantas, apakah maraknya AI akan membuat profesi tersebut dapat tergantikan?
Mulanya, President Director of MNC Kapital Indonesia Yudi Hamka menceritakan bahwa manusia harus bergerak untuk memahami teknologi dan kompetensi inti agar tidak tergerus oleh AI. Kemudian, ia menyebut salah satu pekerjaan yang langka adalah psikolog.
“Makanya anak saya di NUS, ambil psikologi. Saya sempat agak sedikit berdebat dengan dia. Kenapa enggak ambil computer science, enggak ambil manajemen bisnis, kenapa ambil psikologi?” cerita Yudi di sela-sela acara diskusi bertajuk Masa Depan Jurnalisme AI di MNC Financial Tower, Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Baca Juga: iNews Luncurkan Presenter AI di Siaran Free-to-Air (FTA), Gunakan 3D Modelling
Kemudian, Yudi menambahkan, bahwa anaknya berpendapat, suatu hari beberapa pekerjaan tersebut akan tergantikan oleh mesin. “Lalu saya harus membantu orang-orang stres seperti ayah,” ujar Yudi yang disambut tawa oleh peserta diskusi.
Yudi justru mengajak semua peserta untuk tidak khawatir dengan AI dengan menyambut teknologi tersebut.
“Temukan aspirasi di skillset baru yang menurut saya akan jauh lebih menyenangkan, jauh lebih menarik, dan bisa menimbulkan potensial kita semua sebagai manusia yang punya kecerdasan,” pungkas Yudi.
Di sela acara diskusi tersebut, Yudi turut menyaksikan peluncuran presenter AI yang diinisiasi oleh iNews Media Group. Presenter tersebut akan membantu presenter manusia dalam membawa berita di jam-jam tertentu. Saat ini, fitur presenter tersebut baru disiarkan di iNews TV dan Sindonews TV.
Menurut Managing Director iNews Media Group, Prabu Revolusi, presenter AI tersebut terintegrasi antara model tiga dimensi (3D modelling) dan mesin AI serta fitur teks ke suara (text-to-speech).
“Jadi, 3D modelling ini kami masukkan ke dalam pemodelan AI-nya, kemudian AI ini kami kasih DNA. Kami kasih nyawa untuk bisa membaca teks yang pada akhirnya bisa berujung dengan suara atau warna suara si presenter,” jelas Prabu ketika Warta Ekonomi menemuinya di Gedung MNC Tower pada Kamis (3/8/2023).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement