Bijak dan Kritis saat 'Posting', Ciri Pemuda Berkarakter Pancasila di Ruang Digital
Ruang digital menjadikan kaum pemuda dan pelajar milenia Indonesia digempur informasi tanpa batas. Tidak semua informasi itu bernilai manfaat. Tak sedikit yang merusak kesatuan dan persatuan pemuda dalam berbangsa.
Etika dan tata krama di ruang digital memberi pranata yang tak bisa sembrono dilanggar. Kemudahan dan kecepatan tersebarnya informasi, justru menuntut pemuda makin cakap dan bijak bergaul di ruang digital.
Baca Juga: Jangan Ragu Lapor Berita Hoaks yang Beredar di Internet dan Edukasi Orang Terdekat
"Jadikan kebiasaan untuk tidak asal komentar di media sosial. Pikirkan manfaatnya. Jadilah warganet yang patuh hukum di ruang digital, juga jadikan Pancasila sebagai karakter jati diri bangsa yang mengajarkan pemuda untuk tetap bersikap kritis saat menerima banjir informasi," ujar Rio Aries Kusnanto, saat tampil dalam diskusi literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Komunitas Dekopinda di Krakatau Junction, Cilegon, Minggu (6/8).
Drummer Band Hijau Daun itu mengatakan, kendati zaman telah berubah, pemuda mesti terus menyesuaikan zaman dengan karakter Pancasila. "Pancasila memiliki sifat terbuka pada masukan ideologi baru yang berkembang. Namun, jiwa dan semangat UUD 1945 mesti dipertahankan sebagai tameng untuk menapis serbuan ideologi yang bertentangan dengan jiwa Pancasila," kata Rio, dalam diskusi luring (offline) yang mengusung tema "Pemuda Berkarakter Pancasila dalam Dunia Digital".
Terkait itu, Rio berpesan kepada anak-anak muda untuk terus memproduksi konten positif yang memupuk jiwa gotong royong dan kebinekaan sesama pemuda. Dengan begitu, ciri khas kegotongroyongan terus terjaga di masyarakat, baik di ruang digital maupun di ruang nyata.
"Kalau semua bisa bersatu, kompak menjaga, tidak mudah dipecah belah dengan informasi hoaks, karakter Pancasila terjaga aman di ruang nyata maupun ruang digital," ucap Rio.
Dari sudut pandang berbeda, musisi dan kreator konten Mega 'Star' Fitrianti mengatakan, tak cukup hanya bermodal sikap kritis. Dalam berinteraksi di dunia digital, pemuda juga mesti tetap beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, menjaga akhlak mulia, dan berkebinekaan yang global serta bergotong royong.
"Dengan demikian, setiap ada serbuan hoaks, kita bisa merespons dengan nalar kritis dan menjadi pemuda yang mandiri. Dengan nalar kritis pula, kita bisa kokoh bersaing di ruang digital yang makin ketat di masa depan," ujar Mega.
Sementara, menurut influencer Delvino Mahsavareza, sikap kritis dan akhlak mulia perlu terus dijaga lantaran fakta jelas menunjuk makin padatnya warga jagat digital kita. We Are Social Hootsuite melaporkan, saat ini terdapat 204,7 juta warga Indonesia yang terakses internet, atau sekira 73,7 persen dari populasi warga masyarakat di dunia nyata.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement