Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CENTRIS Ingatkan Indonesia Maraknya Kendaraan Listrik Buatan China

CENTRIS Ingatkan Indonesia Maraknya Kendaraan Listrik Buatan China Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

China kembali mendapatkan sorotan tajam dunia, setelah aksi spionase ilegal yang diduga dilakukan oleh pemerintah China di Inggris, terendus oleh Anggota Parlemen Inggris.

Para wakil rakyat Inggris yang duduk di parlemen ini, memperingatkan negaranya terkait impor kendaraan listrik (EV) China yang diduga menjadi alat spionase Beijing.

Kendaraan listrik China yang terkenal sangat murah, disinyalir tertanam teknologi yang dapat digunakan untuk memata-matai warga Inggris.

Menanggapai hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) mengingatkan negara-negara dunia khususnya pemerintah Indonesia, untuk membentuk tim investigasi untuk memeriksa setiap kendaraan listrik buatan China, yang semakin membanjiri dunia otomotif saat ini.

Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa menyebut kendaraan listrik China akan mendominasi pasar otomotif dunia, khususnya Inggris, mengingat negara tersebut akan segera menetapkan kebijakan zerro polution.

"China diperkirakan akan mendominasi pasar Inggris Raya saat Inggris bergerak untuk mencapai target nol bersihnya dengan larangan kendaraan bensin dan solar baru yang diperkenalkan pada tahun 2030," kata AB Solissa kepada wartawan, Rabu, (9/8/2023).

Namun, lanjut AB Solissa, sumber-sumber pemerintah Inggris menyatakan kekhawatiran bahwa teknologi yang disematkan di kendaraan dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam jumlah besar, termasuk rekaman video, rekaman audio, dan data lokasi.

Inggris sebelumnya telah membatasi impor teknologi China atas risiko keamanan yang dirasakan. Pada tahun 2020 pemerintah melarang Huawei dari jaringan 5G Inggris, memerintahkan penghapusan semua peralatan dan layanan perusahaan pada akhir Desember 2023.

"Sayangnya Inggris terjebak dengan regulasi emisi kendaraan bermotor dinegaranya yang membuka celah mobil listrik ‘made in China’ dapat masuk ke negara terebut,” tutur AB Solissa.

Bukan hanya dimata-matai Beijing, Anggota Inggris dari Inter-Parliamentary Alliance on China, sebuah aliansi lintas partai internasional, juga memperingatkan industri mobil Inggris agar jangan berdiam diri atau dilemahkan peranannya hingga ke titik kepunahan oleh banjirnya mobil China.

Kelompok tersebut, yang terdiri dari Anggota Parlemen Konservatif Sir Iain Duncan Smith dan Sarah Champion dari Partai Buruh, memberikan ungkapan bahwasanya industri otomotif Inggris yang saat ini tengah ‘berjalan sambil tidur’, akan ‘dipotong secara dahsyat’ oleh China.

Beijing sendiri langsung membantah tuduhan tersebut dan menunjukkan intelijen Inggris hanya memproyeksikan perilaku tidak terhormat pemerintah Inggris kepada China.

Akan tetapi, sumber di Inggris menyebut mobil listrik dapat memproses pembaruan perangkat lunak untuk meningkatkan performa kendaraan segingga berpotensi dijadikan alat mata-mata atau kegiatan spionase lainnya.

Senior Royal United Services Institute, Charles Parton, mengatakan China mungkin dapat menggunakan teknologi tersebut untuk mengekstraksi sejumlah besar data, sementara juga mengirimkan perintah ke mobil untuk beroperasi dengan cara yang jahat.

"Yang pasti, Inggris sudah tentu tidak akan pernah berkompromi dengan keamanan nasional negaranya dan terus memperkuat infrastruktur serta  ketahanan Inggris agar tidak disusupi kegiatan spionase,” jelas AB Solissa.

CENTRIS mengingatkan negara-negara dunia khususnya Indonesia untuk membatasi penggunaan mobil listrik buatan China, terutama di lembaga-lembaga negara.

Jika harus atau terlanjut menggunakan moda transportasi buatan China, CENTRIS menganjurkan agar mobil harus disterilkan terlebih dahulu, dengan memodifikasi atau merubah sistim dikendaraan tersebut.

"Langkah Inggris seyogianya di ikuti oleh seluruh negara-negara dunia agar negaranya tidak dibobol aksi spionase ilegal China,” pungkas AB Solissa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: