Kepada Para Ulama Sumenep, Wapres Tegaskan Pesantren Harus Jadi Pusat Peradaban Islam
Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma'ruf Amin, bersilaturahmi dengan Dewan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Annuqayah dan para ulama se-Kabupaten Sumenep di Ponpes Annuqayah, Guluk-guluk Timur I, Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur (Jatim), Rabu (09/08/2023).
Menurut Wapres, Ponpes Annuqayah memiliki tempat tersendiri karena memiliki hubungan yang kuat setiap kali berkunjung ke pesantren.
"Alhamdulillah kalau Saya ke Sumenep, ya mesti ke Annuqayah. Kalau tidak salah, tiga atau empat kali saya ke sini. Memang saya selalu ke pesantren karena saya dari pesantren. Saya kalau ke pesantren seperti ikan di air, memang [sesuai dengan] tempatnya," kata Wpares dalam keterangannya, Kamis (10/8/2023).
Menurut Wapres, sebagai lembaga pendidikan yang akan mencetak generasi penerus bangsa, ponpes dituntut untuk memberikan pendidikan berkarakter sehingga sudah semestinya pesantren menjadi pusat peradaban Islam. Dalam Undang-undang No.18 Tahun 2019 tentang Pesantren disebutkan, pesantren memiliki fungsi yang meliputi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.
"Saya memang mencita-citakan pesantren itu harus menjadi pusat peradaban. Undang-undang sekarang [menyebutkan] fungsi pesantren meliputi pendidikan, dakwah, dan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, tapi saya ingin lebih dari itu," tegasnya.
Wapres mengungkapkan, dulu pesantrenlah yang membangun peradaban di Indonesia. Ia pun mencontohkan peran Syekh Jumadil Kubro yang berasal dari Samarkand, Uzbekistan, datang ke Nusantara dan membangun pesantren di berbagai daerah sebagai pusat peradaban dan pusat ilmu.
"Saya kemarin ke Samarkand, ada tulisan tentang pengaruh ulama Samarkand dalam penyebaran Islam di Indonesia, yaitu Syekh Jumadil Kubro," ungkapnya.
Wapres pun menjelaskan, yang dimaksud dengan membangun peradaban adalah para lulusan pesantren diharapkan tidak hanya pandai membaca kitab, tetapi juga mampu berijtihad dalam memberikan hukum terkait isu-isu yang terjadi saat ini. Menurutnya, banyak masalah lama yang kini bertransformasi menjadi masalah baru yang perlu diijtihadkan apakah sesuai dengan syariat Islam atau tidak. "Kebanyakan syariah itu lahirnya dari ijtihad," kata Wapres mengutip Imam Haramian al-Juwaini.
Ia pun mencontohkan tentang isu-isu ekonomi syariah yang memang berkembang sangat pesat dan tidak dijelaskan secara gamblang dalam nash Al-Qur’an, seperti pembayaran digital, jual beli online di mana penjual pembeli tidak bertemu secara langsung, pembelian crypto, dan isu-isu terkini lainnya. "Itu harus ada orangnya (ahlinya), saya kira sumbernya di pesantren," ujarnya.
Selanjutnya, Wapres mengharapkan pesantren sebagai pusat dakwah. Dengan adanya perkembangan teknologi, ia mencermati, agama menjadi tergradasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement