Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banyak Direkomendasikan Ahli, Bagaimana Performa Emiten Operator Seluler pada Paruh Pertama Tahun Ini?

Banyak Direkomendasikan Ahli, Bagaimana Performa Emiten Operator Seluler pada Paruh Pertama Tahun Ini? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada semester kedua tahun 2023, sektor telekomunikasi, termasuk subsektor operator seluler, diprediksi dapat menjadi sektor primadona. Sebab, Head of Research Team & Strategist Mirae Asset, Robertus Hardy, mengatakan bahwa belanja komunikasi masyarakat tampaknya masih akan menunjukkan pertumbuhan yang tinggi mengingat pemakaian ponsel pintar di Indonesia semakin hari semakin bertambah.

“Potensi pertumbuhannya diprediksi masih cukup besar karena operator telekomunikasi sedang menggodok konvergensi layanan fixed broadband dengan mobile data (fixed mobile convergence,” jelas Robertus dalam acara Media Day: August 2023 yang digelar di Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2023 lalu.

Pernyataan tersebut semakin diperkuat dengan performa keuangan emiten operator seluler yang sebagian besar menunjukkan kenaikan pendapatan pada semester pertama tahun 2023. Untuk informasi selengkapnya, silakan simak artikel berikut ini!

Baca Juga: Laba Lima Emiten Kendaraan Listrik Ini Terpangkas pada Paruh Pertama 2023, Kok Bisa?

1. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) merupakan perusahaan operator seluler yang sudah memulai bisnisnya sejak tahun 1965. Induk perusahaan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) itu resmi mendaftarkan dirinya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 November 1995 silam. Sampai saat ini, perusahaan tersebut masih menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wireline), jasa telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile service), dan data/internet.

Berdasarkan laporan keuangan yang belum lama ini dirilis, pada semester pertama tahun 2023, dikabarkan bahwa perusahaan pelat merah itu mengantongi keuntungan sebesar Rp16,82 triliun alias turun 4,18% dari semester pertama tahun 2023. Namun, pendapatan Telkom justru naik 2,07% menjadi Rp73,47 triliun.

Sementara itu, jika ditinjau dari segi laba per saham dasar, Telkom melaporkan penurunan sebesar 4,16% dari Rp134,66 per lembar menjadi Rp128,77 per lembar. Adapun operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi yang harus ditanggung Telkom pada paruh pertama tahun 2023 merangkak 9,62% menjadi Rp19,17 triliun.

Sebagai informasi tambahan, per Juni 2023, kepemilikan saham perusahaan milik negara itu mencapai Rp290,47 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing berada di angka Rp150,12 triliun dan Rp140,35 triliun. 

2. PT Indosat Tbk (ISAT)

Emiten operator seluler yang akan dikupas berikutnya adalah PT Indosat Tbk (ISAT). Perusahaan yang telah menjalankan bisnisnya pada tahun 1967 itu resmi melantai di bursa per tanggal 19 Oktober 1994. Mengutip dari laman resminya, diketahui bahwa produsen IM3 dan Tri Indonesia itu tengah mengembangkan layanan 5G demi mengikuti kemajuan transformasi digital di dunia.

Sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, Indosat dilaporkan berhasil meraup laba periode berjalan sebesar Rp2,04 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, terlihat ada pengikisan sebesar 42,70%. Kendati demikian, pendapatan perusahaan tersebut justru melompat 9,53% ke angka Rp24,67 triliun.

Tak hanya pendapatan, jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk membiayai beban perusahaan juga menunjukkan peningkatan sebesar 21,17% menjadi Rp19,90 triliun. Perihal laba per saham, pada semester pertama tahun 2023 ini, nominalnya berada di angka Rp236,70 per unit atau setara dengan reduksi sebesar 41,78%.

Sebagai catatan, pada paruh pertama tahun 2023, besaran nilai saham yang dimiliki oleh Indosat mampu menyentuh angka Rp109,89 triliun. Adapun besaran liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing mencapai Rp78,82 triliun dan Rp31,06 triliun. 

Baca Juga: Begini Performa Emiten BUMN Karya pada Semester Pertama 2023

3. PT XL Axiata Tbk (EXCL)

PT XL Axiata Tbk (EXCL) merupakan perusahaan operator seluler yang berdiri sejak 1989 lalu. Perusahaan yang resmi go public per tanggal 29 September 2005 itu menyediakan pengalaman produk dan jasa internet melalui XL Prepaid, AXIS, XL Prioritas, dan XL Home untuk mempermudah aktivitas dan konektivitas konsumen.

Berdasarkan laporan keuangan yang belum lama ini dipublikasikan, per Juni 2023, dikabarkan bahwa XL Axiata sanggup membukukan keuntungan sebesar Rp657,52 miliar. Berbeda dengan dua emiten sebelumnya, emiten satu ini justru menunjukkan peningkatan sebesar 6,56% dari Rp617,01 miliar pada periode yang sama di tahun 2022.

Melambungnya nilai laba XL Axiata sejalan dengan naiknya besaran pendapatan. Merujuk dari sumber yang sama, sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, dilaporkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan Rp15,76 triliun alias 12% lebih banyak dari enam bulan pertama tahun 2022.

Sementara itu, beban yang harus ditanggung oleh XL Axiata terpantau melambung 10,94% menjadi Rp13,51 triliun. Adapun laba bersih per saham yang diterima oleh perusahaan berada di angka Rp50 per lembar atau setara dengan penurunan hingga 13,79%. Sebagai informasi tambahan, nilai aset dan liabilitas serta ekuitas perusahaan masing-masing berada di angka Rp83,69 triliun dan Rp83,69 triliun. 

4. PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)

Emiten terakhir yang akan dikaji dalam artikel ini adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Perusahaan yang didirikan pada tahun 2002 dan resmi menawarkan sahamnya kepada masyarakat itu 15 November 2006 itu menawarkan beberapa produk yang berkaitan dengan operator seluler, seperti kartu perdana, paket data, dan broadband.

Sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, Smartfren diketahui menderita kerugian sebesar Rp543,21 miliar. Padahal, pada periode yang sama di tahun sebelumnya, perusahaan itu masih bisa memperoleh laba sebesar Rp54,60 triliun. Akan tetapi, pendapatan Smartfren ternyata masih menunjukkan peningkatan sebesar 1,98% menjadi Rp5,56 triliun.

Pada semester pertama tahun 2023, biaya yang harus dikucurkan oleh perusahaan untuk mendanai beban usaha mencapai Rp5,41 triliun atau setara dengan kenaikan hingga 5,18%. Selain itu, saham Smartfren juga dikabarkan mencetak kerugian sebesar Rp1,62 per lembar.

Baca Juga: Kinerja Emiten FMCG Masih Moncer Sampai Pertengahan Tahun 2023

Sebagai catatan, nominal aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut adalah Rp45,90 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas yang dicatatkan Smartfren masing-masing berada di angka Rp30,69 triliun dan Rp15,21 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: