Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba Lima Emiten Kendaraan Listrik Ini Terpangkas pada Paruh Pertama 2023, Kok Bisa?

Laba Lima Emiten Kendaraan Listrik Ini Terpangkas pada Paruh Pertama 2023, Kok Bisa? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam rangka mewujudkan komitmen untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai target Net Zero Emission pada 2060, pemerintah Indonesia tengah menggencarkan produksi kendaraan listrik. Bahkan, pemerintah tidak segan untuk memberikan subsidi biaya sehingga masyarakat bisa membeli kendaraan listrik dengan harga yang lebih terjangkau.

Di antara banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang produksi kendaraan listrik, setidaknya terdapat lima emiten yang sudah resmi mendaftarkan dirinya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika dilihat secara keseluruhan, sesungguhnya kelima emiten tersebut justru mencatatkan penurunan laba pada semester pertama tahun ini.

Untuk informasi selengkapnya, silakan simak artikel di bawah ini!

Baca Juga: Kendaraan Bermotor Tinggi Peminat, Kinerja Keuangan Emiten Otomotif Ikut Meningkat!

1. PT NFC Indonesia Tbk (NFCX)

PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) merupakan perusahaan penyedia kendaraan listrik yang sudah berdiri sejak 26 Agustus 2013. Perusahaan yang sudah resmi menawarkan sahamnya ke masyarakat per tanggal 12 Juli 2018 itu memproduksi sepeda motor listrik, stasiun pertukaran baterai, dan platform aktivasi pemasaran yang terdiri atas aggregator produk digital, iklan berbasis cloud digital, dan masih banyak lagi.

Untuk memproduksi kendaraan listrik, NFC Indonesia mendirikan perusahaan patungan bersama PT Sicepat Express Indonesia dengan nama PT Volta Indonesia. Motor listrik Volta sendiri mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sehingga bisa diperdagangkan dengan harga Rp7 jutaan.

Pada semester pertama tahun 2023, NFC Indonesia berhasil memperoleh keuntungan sebesar Rp17,62 miliar. Sayangnya, jika dibandingkan dengan perolehan laba pada periode yang sama di tahun sebelumnya, perusahaan tersebut mencatatkan reduksi sebesar 52,85%. 

Merosotnya keuntungan NFC Indonesia berbanding terbalik dengan perolehan pendapatan perusahaan. Sebab, pada paruh pertama tahun 2023, perusahaan tersebut justru mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 6,54% menjadi Rp5,38 triliun. Merujuk dari laporan keuangan yang dirilis secara resmi, diketahui bahwa sektor penyumbang terbesar adalah aggregator produk digital yang bernilai Rp5,16 triliun.

2. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA)

Emiten kendaraan listrik yang akan dibahas berikutnya adalah PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Perusahaan yang resmi go public per tanggal 6 Juli 2012 itu sebenarnya bergerak di bidang pertambangan. Akan tetapi, untuk memperluas ekspansi bisnis, TBS Energi Utama mendirikan perusahaan patungan bersama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) untuk memproduksi motor listrik dengan merek dagang Electrum.

Perlu diketahui bahwa dua perusahaan tersebut tengah membangun pabrik motor listrik sendiri yang berlokasi di Greenland International Industrial Center (GIIC) Cikarang, Jawa Barat. Nantinya, pabrik tersebut diharapkan mampu memproduksi 250.000 ribu unit per line pada tahap awal.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan beberapa waktu lalu, dikabarkan bahwa sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, TBS Energi Utama mengalami pengikisan perolehan laba hingga 65,39% menjadi US$17,70 juta. Hal tersebut sejalan dengan terkikisnya pendapatan perusahaan sebesar 0,47% menjadi US$278,19 juta.

Baca Juga: Begini Performa Emiten BUMN Karya pada Semester Pertama 2023

3. PT Indika Energy Tbk (INDY)

PT Indika Energy Tbk (INDY) adalah perusahaan energi terdiversifikasi yang berupaya untuk menyinergikan sumber daya, jasa, dan infrastruktur energi supaya tercipta rantai nilai yang lengkap memenuhi kebutuhan nasional dan global. Melalui salah satu lini bisnisnya, perusahaan yang sudah melantai di bursa sejak 11 Juni 2008 itu memproduksi motor listrik dengan merek Alva One.

Untuk menunjang produksi motor listriknya, Indika Energy mendirikan pabrik yang diberi nama PT Electra Mobilitas Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 100.000 unit per tahun. Dengan adanya pabrik yang berlokasi di Cikarang itu, diharapkan Indika Energy bisa mencatatkan pertumbuhan bisnis di bidang motor listrik.

Selama menjalankan usahanya pada semester pertama tahun 2023, Indika Energy dilaporkan sudah mengantongi keuntungan sebesar US$108,86 juta. Nominal tersebut menunjukkan adanya penurunan hingga 52,39% jika dibandingkan dengan laba pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Terpangkasnya keuntungan Indika Energy beriringan dengan terkikisnya perolehan pendapatan perusahaan. Merujuk dari laporan keuangan yang dirilis perusahaan baru-baru ini, pada paruh pertama 2023, diketahui bahwa perusahaan tersebut meraup US$1,67 miliar alias 13,67% lebih rendah dari paruh pertama 2022.

4. PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS)

Emiten yang akan dibahas selanjutnya adalah PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS). Perusahaan yang telah melantai di BEI per tanggal 7 Oktober 2019 itu merupakan produsen e-moped, e-motor, e-bike, SPV, dan PMD. Selain mengeluarkan berbagai produk kendaraan listrik, perusahaan ini juga memproduksi kipas angin dan lampu.

Sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, berdasarkan laporan keuangan yang dirilis belum lama ini, Gaya Abadi Sempurna dikabarkan membukukan laba sebesar Rp10,16 miliar. Jika dibandingkan dengan keuntungan pada periode yang sama di tahun sebelumnya, tampak ada kemerosotan sebesar 32,61%.

Terpangkasnya laba Gaya Abadi Sempurna sejalan dengan berkurangnya angka penjualan perusahaan. Sebab, merujuk dari sumber yang sama, dilaporkan bahwa nominal penjualan yang dicetak perusahaan tersebut berada di angka Rp208,02 miliar alias 8,48% lebih rendah. 

5. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) adalah emiten terakhir yang dikupas dalam artikel ini. Perusahaan milik negara yang resmi menawarkan sahamnya ke masyarakat per tanggal 29 Oktober 2007 itu memproduksi motor listrik dengan merek Gesits melalui anak perusahaannya, yaitu PT Wika Industri Manufaktur.

Baca Juga: Kinerja Emiten FMCG Masih Moncer Sampai Pertengahan Tahun 2023

Sebagai informasi tambahan, per Juni 2023, Wijaya Karya harus menanggung kerugian sebesar Rp1,88 triliun alias melejit 14.369% dari Juni 2022. Hal tersebut justru berbanding terbalik dengan perolehan pendapatan yang dikabarkan melambung 28,81% menjadi Rp8,25 triliun. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: