Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Defisit RAPBN 2024 Terjaga, Peluang Kenaikan Rating Outlook RI Terbuka Lebar

Defisit RAPBN 2024 Terjaga, Peluang Kenaikan Rating Outlook RI Terbuka Lebar Kredit Foto: Ifg.id
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mengakhiri masa jabatan yang terakhir, Presiden Joko Widodo semakin memperlihatkan komitmennya untuk memperkuat posisi Indonesia di mata internasional. Komitmen tersebut sangat jelas terlihat dalam postur Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024, yang menekan defisit anggaran cukup rendah meski sejumlah ketidakpastian global masih ada.

Terkait hal tersebut, Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), menilai postur anggaran tahun depan sangat sehat dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibanding tahun ini. Pemerintah akan menjaga defisit anggaran sebesar 2,29% dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan defisit 2024 pada kisaran 2,64% dari PDB.

‘’Target defisit jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan dalam UU Keuangan Negara dan juga prasyarat yang ditetapkan lembaga pemeringkat S&P untuk mendapatkan rating upgrade dengan defisit di bawah 3.0% dari PDB,’’ papar Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad di Jakarta, Senin (21/8/2023). Baca Juga: PDB Kuartal II 2023 Moncer, Bahana TCW Prediksi Ekonomi Bisa Gaspol di 5,3% Tahun ini

"Dengan postur anggaran seperti ini, terbuka peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan rating outlook upgrade bila anggaran tahun depan dapat direalisasikan dengan disiplin," tambah Emil.

Pada awal Juli 2023, Standard and Poor’s (S&P), mempertahankan sovereign credit rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil, dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang solid, rekam jejak kebijakan yang baik dan konsolidasi fiskal yang lebih cepat dari target awal. Outlook stabil mencerminkan keyakinan S&P terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi Indonesia dalam dua tahun kedepan, yang akan mendukung kinerja fiskal dan stabilisasi utang.

Konsolidasi fiskal yang lebih cepat dari target awal memperlihatkan kemampuan pemerintah menurunkan target defisit pada tahun ini dari yang semula diperkirakan 2,84% dari PDB atau sebesar Rp 598,2 triliun, menjadi sebesar 2,28% dari PDB atau setara dengan Rp 486,4 triliun.

Penurunan ini ditopang oleh pendapatan negara baik pajak maupun non-pajak yang diperkirakan lebih tinggi dari belanja pemerintah, meski pemerintah selama paruh pertama tahun ini mampu membiayai pertumbuhan ekonomi melalui belanja pemerintah. 

Selain S&P, lembaga pemeringkat internasional lainnya seperti Moody’s dan Fitch Rating belum memberikan perubahan terhadap rating Indonesia. Fitch terakhir kali memberikan Indonesia rating BBB dengan outlook stabil pada Desember 2022, sedangkan Moody’s masih memberi peringkat Baa2 dengan outlook stabil pada Februari 2022. 

Sejalan dengan penurunan defisit, pemerintah juga akan menekan keseimbangan primer ke kisaran Rp 25,5 triliun atau -0,1% dari PDB pada 2024, dari target sebesar Rp 49 triliun atau -0,2% dari PDB untuk sepanjang tahun ini. Sedangkan rasio utang terhadap PDB, dijaga stabil pada kisaran 39% dari PDB.

‘’Rasio utang ini lebih rendah dibandingkan peers BBB rating, artinya pemerintah memiliki komitmen yang kuat menjaga keberlanjutan fiskal,’’ ungkap Emil. Baca Juga: Minat Investor Ritel Tinggi, Bahana TCW Bidik Dana Kelolaan Tumbuh 15% Tahun ini

Defisit anggaran yang rendah, tentunya akan berpengaruh terhadap rencana penerbitan surat berharga negara (SBN) yang tetap terjaga sepanjang tahun depan. Hal ini mengindikasikan SBN masih akan menjadi pilihan investasi yang menarik hingga tahun depan.

Dalam RAPBN 2024, pemerintah menetapkan asumsi yield SBN 10 tahun sekitar 6,7%, lebih rendah dari tahun ini, yang ditetapkan sebesar 7,9%. Nilai tukar rupiah diperkirakan pada kisaran Rp 15.000, lebih baik dari asumsi sepanjang tahun ini sekitar Rp 15.100. Penurunan ini menunjukkan berkurangnya risiko ketidakpastian perekonomian global di mata pemerintah, meskipun kedua angka tersebut cukup konservatif. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: