IESR Gelar Jelajah Energi Kalimantan Timur, Dorong Percepatan Bauran EBT
Institute for Essential Services Reform (IESR) kembali mengadakan kegiatan Jelajah Energi yang kali ini diselenggarakan di Kalimantan Timur.
Berkolaborasi dengan CASE dan Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Timur, agenda ini memiliki misi melihat kesiapan dan perkembangan institusi dan berbagai pelaku di daerah untuk mendukung transisi energi Indonesia.
Transformasi energi ini rupanya sekaligus menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperluas akses terhadap teknologi yang terjangkau dan bersih guna mendukung pemulihan ekonomi berkelanjutan dan lebih hijau.
Baca Juga: IESR Sebut Transisi Batu Bara ke Energi Terbarukan Berdampak ke Ekonomi Daerah Penghasil
Kalimantan yang menjadi daerah dengan penghasilan asli daerah berasal dari migas, batu bara, serta perkebunan sawit, akan menjadi langkah awal untuk mempersiapkan proses transisi energi.
Nantinya, sejumlah kawasan akan dikunjungi untuk melihat hasil implementasi dari transisi energi tersebut, seperti di PT Pertamina Hulu Mahakam, di mana instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sudah dilakukan sejak 2015.
Selanjutnya ada biogas Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar yang sudah memanfaatkan gas metana hasil penimbunan sampah dan telah dilakukan sejak 2012 lalu.
Ketiga, biogas kotoran ternak di Desa Mulawarman, Kabupaten Kutai Kartanegara, di mana kotoran cair dan padat dari hewan mampu menghasilkan gas, kemudian dialirkan ke kompor para warga setempat.
Keempat, co-firing PLTU PT PLN Nusantara Power UP Kaltim Teluk sebagai salah satu pembangkit listrik tenaga uap terbesar di Pulau Kalimantan dan menggunakan biomassa sebagai bahan bakar co-firing.
Kelima, PLTS terpusat Desa Menamang Kanan Muara Kaman, di mana PLTS di sana mampu memenuhi kebutuhan listrik wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) dan sudah berdiri sejak 2022.
Menurut Elly Luchritia Nova selaku Kepala Bidang EBTKE Kementerian ESDM Provinsi Kalimantan Timur, transisi energi tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia, di mana energi terbarukan tentunya lebih ramah lingkungan karena dapat mengurangi pencemaran udara dan kerusakan lingkungan.
Selain itu, adanya transisi energi ini diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk lebih mandiri karena bahan dasar energinya mudah didapat.
“Sebab tidak perlu bergantung atas kesediaan atau stok energi terbarukan yang dominan masih impor. Kemudian juga tidak memberikan kriminalitas produksi secara khusus karena bisa diproduksi di mana saja serta mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan” ungkap Nova saat berada di Kalimantan Timur, Selasa (5/9/2023).
Baca Juga: Jumbo! Jokowi Sebut ASEAN Butuh US$29,4 Triliun untuk Transisi Energi
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Laras Devi Rachmawati
Editor: Rosmayanti
Advertisement