Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

IHSG Naik Tipis, Saham Sektor Perbankan Ini Jadi Pendorongnya

IHSG Naik Tipis, Saham Sektor Perbankan Ini Jadi Pendorongnya Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan tipis setelah sempat mencapai level Rp7.000 pada perdagangan Rabu (6/9/2023) kemarin.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mengalami kenaikan sebesar 0,06% menjadi Rp6.995,95. Puncak tertinggi IHSG selama hari tersebut tercatat di angka Rp7.020,87. Transaksi mencapai Rp10,19 triliun dengan volume perdagangan mencapai Rp19,75 miliar saham.

Selama sesi perdagangan tersebut, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp19,30 miliar di seluruh pasar dan Rp81,82 miliar di pasar reguler. Sementara itu, investor asing juga mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp62,52 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Baca Juga: Menteri Teten Larang Keras Tiktok Jualan, Saham E-Commerce Beterbangan Kecuali Punya Djarum Group

Julis Riken, Relationship Manager Priority Wealth Management PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa pergerakan positif IHSG tersebut didorong oleh salah satu sektor perbankan, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Dalam sektor perbankan, saham BBNI berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 1,8%, unggul dibandingkan dengan saham bank lainnya yang cenderung stagnan.

“Karena BNI sebentar lagi akan melakukan corporate action untuk stock split,” tutur Riken, dikutip dari kanal Youtube Mirae Asset Sekuritas pada Kamis (7/9/2023).

Riken mengungkapkan bahwa pada perdagangan 28-31 Agustus 2023 kemarin, asing melakukan penjualan bersih (net sell) di pasar keuangan Indonesia sebanyak Rp2,4 triliun, dengan masing-masing pembagian Rp2 triliun di stock market dan Rp420 miliar di bond market.

“Tetapi, penjualan asing ini karena selisih antara Fed Rate dan BI Rate yang semakin tipis, apalagi ke depan ada wacana dari The Fed akan tetap optimis untuk menaikkan suku bunga,” jelas Riken.

Menurut Riken, keadaan ekonomi Indonesia saat ini tidak terlalu buruk. Pertumbuhan Produk DOmestik Bruto (PDB) Indonesia yang mencapai 5% secara year-on-year menjadi bukti bahwa ekonomi Indonesia masih dalam kondisi baik.

“Indonesia mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonominya yang masih lebih baik dalam jangka menengah dan juga masih mempertimbangkan rasio utang pemerintah terhadap PDB kita yang masih sangat rendah,” tutup Riken.

Baca Juga: Di Tengah Tren Penjualan Rokok Melemah, Analis Sebut GGRM Masih Jadi Saham Pilihan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: