Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Google Indonesia & Access Partnership Usul 4 Kebijakan demi Hadapi Tantangan Digitalisasi

Google Indonesia & Access Partnership Usul 4 Kebijakan demi Hadapi Tantangan Digitalisasi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Google Indonesia bersama Access Partnership Indonesia mengeluarkan laporan berjudul “Accelerating the app economy in Indonesia: Android and Google Play’s impact in Indonesia”. Laporan ini berisi empat usulan kebijakan agar Indonesia dapat menghadapi tantangan digitalisasi. Apa saja? 

Direktur Access Partnership, Abhineet Kaul mulanya memaparkan lima tantangan digitalisasi di Indonesia, seperti kesenjangan digital, kurangnya investasi terhadap infrastruktur digital, rendahnya adopsi digital di kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kurangnya keterampilan di sektor teknologi, serta pasar ekspor aplikasi yang relatif baru. 

Kaul pun memaparkan empat pengungkit kebijakan yang dapat mengatasi kesenjangan tersebut, mulai dari memperkuat akses internet dan infrastruktur digital di daerah pedesaan, mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam transformasi digital, meningkatkan keterampilan calon pengembang aplikasi (app developer) dan pengembang aplikasi yang ada saat ini, hingga membangun kemampuan Indonesia sebagai pusat teknologi regional. 

Baca Juga: Google Indonesia dan Access Partnership Ungkap 5 Tantangan Digitalisasi di Indonesia, Apa Saja?

Pertama dari segi akses internet dan infrastruktur digital, perlu diperkuat agar wilayah pedesaan dapat terjangkau akses internet. Menurut Kaul, sebenarnya ini dapat diakselerasi dengan infrastruktur fisik melalui kabel optik, satelit 5G, dan lain-lain. Namun yang terpenting adalah inklusi digital yang disertai edukasi yang membuat masyarakat melek. 

“… kita tidak hanya mendapatkan akses tersebut, tetapi juga harus memastikan bahwa ada masyarakat yang terkena dampak kesenjangan digital, jadi kita bicara dari aspek inklusi digital. Setidaknya ada pelatihan untuk mereka agar melek digital dan memungkinkan mereka siap memasuki ke revolusi digital,” jelas Kaul di acara konferensi pers Google Indonesia Play & Android Insights 2.0 di Senayan, Jakarta, pada Senin (11/9/2023). 

Kedua dari segi UMKM untuk transformasi digital, mereka perlu didukung agar lebih siap. Kaul memaparkan, program pelatihan yang telah dilakukan Google di Singapura, Korea Selatan, hingga Malaysia, telah membantu UMKM mengidentifikasi perjalanan bisnis non digital ke digital. 

Ketiga dari segi peluang keterampilan bagi calon pengembang aplikasi dan pengembang aplikasi yang ada saat ini. Mereka perlu diberikan peluang untuk meningkatkan keterampilannya. Kaul menyebutkan, banyak sekali kesempatan kolaborasi antara sektor publik dengan swasta demi peningkatan keterampilan tersebut. Misalnya Bangkit, Google Play x Unity, Indie Games Accelerator, dan sebagainya. 

“Banyak sekali program-program yang dilakukan sektor swasta, tetapi yang jelas pemerintah berpotensi membantu dan memanfaatkannya untuk menciptakan keseluruhan ekosistem,” ujar Kaul serius. 

Kaul mengambil contoh Australia, yang berfokus untuk menciptakan hub bagi pengembang di Adelaide, yang melibatkan pemerintah setempat. Pemerintah setempat menggelontorkan dana sebesar US$2 juta (Rp30 miliar) untuk meningkatkan keterampilan dan melibatkan kolaborasi melalui perusahaan swasta penyedia pelatihan demi menciptakan ekosistem yang penuh dengan talenta terampil. 

Keempat dari segi pembangunan kemampuan Indonesia sebagai pusat teknologi regional. Kaul menjelaskan, pusat teknologi ini dapat diwujudkan melalui kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara para pengembang di Indonesia, Asia Tenggara, atau bisa saja di Asia Pasifik. 

“Kami memperkirakan, Indonesia dapat menciptakan sebuah hub atau pusat untuk para pengembang di Asia Tenggara, bisa saja kan?” tanya Kaul. 

Mamun di sisi lain, empat usulan kebijakan ini tidak hanya membuka ekosistem ekonomi aplikasi, melainkan juga membantu Indonesia mendapatkan bagian ekspor dari ekosistem tersebut. 

“Pada dasarnya itu tidak hanya merevolusi ekonomi digital di Indonesia, tetapi juga menghasilkan paparan digital dan mata uang asing seiring berjalannya waktu,” tutup Kaul.

Baca Juga: Kemenkominfo: Teknologi Open RAN Efisienkan Pembangunan Jaringan Seluler di Indonesia

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: