Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Google Indonesia dan Access Partnership Ungkap 5 Tantangan Digitalisasi di Indonesia, Apa Saja?

Google Indonesia dan Access Partnership Ungkap 5 Tantangan Digitalisasi di Indonesia, Apa Saja? Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Google Indonesia baru-baru ini mengumumkan sebuah laporan yang berisi tantangan digitalisasi di Indonesia.

Bersama dengan perusahaan konsultasi global Access Partnership, setidaknya terdapat 5 tantangan, yakni kesenjangan digital, kurangnya investasi terhadap infrastruktur digital, rendahnya adopsi digital di kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kurangnya keterampilan di sektor teknologi, serta pasar ekspor aplikasi yang relatif baru. 

Direktur Access Partnership, Abhineet Kaul mengatakan bahwa, kelima tantangan ini juga dapat menjadi kesempatan terhadap perkembangan ekonomi digital di Indonesia, khususnya ekonomi aplikasi (app economy). Dari pemaparannya, Kaul menjabarkan poin-poinnya sebagai berikut. 

Baca Juga: UMKM Fokus Tumbuhkan Ekonomi Digital, Lantas Apa Upaya Atasi Kesenjangan Digitalisasi?

Pertama dari segi kesenjangan digital. Kelompok demografi tertentu, misalnya rumah tangga berpendapatan rendah, orang dengan lanjut usia (lansia) cenderung mengalami hambatan yang lebih besar terhadap inklusi digital. 

Kedua dari segi infrastruktur digital, investasi terhadap itu masih kurang, khususnya di daerah pedesaan dan semi-perkotaan (suburban) yang memiliki populasi yang tersebar luas. Menurut Kaul, masih ada 62 juta masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan akses internet. 

Ketiga dari segi adopsi digital di kalangan UMKM yang masih rendah. Kaul memaparkan, hanya 32% UMKM yang saat ini menjadi bagian dari ekosistem digital. Meskipun angka ini rendah, tetapi kesempatan untuk adopsi digital masih banyak dan masif. 

“Jadi, masih ada potensi yang masif untuk UMKM-UMKM ini untuk online. Dan sebenarnya perjalanan pertama yang mudah atau langkah awal yang dapat dilakukan adalah berada di ekonomi aplikasi (app economy). Mereka masih belum menjadi bagian dari keseluruhan perjalanan tersebut menuju digitalisasi. Itu dari segi permintaan,” beber Kaul di acara konferensi pers Google Indonesia Play & Android Insights 2.0 di Senayan, Jakarta, pada Senin (11/9/2023). 

Keempat dari segi keterampilan di sektor teknologi yang masih kurang. Kaul memaparkan, diperkirakan terdapat kesenjangan keterampilan digital yang signifikan, yakni sebanyak 600 ribu pekerja teknologi per tahun.

“Dari sisi suplai, memang ada inovasi teknologi, tetapi faktanya masih ada kekurangan keterampilan di sektor teknologi… Dan itu termasuk beberapa pengembang aplikasi (app developer), insinyur perangkat lunak (software engineer) yang membangun aplikasi tersebut,” tambahnya. Menurut Kaul, kekurangan keterampilan ini juga dibarengi dengan kesenjangan dari perspektif keterampilan pekerja. 

Kelima dari segi pasar ekspor aplikasi yang relatif baru. Dari pemaparan Kaul, kira-kira baru 28% penghasilan pengembang aplikasi  yang datang dari apsar luar negeri. 

“Untuk negara-negara maju yang merupakan kekuatan ekspor, angkanya bisa mencapai lebih dari 50%. Jadi Indonesia cukup baru dalam hal pasar ekspor,” tutup Kaul. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: