Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Jejem, Pengajar Muda asal Sukabumi Lulusan Beasiswa dari SCG

Kisah Jejem, Pengajar Muda asal Sukabumi Lulusan Beasiswa dari SCG Kredit Foto: SCG
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jejem Nurwahid, akrab dipanggil Jejem, bermimpi menjadi seorang guru sejak kecil. Di tengah berbagai profesi prestisius yang menjadi daya tarik generasi muda saat ini, kebahagiaan terdalam Jejem adalah saat ia dapat membantu orang lain untuk belajar dan berkembang. Jejem selalu memegang erat moto, "Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bisa bermanfaat untuk orang lain.”

Ketika berada di bangku SMA, Jejem nyaris putus sekolah karena kesulitan membayar iuran bulanan sekolah. Orangtua Jejem bekerja sebagai petani di desa Kertaangsana, Sukabumi, dengan penghasilan terbatas. 

Di tengah situasi tersebut, wakil kepala sekolah Jejem di SMA Negeri 1 Nyalindung memberikan informasi tentang Beasiswa SCG Sharing the Dream oleh SCG, perusahaan terkemuka asal Thailand yang bergerak di industri semen, bahan bangunan, kertas kemasan, dan bahan kimia, yang salah satu operasinya terbesar berada di Kabupaten Sukabumi. Inilah awal dari perjalanan Jejem mengejar dan mencapai mimpinya bersama SCG Sharing the Dream selama 6 tahun terakhir.

Baca Juga: Terima Dubes Arab Saudi, Ma'ruf Amin Bahas Kerja Sama Pengembangan Sektor Pendidikan

Jejem berhasil mendapatkan beasiswa dari SCG selama tiga tahun berturut-turut, yaitu tahun 2016 dan 2017 di masa SMA, dan kategori S1 di tahun 2018. Ia menjadi angkatan pertama penerima Beasiswa SCG Sharing the Dream kategori S1 di tahun 2018. Sebagai penerima Beasiswa SCG Sharing the Dream atau SCG Scholar, ia juga mendapat kesempatan untuk pergi ke Bangkok, Thailand, menghadiri acara SCG ASEAN Camp 2019. Di sana, ia berinteraksi dengan sesama SCG Scholars dari Thailand, Vietnam, dan negara-negara lain di mana SCG beroperasi.

Jejem memiliki ambisi dan jiwa sosial yang tinggi. Selama kuliah, ia aktif berorganisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa, meraih prestasi akademik di kampus, dan berpartisipasi di berbagai kompetisi, dari menulis puisi hingga debat. Hingga saat ini, Jejem masih aktif sebagai pemateri di berbagai kegiatan organisasi kampus sebagai alumni.

Tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 melanda, Jejem mendirikan program "Rumah Belajar" di sekitar rumahnya di Sukabumi. Program ini ia dirikan dengan pemikiran, "Bagaimana caranya agar anak-anak yang kurang mampu dan tidak bisa mengikuti pendidikan jarak jauh karena terhalang sulitnya akses internet tetap dapat belajar dan mendapatkan pengalaman terbaik sebagai seorang pelajar yang sedang dalam masa keemasannya. Meskipun pesertanya hanya 5-6 orang, Rumah Belajar hadir untuk mengakomodasi kebutuhan mereka, mengajarkan mereka cara membaca dan menghitung, mengeksplorasi pengetahuan baru, hingga keterampilan lainnya, seperti olahraga dan membuat kerajinan.”

Setelah menamatkan Pendidikan Keguruan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, saat ini, Jejem bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) At-Taqwa, Bandung. Sekolah ini adalah sekolah inklusif yang menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan kurikulum, sarana, dan prasarana yang sama untuk seluruh siswa.

“Saya memegang kelas dengan total 23 anak yang di dalamnya terdapat ABK dengan autisme ringan. Biasanya, ada Guru Pendamping Khusus (GPK) yang mendampingi anak tersebut. Sebagai wali kelas, saya berusaha menanamkan pandangan bahwa kita semua setara dan berharga, tidak peduli latar belakang dan kondisi yang kita miliki. Alhamdulillah, anak-anak dapat mengamalkan pesan ini dan mereka dapat berbaur dengan baik,” ucap Jejem.

Jejem mengakui menjadi pengajar memiliki tantangan tersendiri. “Tantangan terbesar adalah kesabaran. Menghadapi, melayani, dan merespons murid, khususnya Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi. Namun, saya selalu berusaha memberikan pemahaman kepada anak-anak yang lain, dan menunjukkan kasih yang sama kepada semua anak,” imbuhnya.

Tak mau membatasi diri dalam menciptakan dampak positif, Jejem pun aktif di media sosial untuk berbagi konten tentang pendidikan, kreativitas, hingga aktivitasnya. Selain menjadi pengajar tetap di sekolah, Jejem juga mengajar anak-anak peserta olimpiade secara privat dan aktif mengikuti pelatihan kompetensi untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang guru.

“Saya sadar, sebagian orang menganggap guru sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan karena penghasilannya tidak sepadan dengan usaha yang dikeluarkan. Namun, saya ingin meneruskan berkah-berkah yang saya terima melalui peran saya saat ini. Saya percaya, rezeki sudah ada yang mengatur dan tugas kita sebagai manusia hanyalah memastikan bahwa keberadaan kita bernilai dan berdampak,” tutupnya.

Jejem Nurwahid adalah contoh nyata bagaimana akses pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup dan menjadi kompas bagi masa depan seseorang. SCG meyakini, potensi generasi muda seperti Jejem perlu terus didukung. Untuk itu, beasiswa SCG Sharing the Dream terus menambah jumlah penerima dan jangkauan daerah dari waktu ke waktu. Hingga saat ini, program beasiswa ini telah membantu lebih dari 4.000 generasi muda dari seluruh Indonesia.

Baca Juga: Anggaran Beasiswa dan Bansos Pendidikan 2024 Naik Jadi Rp35 Triliun, KSP: Untuk Wujudkan SDM Unggul!

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: