Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Mampu Hadapi Kontraksi Ekonomi Dunia: Fokus Energi Terbarukan dan Investasi Sesuai Risiko

Indonesia Mampu Hadapi Kontraksi Ekonomi Dunia: Fokus Energi Terbarukan dan Investasi Sesuai Risiko Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan suku bunga The Fed, kenaikan harga minyak dunia, hingga efek perang Rusia dan Ukraina masih terjadi. Menurut peneliti INDEF, ini memberikan pengaruh yang berbeda di tiap negara, termasuk Indonesia. Apa dampaknya? 

Dilansir dari keterangan resmi Tumbuh Makna pada Sabtu (16/9/2023), peneliti dari Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan INDEF, Abdul Manap Pulungan, mengatakan bahwa Indonesia akan mampu melewati gejolak tersebut. Sebab, Indonesia pernah mengalami tekanan ekonomi yang sulit. Hanya saja, perlu penyesuaian secara mendalam dan melakukan langkah-langkah strategis. 

“Tinggal bagaimana kita melakukan penyesuaian internal dari kenaikan harga minyak itu. Sebenarnya sudah banyak wacana-wacana yang berkembang terkait bagaimana meningkatkan diversifikasi produksi yang tidak hanya terbatas pada bahan-bahan mentah seperti minyak, tetapi bisa shifting ke energi terbarukan,” ujar Abdul dalam Talkshow Tumbuh Makna bertajuk “Outlook Ekonomi Dunia dan Pengaruhnya bagi Indonesia” pada Kamis (14/9/2023) di Jakarta. 

Baca Juga: The Fed Ada Rencana Naikkan Suku Bunga, Apakah BI Punya Niat Serupa?

Abdul juga menekankan, perlu ada kebijakan strategis untuk menekan negara-negara produsen minyak agar dapat terkontrol sebagaimana mestinya. Di Indonesia, adanya kenaikan harga minyak dunia dapat mendoorong pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Cara ini dilakukan untuk merawat fiskal negara tetap defisit di bawah 3%. 

Founder Tumbuh Makna, Muliadi San, juga menganalisis lebih lanjut soal kekuatan ekonomi Indonesia, bahwa perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dalam kategori cukup stabil dalam merespons gejolak ekonomi dunia. 

Berdasarkan data yang ia ambil dari tahun 2013 sampai tahun 2022, pada September, IHSG sempat berada di zona merah sebanyak 6 tahun dari 10 tahun. Artinya, pada bulan tersebut terjadi kecenderungan IHSG untuk mengalami koreksi. Sementara di Oktober, IHSG selama 8 tahun berada di zona hijau, dan hanya dua tahun berada di zona merah. 

“Jadi probabilitasnya di bulan Oktober IHSG itu mengalami kenaikan. Secara statistik hal ini cukup menarik untuk pasar saham kita di sisa bulan semester II 2023,” jelas Muliadi. 

Karena itu, Muliadi menjelaskan bahwa hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dan rasional oleh berbagai investor. Namun, investor tetap harus memahami profil risiko masing-masing sebelum mengambil keputusan melakukan investasi. Misalnya, melakukan strategi pendekatan profil risiko agar dapat melakukan investasi secara kondusif dan aman. 

Muliadi melihat, dalam 12 bulan ke depan, sentimen pasar akan lebih kondusif dan konstruktif. Dari sisi kondusif, terjadi karena faktor risiko perubahan moneter dan fiskal akan lebih minim. 

“Jadi pertimbangan sektor dan kelas aset yang lebih diuntungkan untuk diterapkan di portofolio akan lebih mudah diprediksi,” imbuhnya. 

Sementara itu, dari sisi konstruktif, terdapat hal baik dan prospektif di IHSG, karena pertumbuhan laba perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cukup positif. 

“Itu yang membuat kami bertahan dengan pandangan bahwa IHSG masih berpotensi mencapai level 7.400, dengan pertimbangan EPS growth di angka 9%-10%,” tambahnya.

Baca Juga: Suku Bunga The Fed Naik, Investasi Saham dan Obligasi Akan Paling Bergairah

Muliadi pun menambahkan, obligasi dengan durasi tenor menengah dapat menjadi pilihan bagi investor, khususnya pada tahun 2024. Sementara untuk investor berprofil konservatif, ia melihat peluang Sukuk Ritel 019 yang diterbitkan Kementerian Keuangan dapat membantu progress kegiatan investasi dan mendorong pemerintah untuk mengembangkan perekonomian nasional. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: