Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Kondisi 5G di Indonesia, Palo Alto Networks: 5G is Good, Tapi Realistis Saja

Soal Kondisi 5G di Indonesia, Palo Alto Networks: 5G is Good, Tapi Realistis Saja Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan global yang fokus pada bidang keamanan siber, Palo Alto Networks baru-baru ini melaporkan hasil kondisi keamanan siber di Asia Tenggara dan Indonesia, yang menunjukkan bahwa mayoritas bisnis atau 58%-nya sedang mengerjakan strategi 5G, tapi mereka khawatir soal pengamanan data 5G dan lapisan aplikasinya. Bagaimana komentar perusahaan keamanan siber tersebut?

Country Manager Indonesia Palo Alto Networks, Adi Rusli memaparkan, kebanyakan perusahaan dan pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) sangat memperhatikan kerentanan perangkat internet of things (IoT) yang terkonteksi dengan layanan 5G, khususnya soal pengamanan data dan lapisan aplikasinya.

“Dari sisi 5G. 5G is good, tapi realistis aja di Indonesia. Di basement, sinyal saja hilang, atau di tempat tertentu masih ada blank spot. 5G mungkin akan membantu, tapi ingat 80% konektivitas yang disediakan pemerintah dan swasta belum menyentuh daerah luar atau terpencil. Konektivitasnya paling tersedia di Jawa, Bali, dan Sumatera,” beber Adi terang-terangan di media briefing bertajuk Laporan Kondisi Keamanan Siber di Daerah ASEAN Tahun 2023 di Kuningan, Jakarta, pada Senin (18/9/2023).

Baca Juga: Palo Alto Networks Singgung Tantangan Keamanan Siber di ASEAN & Isu ATO di Indonesia

“Apakah 5G sesuatu yang tepat? Bisa iya dan bisa tidak,” sambung Adi. Ia menambahkan, layanan 4G atau 3G sebenarnya dapat dimanfaatkan terlebih dahulu agar seluruh daerah terjangkau akses tersebut, untuk menghindari blank spot atau wilayah yang kehilangan sinyal. 

“Tapi kenapa tidak kita manfaatkan dulu 4G? Kenapa enggak kita mengakselerasi dulu infrastruktur 4G? Paling tidak, bisa memberikan konektivitas lebih cepat, terutama 80% dari total luas wilayah Indonesia. Dari sana nanti kita maju ke berikutnya. Semua bisa menjadi katalis untuk transformasi digital dan sebagainya,” jelas Adi.

Namun, Adi optimis bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah menyiapkan diri untuk menyambut 5G, walau masih belum jelas implementasi pengamanan data 5G dan lapisan aplikasinya. 

“Ini sesuatu yang dikatakan perusahaan-perusahaan, sudah menyiapkannya, sudah siap. Kalau melihat Presiden Jokowi waktu ke Freeport, yang digelar 5G di sana. Perusahaan-perusahaan dengan 5G. Bukan 5G ketika kita menggunakan mobile phone biasa,” ceritanya.

Meskipun begitu, Adi pun mengingatkan bahwa mengakselerasi transformasi digital dan sinyal di seluruh Indonesia, apalagi untuk keamanan siber perusahaan dan pelaku UKM, tetap membutuhkan infrastruktur yang mahal dan memakan waktu, salah satunya menara base transceiver station (BTS), yang beberapa waktu lalu menjadi masalah tersendiri akibat pejabat-pejabat di proyek Kemenkominfo melakukan korupsi dan menyalahgunakan pendanaannya.

“Saya rasa Anda semua tahu, 5G membutuhkan apa? BTS yang banyak dan saling terintegrasi, saling dekat, dibanding dengan 4G atau 3G. Artinya, untuk membangun infrastruktur 5G, jauh lebih mahal, jauh lebih lama, dan sebagainya,” singgung Adi serius.

Baca Juga: ZTE Dukung XL Axiata Bangun Jaringan Transportasi 5G berbasis SRv6

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: