Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi CEO Reku Jaga Amanah Investor dan Pemerintah di Industri Kripto

Strategi CEO Reku Jaga Amanah Investor dan Pemerintah di Industri Kripto Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Platform jual-beli dan investasi kripto berbasis di Indonesia, Reku, belakangan ini sedang mempersiapkan diri menuju Bitcoin halving tahun 2024, yang bertepatan dengan tahun pemilu.

Lantas, bagaimana strategi dan cara CEO Reku, Sumardi Fung untuk tetap patuh pada regulasi pemerintah sekaligus menjaga amanah dari investor kripto? Berikut wawancara lengkapnya dengan Warta Ekonomi pada Selasa (12/9/2023) lalu.

Reku berhasil meluncurkan fitur staking dan mendapat izin dari Bappebti, bagaimana perkembangannya saat ini?

Jadi, staking pada saat itu kami melihat, ini pertamanya kami berkontribusi ke industri blockchain. Seperti yang saya katakan, ini kan proof of stake. Semakin banyak orang berkontribusi, semakin kuat jaringan tersebut.

Di sisi kedua, kami melihat bahwa dengan kondisi pasar hari ini, pengguna kripto itu agak berbeda dengan investor saham.

Kalau investor saham itu lebih banyak yang sudah lebih matang, mereka membeli saham-saham bluechip lalu dibiarkan 5-10 tahun. Tapi kalau pengguna investor kripto itu, investor yang lebih milenial, yang lebih berani ambil risiko. 

Makanya pada tahun 2021 ketika market begitu volatil, transaksi di Indonesia itu kurang lebih itu hampir sekitar, kalau saya nggak salah ingat, sekitar Rp800 triliunan satu tahun itu untuk Indonesia. Tahun 2022 itu hanya Rp200 triliunan. Jadi terjadi penurunan yang sangat signifikan. Kenapa? Karena mereka itu enggak suka dengan yang sehari hanya dapat 1%. Mereka enggak suka. Mereka lebih suka yang 10-20% begitu lho. Mereka lebih suka hal seperti itu.

Tapi pasar yang seperti itu kans udah selesai, dan mereka punya aset sekarang. Aset itu mau diapakan? Mereka tetap hold, mereka tetap tunggu. Tunggu sampai market bull-nya datang lagi. Tapi dengan mereka berkontribusi ke dalam staking ini, kan aset mereka yang diam itu, jadi dapat uang. Setahun up to 12,5% yang ini jauh lebih bagus daripada uangnya masuk deposito. 

Baca Juga: Produk Reksa Dana Kripto Terus Alami Aliran Keluar Selama 9 Minggu Terakhir

Dari saham pun lebih tinggi keuntungannya dari staking kripto, atau bagaimana?

Nah kalau di saham, kami enggak bahas tentangnya masalah yield-nya ya. Masih kenaikannya 5%, 10%. Kripto juga punya posibilitas naik 5-10% kalau melihat histori 10 tahun secara mundur. Tetapi selama dia menunggu, dia menginvestasikan portofolionya di kripto, kriptonya itu juga menghasilkan bunga. Dan bunganya ini bukan seperti kami sebagai perusahaan, kami ambil uangnya, kami kelola, kami berikan bunga. Enggak. Ini benar-benar kami taruh di blockchain langsung.

Nah, inilah yang membedakan antara perusahaan yang menawarkan pure staking atau dia tambahkan dengan staking atau earning. Kalau dia mencatatkan staking atau earning, itu artinya uang kamu taruh di dia, dia berikan bunga. Kalau kami, enggak. 

Kenapa kami mendapat izin staking dari pemerintah pertama kali? Kami menjelaskan bahwa kami itu tidak akan jadi the next bigs, perusahaan keuangan yang kolaps karena salah kelola.

Kami kelola uang dana masyarakat ratusan miliar, terus kami berikan bunga, salah kelola, gagal bayar. Ini benar-benar kami staking ke platformnya lho. Kami jelaskan alur-alurnya, kami berikan bukti-buktinya semua. Akhirnya pemerintah yakin. Makanya akhirnya kami diberikan izin pertama. 

Ini seperti pergerakan harga saham? Bagaimana dengan kripto, apakah sama?

Jadi sama-sama, seperti kita beli properti, itu kan ada posibilitas properti turun. Misal di China atau Malaysia sekarang. Ada posibilitas itu. Hanya saja, sambil menunggu, kita akan mendapatkan penghasilan sampingan. Itu bagus sekali. Dan enggak semua kripto itu bisa dihitung. Contoh kayak Bitcoin enggak bisa, karena Bitcoin sampai hari ini masih proof of work, bukan proof of stake

Kalau proof of stake, itu penambangnya (miner) menggunakan perangkat lunak (software). Jadi mereka mengambil saldonya, dimasukkan ke dalam software itu untuk berkontribusi. Cuma teknisnya kan ribet. Kami menawarkan yang kamu enggak perlu pusing soal teknisnya lagi. Kamu mau taruh uang untuk staking Rp100 ribu, kamu yang urus. Kamu hanya perlu tekan Rp100 ribu, oke. Setelah itu mulai besok, kamu akan melihat kamu dapat hasilnya.

Bursa Kripto Berjangka (CFX) sudah hadir, bagaimana langkah Reku di paruh pertama tahun 2023 ini?

Kami dengan CFX itu, sebenarnya CFX dari awal sebelum pembentukan, mereka sudah melakukan sosialisasi, bahwa akan membangun satu bursa, yang sebenarnya rencananya sudah dua tahun ya, 2,5 tahun kalau saya enggak salah ingat. 

Waktu pertama kali aturan Bappebti itu dikeluarkan, saya cerita sedikit sejarahnya ya, niatannya itu adalah Bappebti itu enggak mau ada perusahaan keuangan, yang salah kelola menggunakan uang nasabah.

Contoh kalau di saham. Perusahaan sekuritas saham 30 tahun lalu bisa menggunakan uang nasabah, kalau sekarang kan enggak bisa, ada namanya RDN, RDN untuk simpan rupiahnya, KSEI/KPEI yang memegang sahamnya, perusahaan hanya jadi broker. 

Karena kalau enggak, memang kami sudah lihat kasus FTX. itu kan nasabah dirugikan besar sekali. Nah dari ide tersebut, diaturlah perusahaan kripto, diaturlah industri kripto ini dengan empat lembaga. Lembaga pertamanya adalah pelaku usahanya, yaitu Reku, setelah itu ada bursanya, ada penyimpan uang rupiahnya yaitu kliring, ada satu lagi nama depositori. Depositori tugasnya menyimpan dana kripto nasabah. 

Pada saat itu, tiga ini mau dibentuk, kan perusahaan pelaku kripto sudah ada, akhirnya dibuatlah pendaftaran. Setelah mendaftar, kalau diterima, tanda daftar boleh berusaha, yang tidak melakukan tanda daftar enggak bisa, dengan klasifikasinya. 

Nah, kenapa Reku enggak bisa menjadi perusahaan terdaftar? Karena di dalam aturan komoditas Indonesia, dalam undang-undangnya itu, kami harus menjadi anggota bursa, baru bisa mendaftarkan diri ke Bappebti dan disetujui.

Jadi rencana bursa CFX sebenarnya sudah lama sekali, sudah dua tahunan, hanya enggak pernah ada begitu lho, karena memang persyaratannya itu cukup besar, modal listornya Rp1 triliun, 80%nya tidak boleh disentuh, berarti uang itu harus Rp800 miliar, harus tetap ada di perusahaan.

Pada saat itu, pandemi COVID-19 datang, akhirnya tertunda, setelah pandemi juga sudah selesai, datanglah satu perusahaan itu, mendaftarkan diri ke Bappebti, melewati seluruh klasifikasinya, yaitu CFX. Nama perusahaannya Bursa Kripto Nusantara (BKN), tapi produknya itu namanya itu CFX. 

Arti dari CFX sendiri yang dijelaskan oleh CEO-nya tidak ada arti. Jadi kalau mau dibilang Crypto Futures Exchange silahkan atau Commodity Futures Exchange, nah itu dia katakan tidak ada arti, itu yang dia sampaikan ke kami.  

Berdasarkan aturan, setelah bursa diluncurkan, maka perusahaan punya waktu satu bulan untuk mendaftarkan diri. Itu memang aturannya sudah dibuat, dari 1-2 tahun lalu. Akhirnya ada sekitar 28 perusahaan ini mendaftarkan diri. Tapi kalau satu bulan, kan enggak sanggup, sumber dayanya CFX ini kan enggak sanggup melakukanya satu per satu mengecek. 

Akhirnya kita semua sepakat bahwa, semua perusahaan mendaftarkan diri, semua syaratnya dipenuhi, kalau secara generalnya sudah terpenuhi, maka kami akan mengeluarkan satu tanda daftar, bahwa sudah mendaftar, tapi belum diceklis 100% komplit.

Tetapi poin-poin tertentu yang besar-besar, contoh yang paling besar adalah, wajib memiliki modal listor Rp100 miliar. Kalau ini tidak terpenuhi, dan otomatis tidak akan dikeluarkan. Kalau masalah administrasi-administrasi kecil, itu mereka tidak ditoleransi. Jadi kami daftar, sejauh ini tidak ada permintaan data ekstra dari kami lagi. Targetnya itu, rencananya akhir bulan ini, kalau enggak ada masalah, mereka sudah keluarkan tanda daftar. Setelah keluar tanda daftar, kami sudah bisa mendaftar ke Bappebti. Sehingga sudah menjadi resmi masuk bursa CFX.

Kalau sekarang kan, kami dinamakan, Calon Perdagang Fisik Aset Kripto (CPFAK). Setelah kami resmi terdaftar, C-nya jadi hilang. Jadi, Perdagang Fisik Aset Kripto.

Transaksi kripto masih terhubung dengan penggunaan listrik, khususnya untuk penambangan (mining)?

Kalau untuk trading, mungkin dasarnya begini. Kripto itu dari Bitcoin, kami contohkan mungkin top 3, seperti Bitcoin dan Ethereum misalnya. Itu sejak diluncurkan sampai hari ini, enggak pernah down. Kenapa enggak pernah down? Mungkin analogi simpelnya itu adalah peer-to-peer. Peer-to-peer itu, kalau dulu zaman saya itu Napster begitu lho. Apalagi ya kalau peer-to-peer yang sehari-hari kita pakai sekarang ya. Pada dasarnya, saya itu terhubung. 

Kalau sekarang kan kita pakai Gojek, pakai Google, kan kita terhubung ke servernya Google. Tapi kalau peer-to-peer, ketika ada 10 orang, kita itu saling terhubung. Jadi selama 10 orang itu enggak down, ya jaringan itu tetap akan jalan. 

Nah, kenapa Bitcoin itu enggak pernah down sampai hari ini? Karena sekarang mungkin ada jutaan server yang tersebar di seluruh dunia yang mendukungnya. Nah, itulah salah satu si penambang (miner) itu. Nah, konsumsi listrik enggak? Ya, itu konsumsi listrik. Cuman itu banyak teori yang mengatakan kita mempertahankan dan memantau uang kita kan juga perlu konsumsi listrik. Tapi itu kan teknologi blockchain versi 1. Blockchain versi 2, itu listriknya juga kecil sekali seperti Ethereum. 

Jadi mereka mining itu bukan pakai listrik, tapi pakai perangkat lunak (software). Nah, software-nya itu hampir enggak konsumsi listrik apa-apa sama seperti laptop dibuka seperti ini. Jadi memang sudah jauh lebih canggih dan skalabilitasnya juga jauh lebih besar.

Nah, Ethereum bulan September tahun lalu sudah migrasi. Namanya proof of stake. Kalau dulu itu proof of work. Kamu harus kerja, baru kamu dapat imbalan atau reward.

Kalau sekarang itu kamu menyalakan software, kamu taruh Ethereum kau di situ, nanti dia akan bekerja sendiri begitu lho, tanpa mengonsumsi listrik yang besar. 

Nah, kalau di sisinya kami sebagai platform, ya pasti ada server dan lain-lain. Tapi saya rasa itu cukup normal. Seluruh perusahaan rintisan (startup) juga pasti seperti itu.  

Makanya kalau kami dengan AC Ventures kan, investor utama kami, kami juga diwajibkan untuk patuh kepada Environmental, Social, dan Governance (ESG). 

Baca Juga: Perluas Layanan, PayPal Hadirkan Fitur Baru untuk Jual-Beli Kripto

Berkompetisi dengan platform kripto lainnya, apa yang membuat Reku menonjol dan bertahan sampai sekarang?

Kalau dari awal itu ya, Reku bisa dikatakan, mungkin dari top 5 perusahaan kripto di Indonesia, bisa dikatakan tumbuh 99% itu organik. Tanpa ada marketing sama sekali. 

Karena kebetulan pada saat itu kan memang latar belakang saya dari traders. Saya lama di futures trading, 13 tahun. Nah akhirnya kami pada saat itu berpikir, apa masalah yang sering dihadapi pengguna ketika bertransaksi kripto, salah satunya biaya transaksinya sangat mahal, support-nya yang tidak 24 jam. Nah itu awal mulanya yang kita perbaiki.

Jadi ketika kami menawarkan biaya transaksinya yang lebih kompetitif, support-nya 24 jam, tapi sekarang sudah semua orang juga sudah mulai menawarkan 24 jam. 

Terus kami muncul lah inovasi-inovasi yang lebih baru lagi, seperti yang baru kami luncurkan, yakni mode Lightning. Kalau transaksi kripto ya, misalnya bagi orang yang enggak begitu terbiasa, nah ketika mau jual-beli, lihat apa sih angka yang begitu banyak ini? Kan bingung dong. Padahal saham juga seperti ini. 

Akhirnya kami berpikir bahwa, oh enggak semua orang itu mengerti cara bertransaksi kripto secara benar. Nah akhirnya kami menawarkan mode Lightning. Mode Lightning itu enggak ada lagi angka-angka tadi, yang ada hanya harga jual dan harga beli. Setelah itu kalau bisa mau beli, masukkan saja, mau beli berapa sih? Nah kami itu pertama di Indonesia yang menawarkan mode seperti ini. 

Selain itu, fitur staking sudah pasti, kan kami satu-satunya di Indonesia yang mendapatkan persetujuan dari Bappebti untuk menawarkan staking

Dan memang masih banyak hal lagi yang sedang kami kerjakan. Mungkin kalau bisa dilihat, ada produk-produk lain kami, misal  produknya kita ada Reku Kuis, yang selalu berhubungan dengan literasi kripto. Itu hal-hal yang terus kami bangun ke masyarakat, maksudnya investasinya lebih bijak, dia harus mengerti. Jangan hanya temannya bilang beli, ya dia juga ikut beli. 

Terus kalau down, nah ini yang kami sebagai pelaku yang percaya dengan industri ini, sampai kita sedihnya adalah, ‘ah enggak lah, saya habis kena tipu. Kena tipu seperti apa?’ Saya bilang. ‘Ya lah waktu belinya di harga Rp10 ribu, sekarang harga Rp3.000, ya kena tipu’. ‘Lah, kan kamu investasi di saat yang salah begitu lho.’

Tapi kan banyak juga cerita yang seperti kami, yang sudah percaya kripto dari 7-8 tahun lalu, kan juga menghasilkan begitu banyak uang waktu sampai 2021-2022. Nah, sampai bahkan kami itu paling percaya bahwa 2024 nanti, itu datang lagi.

Apakah karena pemilu 2024, atau bagaimana?

Bitcoin ini, mungkin pernah ada analogi begini, mungkin simpelnya beginilah ya. Jadi di Bitcoin itu namanya Bitcoin halving

Nah, jadi begini simpelnya ya. Zaman saya kecil, Papa saya itu kasih saya uang jajan ke sekolah Rp500, Rp500, saya sudah bisa beli bakmi pada saat itu. Waktu saya masih kecil, saya masih melihat uang Rp1, Rp5 yang bentuknya koin. Itu zaman saya waktu masih kecil, tahun 90-an. 

Kenapa sekarang kalau kasih tukang parkir Rp500 saja berantem kita ya? Bahkan enggak ada lagi gitu lho. Nah, itu kan inflasi. Inflasi itu ada satu sisi itu bagus. Tapi, inflasi berlebihan itu enggak bagus. Indonesia itu salah satu negara dengan inflasi yang sangat tinggi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: