Strategi CEO Reku Jaga Amanah Investor dan Pemerintah di Industri Kripto
Bayangkan bagi masyarakat menengah bawah, inflasi itu kan memburu mereka. Maksudnya gini, dia kerja, menabung, punya harapan 3 tahun kemudian dia bisa beli rumah itu. Tapi 3 tahun kemudian rumahnya sudah naik lagi harganya. Enggak terkejar. Banyak hal mengenai inflasi yang enggak baik, saya juga kita nggak sampai ke sana.
Nah, lahirlah waktu krisis keuangan 2008 tersebut, yang Pan Brothers hancur-hancuran itu. Ada satu orang namanya Satoshi Nakamoto. Sampai hari ini enggak tahu itu siapa. Dia punya konsep seperti ini, inflasi itu disebabkan oleh pemerintah mencetak uang non-stop. Kalau pemerintah mencetak uang terus-menerus, ketika masyarakatnya semakin lama semakin punya uang, maka nilainya akan semakin turun. Benar dong?
Kalau sekarang kita masing-masing punya cuma Rp1.000, maka barang ini nggak akan lewat dari Rp1.000. Tapi kalau hari ini kita sama-sama punya Rp1 triliun, dan kita butuh barang ini, dia bilang mau Rp1 miliar juga kita beli kok. Karena kita punya Rp1 triliun begitu lho. Nah, itu kan enggak bagus.
Nakamoto muncul dengan satu konsep, dia keluarin satu mata uang namanya Bitcoin, jumlahnya hanya 21 juta. Tidak akan lebih. Tidak bisa diubah juga. Kalau diubah, kalian harus pemilu. Namanya itu konsensus. Yang bisa ngubah ini siapa? Penambang atau miner-nya. Jadi sekarang miner ada ratusan juta, kalau mau mengubah konsep itu, maka 51%-nya harus setuju. Itu sudah ribut berkali-kali di komunitas, sampai hari ini enggak bisa berubah. Jadi jumlahnya hanya ada 21 juta.
Siapa pun yang berkontribusi duluan di dalam platform ini, ketika platform ini suatu hari diterima oleh masyarakat, maka dialah yang akan pertama kali menikmati keuntungan itu. Karena nilainya akan semakin membesar. Dulu harga US$1, sekarang US$28 ribu.
Setelah itu dia tambahin lagi satu klausul, inilah yang namanya Bitcoin halving. Setiap 4 tahun, dia akan buat, untuk mendapatkan Bitcoin itu naik tingkat kesusahannya 100%. Jadi ketika tingkat kesusahannya naik 100%, maka nilainya itu juga harus ikutan naik 100%. Kalau enggak, enggak terkejar. Nilai ekonominya enggak dapat.
Misalnya, kalau kita ada dari poin A mau ke poin B, butuh bensin satu liter. Satu liter harganya Rp1.000. Kalau satu liter itu di Rp1.000 itu dijadikan Rp2.000, bener nggak ongkosnya harus naik? Kalau enggak kan pasti ekonomi itu enggak jalan. Itulah namanya deflasi. Dia bikin deflasi, bukan inflasi. Setiap 4 tahun harus ada deflasi 50%. Maka nilai yang kalian pegang semua harus naik 100%.
Halving itu sudah terjadi tiga kali. Tiga kali halving, teori itu terbukti. Harga itu naik double, triple. Halving berikutnya itu adalah April di tanggal 29. Paling bisa selisih pun plus minus 1 hari. Karena itu ditanam ke dalam koding. Makanya namanya decentralized finance. DeFi itu artinya itu. Enggak ada satu orang pun yang bisa mengubah itu. Kalau kalian mau mengubah itu, kalian harus 51% setuju. Dan sampai hari ini enggak pernah ketemu.
Bagi orang yang sudah terlanjur menginvestasikan uang yang besar ke Bitcoin, mereka pasti nggak mau dong di-halving. Kalau kita sama-sama sudah beli mobil Ferrari yang jumlah unitnya 500. Terus Ferrari sudah setop produksi, jadi barang langka dong. Sepuluh tahun lagi tiba-tiba mungkin enggak kita yang punya 500 ini bilang, kita bikin 600 yuk. Akibatnya menurunkan nilai kita kan. Makanya enggak pernah ada yang mau.
Ada yang mengatakan bahwa, ‘ah halving 2016 terbukti, 2017 kan meledak, halving 2020 ada yang mengatakan akan kebetulan Corona’. Nah pembuktian terbesar nanti di 2024 ini. Apalagi dengan kondisi ekonomi yang masih cukup winter. Kalau dia bisa membuktikan diri bahwa konsep ekonomi dia proven, harusnya itu kripto itu sudah jadi besar sekali. Biasanya akan memakan waktu 6 bulan, selalu adjustment-nya. 2016 halving di bulan Mei, meledaknya di Desember. Di 2020 halving, meledaknya juga di Desember. Nah ini 2024 halving juga harapannya 6 bulan dia meledak lagi. Double triple.
Nah ini sementara yang kami lakukan sekarang, apalagi juga sudah dapat pendanaan dari AC Ventures kemarin. Ada AC Ventures, Skystar Capital kan dari perusahaan investasinya Sandiaga Uno, unit usahanya Saratoga, dan Coinbase, perusahaan bursa yang satu-satunya IPO di Amerika Serikat, serta ada beberapa angel investor. Ini memang fokus kami sekarang lebih ke mengembangkan produk. Produk-produk, skalabilitas, supaya nanti waktu 2024 datang itu, semua itu sudah jauh lebih siap. Kalau trafiknya datang lagi itu enggak kaget begitu lho.
Misalnya, kami di 2021 itu ya, kan tech winter-nya kan lama ya. Tiba-tiba sehari datang puluhan ribu KYC. Nah kan resource-nya ini kan juga enggak cukup, dan lain-lain masih ada banyak hal-hal seperti itu. Tapi ya itu kalau kami bilang masalah yang bagus lho ya. Bisnis bertumbuh begitu lho. Hanya saja kali ini kami memang lebih fokus untuk lebih siap lagi untuk hal-hal seperti itu.
Baca Juga: Jepang Berencana Izinkan Startup Terbitkan Aset Kripto
Kripto masih kontroversial, lantas bagaimana Reku berkontribusi di edukasi dan literasi kripto lebih strategis?
Ya kami sih cukup intens ya. Belakangan kami juga menggandeng HIPMI untuk melakukan beberapa acara di daerah. Terakhir itu di Padang, itu satu dua minggu lalu ya? Di acara WIES atau World Islamic Entertainment Summit. Terus sebelumnya ada di Surabaya juga, Bandung. Terus ada Reku roadshow ke 30-an kota.
Jadi memang kami hadir itu, bukan apa ya, bukan maksudnya ‘oh pake Reku, pake Reku’, enggak. Jadi kami mengajak untuk edukasi ‘apa sih kripto itu?’ Karena ada pertanyaan apa saja, silakan diskusi seperti itu.
Bulan lalu ya, kami kan juga menggandeng Maudy Ayunda sebagai brand ambassador kami. Jadi kami ada 5 episode di Youtube, menggandeng beberapa Youtuber yang memang di dunia keuangan. Ngobrol tentang literasi keuangan ini seperti apa. Mindset-nya ini seperti apa. Kalau mau berinvestasi itu seperti apa. Nah inilah yang kami lakukan supaya masyarakat itu mengerti lho maksudnya. Investasi yang lebih bijak itu seperti apa. Nah ini yang kami lakukan.
Untuk saat ini, apakah Reku terbuka dengan tahap pendanaan lain setelah mendapatkan pendanaan Seri A? jika iya, siapa pemimpin pendanaannya?
Memang sih kalau idealnya, bagi startup itu satu tahun, satu setengah tahun itu harus terus melakukan pendanaan (funding). Supaya pertumbuhannya itu jauh lebih agresif.
Kami memang ada berpikir untuk funding. Tapi kami berpikir apakah ini waktu yang tepat enggak? Maksudnya waktu yang tepat dengan kondisi kami percaya bahwa misalnya 6 bulan lagi pasar akan jauh lebih baik. Kami akan memiliki GTV revenue yang jauh lebih besar sehingga kami bisa mendapatkan valuasi yang jauh lebih baik.
Jadi kami nggak menutup kemungkinan itu juga. Cuma memang dari pendanaannya terakhir itu juga memang runway kami masih panjang sekali. Karena kami memang sudah memiliki pendapatan (revenue) tepat. Kan banyak startup yang paling masalah itu adalah mereka enggak memiliki pendapatan. Terus tumbuh, bakar uang non-stop. Sedangkan kami itu sudah memiliki pendapatan. Jadi akhirnya runway kami itu ditambah dengan pendanaan itu masih panjang sekali, karena masih bisa 6 tahun lagi.
Nilai mungkin nggak secara revenue spesifik. Tapi nilai transaksi kami itu kan memang kurang lebih sebulan itu, di angka rata-rata itu kurang lebih Rp2,5 triliun sampai Rp3 triliun. Jadi maksudnya cukup sehat untuk perusahaan kami.
Memang terakhir funding kami itu kan di US$11 juta, jadi sekitar Rp165 miliar, ditambah dengan kas perusahaan yang memang cukup sehat. Ya revenue kami sih masih panjang sekali lah ya, 5 tahun ke atas kali ya. Itu pun dengan kondisi pasarnya seperti ini saja di dulu. Tapi kan kami percaya seperti tadi, ada Bitcoin halving, enggak tertutup kemungkinan juga kami bisa diversifikasi produk. Jadi nggak melulu hanya di jual beli kripto.
Tapi memang kami juga melihat, kami itu kan selalu berusaha patuh (comply) terhadap aturan pemerintah. Jadi kami juga melihat nih pemerintahnya mengizinkan atau nggak. Contohnya staking. Kalau Warta Ekonomi lihat, staking itu, ada satu perusahaan di Indonesia menawarkan earning. Di sisi pengguna itu enggak beda. Tapi di sisi teknisnya itu totally berbeda, yang satu itu berkontribusi ke blockchain, yang satu itu mengelola dana masyarakat. Diputar-putarin, dikasih bunga.
Tapi yang paling membedakan kami berdua, cara menjalankannya adalah kami enggak mau luncurkan sebelum Bappebti memberikan izin. Kami tetap berusaha patuh. Dengan sumber daya yang kami punya, kami bisa mendiversifikasikan produk-produk Reku. Namun kami tetap mau ini diizinkan oleh pemerintah atau enggak. Mesti patuh ke Bappebti juga. Iya, uang orang gede lagi. Kripto lagi.
Saya bilang tadi, nambahin uang saya itu dari trader kan. Pasti kan saya juga enggak mau dong perusahaan yang saya percaya tiba-tiba, kan apalagi uang yang saya simpan puluhan tahun. Kan enggak baik banget lah itu ya. Itu kami enggak mau sih. Jadi selalu, kami berusaha comply, comply, comply.
Cuma ya, jangan sampai waktu kami comply, kok yang lain-lain enggak comply ya. Jadi kami kalah kompetitif. Bisa kan enggak mau tahu begitu lho.
Baca Juga: Kripto Berpotensi Halving Jelang Tahun Pemilu, Ini yang Dilakukan Reku
LinkedIn Reku ini menarik dari segi employer branding, apa yang membuat Anda dan tim peduli soal ini?
Ya karena mungkin dari pengalaman-pengalaman pribadi juga lah ya. Rekan saya juga memang latar belakangnya itu dari perusahaan investasi. Dia sendiri juga menginvestasikan uang-uang selama dia masa kuliah, waktu dia bekerja di Amerika Serikat. Jadi kami pernah ngerasain itu maksudnya, sampai kami mau investasi sesuatu yang baru, kami enggak ngerti. Setelah itu ikut-ikutan, ujung-ujungnya itu enggak baik. Karena biasanya yang ikut-ikutan itu selalu telat. Maksudnya, itu ketika udah hype sekali.
Padahal Warren Buffett kan bilang, kalau orang beli, kamu jual. Kalau orang jual, kamu beli. Itu baru investasi yang benar. Sehingga keuntungan (gain) kamu lebih besar.
Nah dari situ kami berpikir bahwa kami mau menjadi perusahaan yang seperti apa? Citranya ke masyarakat, apakah kita mau secara agresif pasang billboard ujung ke ujung, diskon 10%-50% gitu? Atau mau yang lebih ke apa ya, melihat kami tuh lebih dipercaya? Sehingga ya trustworthy-nya lebih besar lah. Nah itu yang kami ingin sampaikan. Itu dulu awal mulanya.
Karena memang kalau dilihat, mungkin kami tuh salah satu perusahaan yang me-listing koin yang mungkin enggak begitu banyak dibanding kompetitor, karena kami hati-hati sekali. Kami enggak mau kita asal sembarang listing, pelanggan beli, akhirnya rugi. Setidaknya kami filter baik-baik dulu.
Jadi kami tuh selalu mau menjaga amanah mereka. Jadi kami berusaha, oh yuk marketing dengan cara itu saja. Menurut kami tuh lebih baik, dengan literasi, dengan misalnya Maudy Ayunda, dengan brand ambassador, yang dibahas tuh bukan soal pakai kripto, tapi bahas mengenai masalah literasi keuangan.
Itu yang kami mau, citra yang ingin kami tawarkan ke masyarakat, dan menurut kami kan juga bagus buat masyarakat, karena mereka mengerti.
Nilai-nilai kepemimpinan apa yang membuat tim Reku bisa tampak ekspresif dan edukatif di media sosial?
Ya memang kalau lihat dari kantornya, dibangunnya sudah seperti rumah itu awal-awalnya. Kantornya kan sudah ada pada Juni 2018, berarti sudah 5 tahunan kantornya.
Memang pertama kami bikin itu adalah, jangan yang terkesannya atasan itu punya ruangan yang sangat eksklusif, sedangkan yang lainnya himpit-himpitan. Ya enggak, saya beserta Jessy [rekan] dan beberapa levels itu duduknya di sini. Nah kalau misalnya mau dipakai untuk rapat pun, misalnya kami enggak ada, silahkan dipakai.
Jadi kami berusaha, jangan ada terlalu banyak batasan. Komunikasinya harus lebih dua arah. Jangan dari atas selalu mau ke bawah, yang bawah enggak bisa ke atas. Kalau mau ke atas sudah takut duluan dia mau ngomong salah, mau takut apa, nanti enggak baik buat kami. Itu yang selalu kami tanamkan di perusahaan.
Kalau ada apa-apa yuk diskusikan sama-sama, bahwa ini adalah keluarga kedua setelah rumah. Apa yang ingin kami capai kan juga dicapai sama-sama, enggak bisa hanya satu orang kan? Enggak bisa satu divisi pun begitu lho, itu yang sering saya juga sampaikan.
Divisi marketing bekerja begitu baiknya, dengan Maudy Ayunda dan lain-lain segala macam. Tapi divisi support-nya ketika ada yang komplain, dijawabnya 10 menit kemudian. Satu hari kemudian. Kan juga nggak bisa, ini kan juga perlu team effort.
Di media sosial, kami berusaha terbuka, dengan pemerintah juga, dengan investor. Enggak ada hal-hal yang aneh-aneh kami titipin begitu lho.
Pesan Anda untuk teman-teman investor yang ingin terjun ke investasi kripto atau yang ingin kembali investasi kripto?
Kalau menurut saya sih, mungkin singkatnya itu, jadi investor lah yang bijak. Apapun itu, bukan hanya kripto saja lho. Apapun segala hal yang diinginkan, investasi itu bukan hanya uang. Uang itu juga investasi begitu ya. Usaha untuk melakukan itu lebih bijak. Cari tahu dulu, ini kira-kira benar enggak sih, ini layak enggak sih, begitu lho.
Nah setelah itu, semua secara teknisnya sudah tahu, lalu investasi. Jangan investasikan uang panas. Kan namanya juga investasi, masih ada risiko kan? Ya high risk, high return, sudah pasti kan? Low risk, low return. Deposito salah satunya, bukan hanya 5%, bisa 3%. Begitu-gitu aja.
Baca Juga: Jumlah Pencurian Dana Kripto Oleh Korea Utara Turun 80% dari 2022
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement