Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menggali Skandal Dieselgate: Perusahaan Rugi Rp652 Triliun Akibat Kepemimpinan yang Buruk

Menggali Skandal Dieselgate: Perusahaan Rugi Rp652 Triliun Akibat Kepemimpinan yang Buruk Kredit Foto: Unsplash/Wes Hicks
Warta Ekonomi, Jakarta -

Skandal Dieselgate perusahaan mobil Volkswagen (VW) pada akhir 2015 mengguncang dunia otomotif dan mencoreng citra perusahaan raksasa asal Jerman tersebut. 

Tidak hanya mencoreng citra perusahaan, skandal Dieselgate juga menyebabkan kerugian finansial yang mencapai angka fantastis, yaitu sekitar Rp652 triliun. Di balik manipulasi uji emisi gas buang ini, terungkap juga pola kepemimpinan perusahaan yang tidak etis.

Dr. Indrawan Nugroho, CEO dan Co-founder di Corporate Innovation Asia (CIAS) menjelaskan bahwa CEO Volkswagen (VW), Martin Winterkorn, memiliki ambisi untuk menciptakan mobil bermesin diesel dan bisa mengalahkan Toyota dan juga General Motor di Amerika Serikat.

Baca Juga: Siap-Siap Kendaraan Seres E1 Rebut Pasar Mobil Listrik di Surabaya

Wolfgang Hatz, manager teknisi VW, menyampaikan bahwa gagasan Winterkorn tidak realistis. Sebab, mesin diesel menghasilkan nitrogen oksida yang lebih banyak daripada mesin bensin. Padahal pemerintah AS sangat ketat dalam hal standar lingkungan. 

“Kontradiksi itu tidak menghalangi ambisi Winterkorn, dia terus mendesak Hatz untuk mencari solusinya. Akhirnya, Hatz bersama timnya berhasil merancang sebuah software yang membuat mobil VW bisa lulus uji emisi di Amerika Serikat,” jelas Indrawan, dikutip dari kanal Youtube-nya pada Senin (25/09/2023).

Dibalik skandal Dieselgate, terdapat kepemimpinan yang buruk dari Martin Winterkorn. Indrawan mengatakan bahwa Winterkorn dikenal sebagai pemimpin yang eksentrik, perfeksionis, dan obsesif terhadap detail. 

“Ketika Winterkorn hadir, selalu ada jarak, kecemasan, dan rasa hormat yang sangat besar. Siapa pun yang berinteraksi dengan Winterkorn merasakan tekanan yang luar biasa,” imbuhnya.

Bahkan, dia dikenal suka merendahkan bawahannya di depan publik. Dia pernah memarahi seorang insinyur karena cat yang digunakan pada mobil kurang dari 1 mm dari spesifikasi yang telah ditetapkan. 

Tak hanya sampai di situ, saat Frankfurt Motor Show 2011, Winterkorn marah karena melihat Hyundai telah merancang setir mobil yang dapat disetel dari kursi pengemudi tanpa bersuara. Winterkorn juga pernah membentak dan menyalahkan kepala Departemen Desain, merasa kecewa karena pesaingnya telah berhasil menghilangkan suara "klik" yang dianggapnya sangat mengganggu.

Lebih lanjut, Winterkorn memanfaatkan otoritasnya untuk mendorong karyawan mencapai tujuan sesuai target. Baginya, karyawan tidak akan mencapai target tanpa adanya ancaman. 

Menurut Indrawan, metode seperti itu tidak sepenuhnya dapat diandalkan untuk memotivasi kreativitas dan inovasi.

“Tekanan untuk mencapai target yang tidak realistis tanpa adanya ruang untuk diskusi hanya akan menciptakan budaya kerja yang dipenuhi oleh ketakutan dan ketaatan buta. Budaya kerja inilah yang memicu terjadinya skandal Dieselgate,” ujarnya.

Gaya kepemimpinan Winterkorn ternyata menular ke para pemimpin lainnya. Karena itulah, terbentuk lingkungan kerja di mana bawahan merasa takut untuk menantang atasan dan enggan mengakui kegagalan.

Manajemen di VW memiliki perbedaan dengan produsen mobil Jerman lainnya. Di perusahaan lain, dewan pengawas dapat mengontrol CEO, namun di VW, seperempat dari kursi manajemen diisi oleh anggota keluarga Ferdinand Porsche, kakek dari mantan CEO Volkswagen. 

Dua kursi lainnya diduduki oleh politisi lokal, sementara dua kursi lainnya diisi oleh perwakilan perusahaan investasi dari Qatar. Karena struktur ini, pengawasan menjadi kurang efektif. Akibatnya, gagasan-gagasan inovatif kesulitan muncul.

“Struktur organisasi yang tertutup dan penuh nepotisme ini dapat merusak budaya perusahaan dan menghambat inovasi,” pungkasnya.

Baca Juga: Satu Tahun Wuling Air ev di Indonesia, Lebih dari 10.000 Unit Mendominasi di Pasar Kendaraan Listrik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: