Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Empat Faktor Ini Pendorong Utama Penurunan Emisi Sektor Logistik Kelautan

Empat Faktor Ini Pendorong Utama Penurunan Emisi Sektor Logistik Kelautan Kredit Foto: PIS
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi mengatakan, untuk mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060 sesuai target, perusahaan membutuhkan usaha yang ekstra.

Yoki menyebut, hingga saat ini bisa dilihat dari realisasi penurunan emisi di sektor maritim yang harus diakui belum signifikan.

"Realitanya dari rata-rata menunjukkan ini (target) akan menantang. Kalau lihat roadmap tanda-tandanya sulit dicapai, kalau bicara penurunan emisi faktor, efisienkan penggunaan bahan bakar desain kapal dan mesin. Dan gunakan zero carbon fuel," ujar Yoki daat ditemui di Kempimski, Selasa (26/9/2023).

Baca Juga: PIS Sebut Penurunan Emisi Baru Turun Signifikan Setelah 2040

Yoki mengatakan, tedapat empat faktor yang bisa mendorong penurunan emisi secara signifikan di sektor transportasi laut. Faktor pertama adalah ketersediaan mesin kapal dengan teknologi terbaru yang bisa mengakomodasi penggunaan bahan bakar yang rendah emisi. 

"Bagaimana teknologi engine lebih murah secara harga," ujarnya. 

Faktor kedua adalah inisiatif dari sisi pengguna atau costumer lebih mendorong penurunan emisi. 

"Karena kalau bicara penurunan emisi, umumnya kan masih lebih mahal dan ini ditanggung di hilir, pengguna," ucapnya.

Faktor selanjutnya adalah mobilisasi dari sektor finansial di sektor logistik maritim. Ini berhubungan dengan akses pendanaan yang kompetitif, sehingga ada gairah bergerak menuju dekarbonisasi. 

"Nantinya dana itu digunakan untuk investasi kapal baru atau mesin terbaru," ungkapnya. 

Kemudian faktor lainnya adalah dukungan dari pemerintah berupa regulasi. Ini berkaitan dengan ketiga faktor sebelumnya.

Yoki mencontohkan ketika regulasi sudah mengamanatkan bahwa di tahun sekian sudah harus menggunakan bahan bakar dengan standar sulfur tertentu, tapi pada praktiknya belum bisa karena kondisi di lapangan memang tidak memungkinkan.

"Contoh regulasi bilang 2030 kapal harus menggunakan amonia, pertanyaannya kapal yang menggunakan amonia udah ada belum? Engine teknologi udah ada belum? Kalau ada harganya berapa? Ada yang mau mendanai enggak? Customer-nya sanggup bayar enggak? Ini harus beriringan semuanya," ujar Yoki.

Lanjutnya, PIS memiliki inisiatif sendiri sambil menunggu beberapa faktor tadi bisa secara penuh terwujud. Manajemen memiliki strategi dalam operasional armada yang efektif dan efisien. 

"Usaha terbaik dari sisi teknis operasional kapal. Bagaimana misal kapal itu fuel-nya kita bersihin supaya dengan bahan bakar yang lebih sedikit, kita bisa mencapai speed yang dituju, belum lagi dengan teknologi untuk mengefisienkan pergerakan kapal, pengaturan operasional, kita mengatur speed dan lain-lain supaya gas buang emisi buang kita bisa kita turunkan sedemikian rupa," tutupnya.

Baca Juga: KLHK Bakal Perketat Baku Mutu Emisi Sektor Transportasi dan Industri

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: