Gejolak Perang, Pedagang Kripto Rugi Gegara Likuidasi Lebih dari Rp1,5 Triliun
Pedagang mata uang kripto menderita kerugian lebih dari US$100 juta (Rp1,5 triliun) dari likuidasi selama kekalahan pasar hari Senin karena harga aset digital jatuh di tengah perang yang meningkat di Timur Tengah (Timteng).
Dikutip dari Coindesk pada Selasa (10/10/2023), sekitar US$105 juta (Rp1,6 triliun) milik pedagang atau trader yang jual-beli untuk posisi long yang bertaruh bahwa harga akan naik – musnah pada sore hari di Amerika Serikat (AS), merujuk data CoinGlass. Ini adalah jumlah likuidasi long terbesar dalam satu hari sejak 11 September.
Baca Juga: Bantuan Saat Lawan Palestina, Penggiat Kripto Berniat Hadirkan Dana Bantuan untuk Israel
Likuidasi terjadi ketika harga kripto jatuh karena pertarungan antara Israel dan Hamas dan meningkatnya gejolak di wilayah tersebut yang mengguncang investor dan membebani aset-aset berisiko.
Terdapat aset-aset digital terbesar seperti Bitcoin (BTC), mengalami penurunan lebih dari 2% sebelum naik kembali ke US$27.600 (Rp434 juta). Pada satu titik, Ethereum (ETH) turun hampir 5% dan mata uang kripto berkapitalisasi besar seperti Solana (SOL), token native Polygon (MATIC), dan Polkadot (DOT) mengalami penurunan 6% hingga 7%. Mereka rebound beberapa saat kemudian.
Likuidasi terjadi ketika bursa menutup posisi perdagangan dengan leverage karena sebagian atau seluruh uang awal trader hilang, atau "margin", karena trader gagal memenuhi persyaratan margin atau tidak memiliki cukup dana untuk mempertahankan posisi terbuka.
Trader derivatif ETH menanggung beban kerugian terbesar, karena penurunan harga mendorong US$32.78 juta (Rp515 miliar) dalam posisi long dilikuidasi selama 24 jam terakhir, menurut CoinGlass. Pesanan likuidasi tunggal terbesar adalah US$4,5 juta (Rp70,8 miliar) posisi long ETH-BUSD di bursa kripto Binance.
Baca Juga: Laporan CoinShares: Produk-Produk Investasi Kripto Kembali Alami Arus Masuk Terbesar
Sekitar US$18,25 juta (Rp287 miliar) posisi long BTC dilikuidasi, diikuti oleh Bitcoin Cash (BCH) dan token Bancor (BNT), dengan lebih dari US$3 juta (Rp47 miliar) dilikuidasi untuk keduanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement