"Jadi sebenarnya umur (nikel) tadi dan jumlah cadangan dan sumber daya akan bertambah kalau tingkat eksplorasi ini kita giatkan. Nah, tentu diperlukan investasi yang tidak sedikit. Ini yang perlu diupayakan untuk meningkatkan cadangan yang ada," ujarnya.
Lanjutnya, guna memperpanjang umur nikel, perlu dikurangi laju konsumsi biji nikel. Termasuk memikirkan bagaimana produk NPI dan feronikel dapat diproses sebagai industrialisasi menjadi stainless steel.
Baca Juga: Simbiosis Mutualisme Harita Group, Bukti Industri Nikel untuk Rakyat Indonesia
"Ini yang perlu kita dorong bagi mereka yang sudah berupaya memiliki teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk produksi NPI dan feronikel. Untuk memberikan dorongan tersebut di RKEF, produksi NPI dan feronikel nanti diupayakan untuk terus ke arah stainless steel untuk mengurangi konsumsi biji nikel di hulu. Ini menjadi sangat penting untuk keseimbangan supply chain dari nikel kita," ungkapnya.
Berdasarkan Booklet Tambang Nikel 2020, peta sebaran lokasi sumber daya dan cadangan nikel diluar wilayah IUP/KK nikel di Pulau Sulawesi tahun 2020, menunjukkan Sulawesi Tenggara 77% wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP dengan potensi cadangan 2,6 milyar ton. Maluku, 43% wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP dan cadangan 1,4 miliar ton, sedangkan untuk Papua data potensi investasi lebih menarik lagi, potensi cadangan 0,06 miliar ton dengan wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP sebesar 98%.
Baca Juga: Meroketnya Ekonomi Maluku Utara, Bukti Keberkahan Industri Nikel Indonesia
Melihat wilayah - wilayah greenfield nikel yang masih luas dan menjanjikan dengan potensi cadangan yang besar dan peluang industri hilir nikel yang masih dibutuhkan tersebut, Indonesia adalah pilihan yang menarik untuk dilakukan pengembangan investasi pada sektor pertambangan nikel
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement