Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kerusakan Reputasi Produk Kosmetik Jepang Meluas Akibat Pembuangan Air Radioaktif

Kerusakan Reputasi Produk Kosmetik Jepang Meluas Akibat Pembuangan Air Radioaktif Kredit Foto: Unsplash
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jepang terkenal dengan produk-produknya yang berkualitas, termasuk juga kosmetik dan produk kecantikan lainnya. Kosmetik asal Jepang cukup banyak mendulang popularitas, tak hanya di luar negeri seperti Amerika dan Eropa, tetapi juga di kawasan Asia dan Asia Tenggara.

Namun, kerusakan reputasi produk kosmetik Jepang semakin meluas setelah pembuangan air radioaktif yang diolah dari komplek pembangkit nuklir Fukushima yang merusak lautan. 

Pembuangan limbah dari pembangkit Fukushima, yang sempat hancur setelah gempa bumi besar pada tahun 2011, seiring waktu terus memicu kemarahan negara tetangga Jepang. Korea Selatan, Rusia,dan China khususnya telah berulang kali mengutuk rencana pelapasan air olahan ke laut.

Baca Juga: Jokowi Perketat Barang Impor Masuk RI, Pakaian hingga Kosmetik Masuk List!

Konsumen Korea Selatan pernah menyerukan gerakan boikot produk kosmetik asal Jepang, karena khawatir ada bahan radioaktif dalam kosmetik asal Jepang. Yang terbaru adalah penolakan konsumen China terhadap produk kosmetik Jepang seperti yang diberitakan Global Times.

Para konsumen di Negeri Tirai Bambu itu bahkan telah membuat daftar hitam dari lebih dari 30 merek kosmetik Jepang dan daftar alternatif. Bahkan ada yang mulai mengembalikan kosmetik yang telah dibeli.

Tren seperti ini mengancam salah satu ekspor utama Jepang ke China, yang mencapai lebih dari $4 miliar pada Januari-November 2022. Jepang memiliki pangsa pasar kosmetik terbesar kedua di China pada tahun 2022, tetapi penjualan sudah mulai menurun, dan resistensi konsumen yang semakin meningkat.

Di platform media sosial China, banyak orang mem-posting daftar hitam merek kosmetik Jepang dan mengingatkan orang lain untuk menghindari "ranjau darat". Salah satu daftar hitam semacam itu di Sina Weibo yang banyak diposting berisi 31 merek, termasuk SK-II, Shiseido, dan Muji.  

Seorang penduduk Beijing berusia 35 tahun dengan nama belakang Huang mengatakan bahwa dia adalah pengguna setia kosmetik Jepang, termasuk SK-II, tetapi dia telah berhenti membelinya setelah melihat berita tentang rencana Jepang untuk membuang air limbah radioaktif ke laut.

"Ini pasti menimbulkan kekhawatiran (keamanan) bagi kami," kata Huang seperti dikutip Global Times, sambil menambahkan bahwa beberapa temannya sekarang beralih dari kosmetik Jepang ke merek Eropa.

Banyak konsumen juga mengatakan di platform media sosial bahwa mereka sudah mengembalikan kosmetik Jepang yang mereka beli. Zhou Chen, seorang penduduk berusia 32 tahun di Nanjing, Provinsi Jiangsu, Timur China, mengatakan kepada Global Times bahwa dia telah memutuskan untuk tidak membeli produk-produk terkait Jepang, termasuk makanan dan kosmetik untuk sementara waktu, dan sedang mencari produk alternatif di China dan dari Eropa.

Tren seperti ini terus meningkat meskipun sudah ada penjelasan dari penjual kosmetik Jepang. 

Dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan kepada Global Times, SK-II mengatakan produk-produknya telah memenuhi standar impor China, dan menyediakan salinan laporan pemeriksaan yang dikeluarkan oleh bea cukai Shanghai pada 26 Juli.

Baca Juga: Wamenkominfo: Indonesia dan Jepang Siap Lanjutkan Kerja Sama di Sektor Digital

Beberapa konsumen juga telah bertanya kepada otoritas bea cukai apakah akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kosmetik Jepang. Menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, Distrik Bea Cukai Shanghai mengatakan pada bulan Juni bahwa otoritas akan meningkatkan deteksi radiasi nuklir pada produk dari Jepang dan mengambil tindakan untuk mencegah impor produk yang radiasinya melebihi standar.

Bea cukai China pada Agustus lalu akhirnya memberlakukan larangan menyeluruh terhadap semua impor produk akuatik Jepang dalam upaya melindungi keamanan pangan, memberikan pukulan serius bagi ekspor produk perikanan Jepang, di mana China adalah pasar terbesarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: