Tak Cuma Naik Kelas, Sinergi Pemprov Kaltim dan Pertamina Bawa Usaha Lokal Mendunia!
UMKM sebagai lokomotif ekonomi perlu mendapatkan pendampingan dan pembinaan. Langkah kolaborasi dinilai paling tepat untuk menjadikan UMKM sebagai entitas bisnis yang unggul, kompetitif dan jadi penopang ekonomi daerah maupun nasional. Mereka perlu diangkat agar naik kelas. Produk terpampang di etalase hotel atau pasar-pasar modern bahkan bisa mendunia.
Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik memberikan apresiasi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemda Balikpapan, Pertamina dan pelaku usaha yang telah memberikan akses dan ruang bagi produk UMKM termasuk pendampingan. Sehingga bisa berdaya dan tampil di outlet modern dan kamar hotel berbintang sebagai bagian hilirisasi industri pariwisata.
Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Pasang 6 Penangkal Petir dan 4 Detektor Gas Mobile di IT Balikpapan
Pihaknya bersyukur karena UMKM dapat difasilitasi baik dari sisi produk, mutu, pendanaan dan sebagainya. Termasuk Kemenparekraf ikut membantu dari sisi promosi sehingga bisa masuk dalam etalase/outlet hotel berbintang di Balikpapan.
“Saya orangnya to the point bagus ini (pameran-pameran) tapi bagaimana impact bagi mereka. Bagaimana teman-teman UMKM diberikan ruang untuk masuk ke pasar yang sesungguhnya,” ucap Akmal Malik saat membuka Temu Bisnis Kenarok Inparekraf (Kemitraan Nasional Rantai Pasok Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) dengan Pertamina Smexpo di Atrium Lower Ground Pentacity Mall Balikpapan, Kamis (26/10/2023).
Kepada pemda, Akmal menggaris bawahi bahwa daerah juga harus mampu memberikan ruang tumbuh berkembangnya produk UMKM salah satunya dengan menguatkan posisi mereka melalui aturan daerah. Bahkan kata Akmal Malik yang juga pernah menjabat Pj Gubernur Sulawesi Barat telah menerapkan aturan daerah agar pelaku perhotelan dan pariwisata wajib menyerap produk UMKM dalam industri pariwisata sebagai bagian perluasan pemasaran produk.
“Saya ingin tanya setelah acara ini berapa banyak UMKM-UMKM yang produknya muncul di outlet-outlet di BSB. Kemudian yang menjual makanan, seberapa banyak usaha mereka itu makanan saya ditemukan di kamar hotel,” tandasnya.
“Saya dulu nyinyir soal ini. Jika hotel yang ada di Balikpapan memiliki 2000 kamar, kemudian ada 3-5 jenis produk UMKM yang ditempatkan di kamar hotel. Itu kira-kira berapa?,” ujarnya.
Jika ini bisa dilakukan dan diterapkan, Akmal Malik menilai, inilah sesungguhnya kemitraan rantai pasok yang saling berhubungan dalam membantu perluasan pasar produk UMKM.
“Ini tugasnya Dinas Pariwisata. Saya minta bikin perdanya. Pemda itu diberikan kewenangan untuk kepentingan warganya termasuk UMKM-nya,” katanya.
Lanjut Akmal, Provinsi Sulbar, Pemkot Balikpapan dan Kota Makassar, pelaku perhotelan telah memberikan ruang bagi produk UMKM. Hal ini akan menghidupkan usaha mereka namun keberadaannya harus dievaluasi agar pelaku kecil ini tidak manja. Selain itu juga untuk memberikan ruang kepada seluruh UMKM agar bisa berkompetisi dengan sehat.
“Maaf ini yang pak Yudi (Manager BSB) saya sudah dua tahun masih itu saja produknya. Harus dievaluasi produk yang jarang dimakan oleh tamu harus dievaluasi. Beri ruang bagi UMKM lainnya jadi ada giliran,” katanya.
“Begitu pula Pertamina dan BI buat apa bina orang kalau tidak disalurkan. Bagaimana cara? banyak cara salah satu produk mereka tempatkan di hotel. Saya nginap itu kalau enggak salah ada 5 item ada mantau kering, ada kepiting kering. Saya lihat ini cukup sukses,” sambungnya.
Pj Gubernur juga minta keberpihakan seperti ini bisa ditularkan kepada daerah-daerah lainnya. Pejabat katanya dapat mengecek keberadaan mereka di hotel-hotel baik di Balikpapan, Samarinda maupun daerah lainya.
“Saya lihat ini peluangnya bagus sekali untuk penguatan rantai pasok industri parekraf. Kalau tidak dipaksa ya susah. Nanti saya cek di Samarinda atau daerah lainya,” ujarnya.
Selain itu, Akmal juga melihat Kaltim sebagai lokasi IKN sekarang ini kerap dijadikan lokasi percontohan hanya saja peluang ini belum ditangkap oleh daerah lainya. Dirinya ingin daerah lain ikut tumbuh seiring dengan pembangunan IKN yang banyak memberikan dampak termasuk pelaku UMKM.
“Kita ingin (ikut pameran) semua kabupaten di Kaltim untuk melihat potensi-potensi mereka. Sama halnya dengan IKN hadir tapi daerah buffer itu bisa jadi pendukung untuk pariwisata,” ajaknya.
Pada kesempatan Temu Bisnis Kenarok Inparekraf dengan Pertamina Smexpo juga dihadiri Deputi Bidang Industri dan Investasi, Rizki Handayani Mustafa, VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman.
Rizki Handayani menyampaikan bahwa kegiatan ini dalam rangka perluasan pemasaran bagi UMKM sebagai bagian dari rantai pasok dalam industri pariwisata. Perluasan pasar ini bukan hanya ke hotel namun ke depan produk mereka disalurkan tapi juga mall dan destinasi pariwisata.
“Sebenarnya rantai pasok itu sudah mulai masuk di industri pertunjukan. Mungkin ada sanggar tari itu bisa diserap oleh industri pariwisata,” ujarnya.
Produk UMKM yang masuk dalam industri pariwisata tentunya hal ini perlu didukung juga pemda, Pertamina, BI dan pihaknya lainnya untuk kurasi/seleksi produk UMKM yang layak. Diakui UMKM sudah banyak menjalani pelatihan dan pendampingan. Termasuk dalam pengembangan pasar digital.
Handayani mendukung jika pemda juga membuat aturan daerah yang berpihak pada pelaku UMKM. Pihaknya siap berdiskusi dengan Dirjen Otda guna mendorong daerah melakukan terobosan dalam penguatan UMKM.
“Kita melihat ada potensi lokal untuk menyerap kita kadang lupa. Potensi lokal ini b to b ya. Ini Kemenparekraf mendorong. Memang belum banyak daerah-daerah tadi disebutkan pak Pj, Sulbar sudah buat aturannya untuk mendorong. Daerah-daerah belum banyak melakukan hal seperti ini. Nanti kita berdiskusi dengan pak Pj dan Dirjen otonomi daerah untuk bagaimana daerah-daerah mendorong melakukan seperti ini,” katanya.
Pertamina Akan Replikasi ke Daerah Lain
Vice Presiden CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan sebagian produk yang masuk ke hotel atau mall merupakan mitra binaan Pertamina.
“Untuk di Balikpapan kita sudah jalan itu tinggal nanti di replikasi ke daerah-daerah lain. Pastinya dibutuhkan dukungan pemerintah setempat untuk support action tersebut,” ujarnya kepada Warta Ekonomi di Balikpapan.
Diakui Fajriyah akan lebih baik jika didukung oleh payung hukum daerah sehingga penguatan rantai pasokan produk UMKM lebih pasti.
“Akan lebih baik jika ada payung hukum sehingga terjadi suatu kewajiban dari pemilik hotel atau restoran untuk bisa memberdayakan atau kesempatan pada UMKM,” katanya.
Tambah Fajriyah pihaknya akan mengupayakan apa yang dilakukan Kaltim seperti Balikpapan bisa juga dilakukan oleh daerah-daerah lainnya. “Kita harapkan ada replikasi program seperti itu,” tambahnya.
Fajriyah menambahkan, pameran UMKM ini diharapkan dapat menjadi media tempat penjualan produk-produk UMKM yang telah terkurasi, edupreneur bagi pengunjung, pojok konsultasi bisnis, membangun jejaring kemitraan hingga akhirnya terjalin kolaborasi antara pelaku UMKM.
“Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi hal yang saling terkoneksi dalam mendukung tumbuh dan berkembangnya UMKM. SMEXPO ini merupakan kesempatan bagi UMKM untuk memperluas akses pasar,” ujarnya.
SMEXPO ini bukan hanya pameran offline tapi juga online. Dimana ini jadi wadah bagi UMKM binaan Pertamina menawarkan produk secara digital. Sepanjang tahun UMKM binaan bisa melakukan penjualan produknya melalui platform di marketplace di smexpopertamina.com
“Lebih dari 700 UMKM yang mendaftarkan produknya di marketplace Smexpopertamina.com. Tahun ini kami targetkan 1000 UMKM yang bisa terdaftar di dalam platform kami,” tukasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian (DKUMKMP) Balikpapan Heruressandy mengatakan pemerintah kota Balikpapan sejak tahun lalu memfasilitasi UMKM agar produknya dapat tampil di outlet di beberapa hotel di Balikpapan.
“Ada 6 item produk UMKM. Kita memfasilitasi untuk B to B itu antara pengelola hotel dengan pelaku UMKM-nya,” ujar Heruressandy kepada Warta Ekonomi, Jumat (27/10/2023).
Untuk di hotel sebut Heruressandy produk yang ditawarkan dalam bentuk kemasan mini. Dan itu sudah masuk dalam biaya sewa kamar hotel.
“Dapat paketan di dalamnya istilah kompliment. Bentuk kerjasama itu b to b adanya kontrak putus, ada kontrak per produk,” ungkapnya.
Soal keinginan Pj Gubenur Kaltim agar daerah membuat perda atau payung hukum bagi akses UMKM ini, bagi Balikpapan kata Heru sejauh ini sudah membuat program kolaborasi yang menghubungkan pemerintah, dunia usaha, dan kelompok masyarakat.
“Di dalamnya itu kita mengharapkan kerja sama semua pihak. Salah satu contohnya hotel tadi,” ujarnya.
Balikpapan Perluas Ruang Pemasaran UMKM, Bahkan Sudah Ekspor ke China
Pemerintah kota Balikpapan bersama pelaku UMKM dan perhotelan telah lama memberikan ruang bagi UMKM tampil di outlet atau etalase hotel berbintang. Gilang Ojie salah satu pelaku UMKM Kampoeng Timoer mengaku sudah difasilitasi Pertamina dan pemkot Balikpapan sejak 2015 lalu. Produknya pun telah masuk hotel Bintang lima.
Produk oleh-oleh khas Kampoeng Timoer diantaranya Peyek Kepiting, Abon Rajungan, Kerupuk Ikan Pepija, Amplang Kepiting, Amplang Ikan Tenggiri di kamar dan dan lobby Hotel Platinum.
Baca Juga: Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF), Jadi Bukti Transisi Energi Industri Aviasi
“Saya sudah 2015 lalu,” sebutnya singkat dalam percakapan eletronik .
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Aliev
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement