Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

95 Tahun Kecap Bango Jadi Andalan Masakan Keluarga dan Jaga Warisan Kuliner Nusantara

95 Tahun Kecap Bango Jadi Andalan Masakan Keluarga dan Jaga Warisan Kuliner Nusantara Kredit Foto: Lestari Ningsih
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sembilan puluh lima tahun usia Bango, kecap manis legendaris asli Indonesia. Selama itu pula, Kecap Bango telah menjadi andalan bagi masakan keluarga dan menjaga warisan kuliner Nusantara.

Sejarah panjang yang ditorehkan Kecap Bango tentu tidak lepas dari sosok Tjoa Pit Boen alias Yunus Kartadinata dan istrinya, Tjoa Eng Nio. Keduanya merupakan pendiri sekaligus pemilik usaha rumahan Kecap Bango di kawasan Benteng, Tangerang, sejak tahun 1928 silam. 

Bersama sang istri, Yunus memproduksi Kecap Bango dengan rasa yang otentik dan menjajakan kecap tersebut di sebuah toko kecil di garasi rumahnya. Bisnis yang dibangun Yunus pun terus berkembang hingga akhirnya ia mampu memasarkan Kecap Bango ke beberapa toko di wilayah Tangerang. 

Baca Juga: Semarak Hajatan Kuliner Nusantara di Festival Jajanan Bango 2023

Bermodalkan strategi promosi dari mulut ke mulut, popularitas Kecap Bango pun meningkat hingga mampu dikenal hampir di seluruh penjuru Tangerang, Jakarta, dan sekitarnya. Meski demikian, pasang surut dalam bisnis adalah hal yang niscaya terjadi, begitu juga yang dialami oleh Kecap Bango.

Dalam beberapa catatan diketahui bahwa Kecap Bango sempat bergulat dengan tantangan persaingan bisnis. Kala itu, Kecap Bango harus bersaing dengan begitu banyak pemain kecap daerah di saat pemain kecap nasional belum banyak. Kabar baiknya, kualitas dan rasa yang otentik membuat Bango keluar sebagai salah satu kecap terbaik di antara para kompetitor.

Kebangkitan Bango

Masa demi masa, bisnis Kecap Bango terus diwariskan hingga sampai kepada generasi ketiga keluarga Kartadinata, yakni Eppy Kartadinata. Direktur Nutrition Unilever Indonesia, Amaryllis Esti Wijono atau akrab disapa Lilis, menyampaikan bahwa tepat pada tahun 2001, Unilever resmi mengakuisisi kepemilikan Kecap Bango dari keluarga Eppy Kartadinata tersebut.

"Bango dulu hanya perusahaan rumahan sejak tahun 1928. Ternyata rasa dan kualitas Bango itu banyak disukai oleh masyarakat Indonesia, akhirnya Unilever mengakuisisi Bango tahun 2001. Sejak saat itu, kami berkomitmen membuat Bango dikenal lebih luas oleh masyarakat," jelas Lilis dalam pembukaan Festival Jajanan Bango 2023 di Jakarta, Jumat, 27 Oktober 2023.

Sejak diakuisisi Unilever, bisnis Kecap Bango terus bangkit dan mengalami kemajuan pesat. Hal itu terjadi seiring dengan berbagai strategi yang dilakukan Unilever untuk membuat brand Kecap Bango makin naik kelas. Strategi yang dilakukan Unilever mulai dari perluasan distribusi, branding, hingga perhelatan acara kuliner.

Sebagaimana diketahui, Unilever merupakan perusahaan dengan jalur distribusi yang besar di Indonesia. Dengan posisi tersebut, Unilever mampu membuat distribusi produk Kecap Bango tidak hanya terbatas di Tangerang dan Jakarta, tetapi juga hingga menjangkau daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.

Selain distribusi, branding juga menjadi salah satu faktor kunci kesuksesan Kecap Bango. Sebagai langkah awal usai akuisisi, Unilever mengubah merek, logo, dan kemasan Kecap Bango dari sebelumnya "Kecap Bango" menjadi "Bango". Logo dan kemasan Bango pun terus berevolusi dalam beberapa masa, namun tetap dengan ikon burung Bangau sebagai DNA dari merek kecap legendaris ini.

 

Tak hanya logo dan kemasan, Bango juga berinovasi dari segi varian. Saat ini Bango memiliki berbagai varian yang meliputi Bango Hitam Manis, Bango Hitam Gurih, Bango Kecap Manis Pedas, Bango Kecap Manis Light, dan Bango Kecap Manis Less Sugar.

"Bango senantiasa berinovasi melihat adanya permintaan dari konsumen untuk produk kecap karena kami ingin selalu relevan dengan masyarakat," jelas Lilis.

Upaya Unilever untuk melestarikan Bango sebagai culinary gem Indonesia juga diwujudkan melalui pembuatan sejumlah program kuliner, salah satu yang paling terkenal ialah "Bango Cita Rasa Nusantara" yang kala itu eksis bersama Bondan Winarno sebagai ikon dalam program tersebut.

Tak ketinggalan, ada juga program kuliner Bango yang dibuat dan masih eksis hingga saat ini, yaitu Festival Jajanan Bango (FJB). FJB yang digelar sejak tahun 2005 pun telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kisah sukses Bango.

Bahkan ketika memasuki usia ke-95 tahun ini, Bango kembali menggelar FJB di dua kota berbeda, yaitu Parking Lot Phinisi Point Makassar pada 7-8 Oktober 2023 dan Plaza Parkir timur Senayan Jakarta pada 27-29 Oktober 2023. 

Bango Andalan Keluarga

Seperti tahun-tahun sebelumnya, FJB 2023 dihelat dengan mengedepankan visi misi yang sama, yakni melestarikan masakan dan kuliner Indonesia, terutama makanan berbasis kecap. Senior Brand Manager Bango, Cacih Rusmiyany, memaknai usia ke-95 tahun Bango ini sebagai upaya berkesinambungan dalam memperkenalkan dan melestarikan kuliner Nusantara.

"Di usia yang ke-95 tahun, Bango terus konsisten menjaga kualitas kecap manis sebagai culinary gem Indonesia sehingga bisa terus lestari. Harapan ke depan, salah satunya melalui FJB ini, Bango ingin terus memperkenalkan dan melestarikan kuliner Indonesia tidak hanya ke generasi ibu-ibu, tetapi juga generasi muda," ungkap Cacih Rusmiyany melalui pesan suara kepada Warta Ekonomi pada 29 Oktober 2023.

Sementara itu, Lilis menyampaikan bahwa usia 95 tahun memang tergolong sudah cukup tua. Meski begitu, Bango tetap memiliki tempat istimewa di hati para konsumen. Kualitas dan cita rasa otentik yang senantiasa dijaga mampu mengukuhkan Bango sebagai kecap terfavorit pilihan masyarakat Indonesia. 

Hal itu sebagaimana yang terekam dalam survei Kurious-Katadata Insight Center pada Juli 2023, di mana sebanyak 80,5% responden memilih Kecap Bango sebagai merek kecap terfavorit mereka. Benar saja, konsumen mengatakan bahwa mereka telah puluhan tahun mengonsumsi Bango karena kualitas dan cita rasa Bango yang lebih baik dari merek kecap lainnya.

Salah satu konsumen setia Bango ialah Rieta, ibu rumah tangga asal Pulo Gadung, Jakarta Timur yang telah menggunakan Bango selama lebih dari 30 tahun. Rieta memaparkan, Bango memiliki rasa yang lebih manis dan warna yang lebih pekat. Menurutnya, hal itu karena Bango menggunakan bahan alami, salah satunya adalah kedelai hitam.

"Memang kalau Kecap Bango itu manisnya lebih terasa dan warnanya lebih melekat. Itu sangat berpengaruh ke rasa masakan. Mungkin karena Kecap Bango pakai kedelai hitam, pokoknya memang beda dari merek lain," tegas Rieta dalam wawancara yang dilakukan di FJB 2023 Jakarta, Jumat, 27 Oktober 2023.

Pendapat senada juga disampaikan oleh pengunjung FJB 2023 yang juga telah lama mengonsumsi Bango, yakni Theresia. Ia mengungkapkan, Kecap Bango menjadi salah satu yang diandalkan dalam masakan dan memang keluarganya suka dengan masakan berbasis kecap. Menu-menu yang paling disukai keluarga Theresia, yakni nasi goreng, ayam kecap, dan tempe bacem, menu sederhana, namun terasa spesial.

"Saya mengonsumsi Kecap Bango dari dulu. Kayaknya kalau makan nggak ada Kecap Bango itu rasanya nggak enak gitu. Misalnya nasi goreng kalau belum pakai Kecap Bango itu belum jadi nasi goreng. Kecap Bango itu kan langsung dari kedelai asli jadi memang khasnya Indonesia banget," kata Theresia.

Bicara mengenai bahan pembuatan kecap, Lilis memastikan bahwa sejak dulu Kecap Bango selalu mempertahankan kualitas dan menggunakan empat bahan alami yang tak pernah berubah. Keempat bahan alami tersebut meliputi gula kelapa, kedelai hitam, garam, dan air. Hal itulah yang membuat cita rasa Bango tetap konsisten hingga sekarang.

Baca Juga: Festival Jajanan Bango 2023: Perayaan 95 Tahun Konsistensi Bango dalam Menjaga Kualitas dan Melestarikan Kekayaan Kuliner Nusantara

"Bahan yang digunakan sangat alami dan itu yang menjamin kualitas Bango tetap terjaga hingga sekarang," ungkap Lilis.

Lilis menambahkan, Bango berkomitmen untuk terus menjaga kualitas produk sehingga dapat terus menjadi andalan dalam masakan keluarga Indonesia dari generasi ke generasi. Ia juga berharap, visi misi baik yang dicita-citakan FJB dapat memantik partisipasi masyarakat dalam melestarikan kuliner Nusantara, terutama kuliner berbasis kecap yang merupakan culinary gem asli Indonesia.

"FJB telah menjadi bagian dari brand Bango yang akan selalu kami lestarikan karena FJB juga mengedepankan visi misi yang sama dengan Bango, yaitu ingin melestarikan kuliner Indonesia, masakan Indonesia sehingga makanan kecap makin banyak dinikmati dan dilestarikan oleh lintas generasi," tutup Lilis. 

Penulis: Lestari Ningsih

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: