Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laporan e-Conomy SEA 2023: Jakarta Pimpin Tingginya Tingkat Partisipasi Digital

Laporan e-Conomy SEA 2023: Jakarta Pimpin Tingginya Tingkat Partisipasi Digital Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan raksasa teknologi, Google, baru-baru ini meluncurkan laporan e-Conomy SEA 2023 bersama Temasek dan Bain & Company. Laporan yang berisi soal ekonomi digital di Asia Tenggara tersebut, sempat menyoroti Indonesia, khususnya Jakarta yang masih menjadi pemimpin tingkat partisipasi digital. 

Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf memberi konteks melalui permintaan (demand) dan penawaran (supply) e-commerce di Indonesia. Dalam pemaparannya, konteks ini dihitung berdasarkan jumlah penelusuran terkait e-commerce yang dikaitkan dengan populasi per provinsi menurut sensus, yang diindeks pada tingkat negara. 

“Dari demand-nya, kalau kita melihat dari contohnya, orang yang mencari di Google, trending-nya mengenai e-commerce itu di mana, di daerah mana saja. Supply dilihat dari sisi berapa drop off point dan sebagainya di mana ada tempat untuk memasok e-commerce,” jelas Randy untuk membuka pemaparan saat acara peluncuran laporan e-Conomy SEA 2023 di kantor pusat Google di Jakarta, Selasa (2/11/2023). 

Baca Juga: Google, Temasek, dan Bain & Company Terbitkan Laporan e-Conomy SEA 2023, Apa Isinya?

Randy mengatakan bahwa dari segi permintaan atau demand terhadap e-commerce, Jakarta masih memimpin demand, meskipun hampir seluruh Indonesia demand tersebut merata, termasuk Papua. 

“[sambil menunjukkan warna hijau di seluruh pulau di Indonesia, menandakan warna tersebut adalah demand] Demand untuk e-commerce bukan hanya di kota besar. Itu kalau hijaunya lebih dalam, itu lebih banyak demand. Tentu saja di Jakarta cukup hijau tua. Tapi hampir di seluruh Indonesia kan. Malahan dari sisi mungkin dari Papua dan sebagainya, semua juga hijau tua. Tapi kalau dari sisi supply, itu belum semuanya, belum rata,” jelas Randy rinci. 

Ketika Warta Ekonomi meminta konfirmasi lebih lanjut soal laporan tersebut, Randy menjelaskan bahwa area permintaan (demand area) tersebut masih merata. Namun, ia menekankan agar semua pihak perlu terlibat untuk mengurangi kesenjangan dari sisi supply, yakni dimulai dari penerapan kecerdasan buatan (AI) untuk bisnis. 

Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Hadirkan Lomba Kartun, Berhadiah Jutaan Rupiah!

“Nah kami juga memberikan beberapa ide-ide bagaimana kita dapat menjembatani kesenjangan dari supply demand ini. Contohnya penggunaan AI, kita bisa mengoptimalkan rute pengantaran, itu dapat mengurangi biaya. AI juga untuk mengoptimalkan inventory, itu juga dapat mengurangi biaya [dan] mungkin membantu perusahaan untuk dapat lebih mengoptimalkan biaya,” ujar Randy. 

Randy menambahkan pula, edukasi dan literasi digital berperan penting untuk mengisi kesenjangan tersebut. Ia mengatakan, program Bangkit yang diinisiasi Google Indonesia untuk literasi dan edukasi telah menjangkau 62% partisipan yang berasal dari kota-kota kecil. 

“Menurut saya yang penting sekali dari sisi inklusi dan partisipasi adalah bagaimana kami dapat membantu untuk meninggikan edukasi dan literasi digital. Maka itu, kami memberikan contoh-contoh seperti program yang kami berikan dari Bangkit di mana 62% dari partisipasi Bangkit itu adalah berasal dari [peserta dari] kota-kota kecil juga,” tambah Randy. 

Randy juga menekankan, kolaborasi antar pihak atau stakeholder seperti pemerintah, pengusaha, investor, tokoh masyarakat, hingga masyarakat juga diperlukan

“Jadi itu perlu partisipasi dari berbagai pihak, seperti yang kami katakan dari investor, bisnis, pemerintah, dan juga pengguna,” pungkas Randy. 

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023, Indonesia akan meraih capaian Gross Merchandise Value (GMV) sekitar US$110 miliar (Rp1.721 triliun) pada tahun 2025. Di samping itu, ekonomi digital Indonesia bertumbuh stabil dan diperkirakan mencapai GMV US$82 miliar (Rp1.282 triliun) pada tahun 2023 dengan pertumbuhan 8% secara tahunan atau year-on-year (YoY). 

Untuk Indonesia, terdapat lima sektor yang menjadi pendorong, mulai dari e-commerce, travel online, transportasi dan layanan antar makanan, media online, dan layanan keuangan digital.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: