Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Bisa Terdampak Konflik Israel-Palestina, Elite NasDem Harap Pemerintah Waspada

Ekonomi Bisa Terdampak Konflik Israel-Palestina, Elite NasDem Harap Pemerintah Waspada Kredit Foto: Antara/Ahmad Subaidi

Namun, ungkap dia, dari hasil survei Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) secara umum masyarakat tidak melihat kekhawatiran terjadi resesi ekonomi di Indonesia, meski masyarakat melihat juga adanya kenaikan harga minyak dan bermunculannya pengangguran.

Wiwiek mendorong kerja sama yang kuat antara pemerintah dan swasta sehingga menghasilkan kebijakan yang komprehensif di sisi ekonomi makro dan sektor ekonomi mikro dengan mengembangkan potensi lokal setiap daerah.

Baca Juga: Hadapi Efek El Nino, Lestari Moerdijat Dorong Sosialisasi Mitigasi Bencana

Menurut Wiwiek, perlu dikembangkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi dan kalangan bisnis, dalam proses penguatan sektor ekonomi mikro.

Selama ini, ungkap dia, kebijakan-kebijakan makro sulit dipahami oleh masyarakat bawah, sehingga perlu didekati dengan kebijakan yang diterapkan secara bersamaan untuk penguatan di sektor makro dan ekonomi mikro.

Founder dan Ekonom CORE Indonesia, Hendri Saparini menilai wajar adanya kekhawatiran resesi di dalam negeri karena pertumbuhan perekonomian negara partner dagang Indonesia melambat.

Namun, kata Hendri, secara teknis kondisi inflasi membaik, meski belum mencapai level sebelum pandemi. Diakui, hingga saat ini Indonesia belum memiliki kebijakan moneter yang efektif mencegah aliran dana ke luar negeri.

Nilai tukar rupiah, tambah Hendri, tertekan selama dibayangi kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed. Meski diakuinya cadangan devisa Indonesia masih cukup kuat untuk menopang gejolak nilai tukar rupiah.

Di sisi lain, ungkap dia, nilai ekspor Indonesia juga melambat karena negara tujuan ekspor Amerika Serikat dan China saat ini mengedepankan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas lewat ekonomi hijaunya.

Bila kondisi tersebut tidak segera disikapi dengan tepat, tambah Hendri, akan menimbulkan masalah serius di sektor manufaktur.

Menurut Hendri untuk merealisasikan pertumbuhan ekonomi 5% pada 2023 dan 2024 bukan masalah besar. Karena sejatinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia 70% bertumpu pada ekonomi dalam negeri. Sehingga masih banyak ruang bagi kita untuk bertahan dari ancaman krisis.

Hendri berpendapat perlu dibenahi strategi dan arah pembangunan ekonomi dalam jangka panjang, karena pertumbuhan ekonomi 5% saja tidak cukup.

Perekonomian Indonesia butuh tumbuh lebih tinggi dan inklusif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.

Menanggapi hal itu wartawan bidang ekonomi Media Indonesia, Windy Dyah Indriantari mengungkapkan pendapat para pakar yang optimistis resesi tidak terjadi pada 2023 merupakan kabar gembira.

Windy sepakat tahun depan harus ada perbaikan dalam pengelolaan ekonomi nasional. Diakui perlu juga dijaga daya beli masyarakat agar bisa mendorong belanja.

Baca Juga: Lewat BRI Menanam, Komoditas Andalan Pendorong Perekonomian Desa BRILian Mekarbuana Semakin Unggul

Windy berharap di tahun politik belanja masyarakat bisa lebih tinggi lagi sehingga bisa ikut menggerakkan perekonomian nasional.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: