Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peneliti Sebut Indonesia Kalah dari Vietnam Soal Kerja Sama Ekspor ke Amerika Serikat

Peneliti Sebut Indonesia Kalah dari Vietnam Soal Kerja Sama Ekspor ke Amerika Serikat Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden disebut-sebut memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Meski demikian, Indonesia dinilai belum jadi mitra strategis AS khususnya dalam aspek ekonomi.

Peneliti Departemen Ekonomi CSIS Dandy Rafitrandi mengungkapkan kerja sama Indonesia-AS kalah dibandingkan yang dilakukan Vietnam-AS. Meski secara ekspor ke Amerika Serikat meningkat dua kali lipat kurun waktu 2012 ke 2022, angka Vietnam-AS disebut lebih besar.

“Ekspor mereka (Vietnam) ke AS dari 2012 ke 2022 meningkat 5 kali lipat jadi magnitude-nya sudah sangat berbeda kalau kita bisa membandingkan dengan Vietnam,” ujar Dandy dalam CSIS Media Briefing “Menelaah Hasil Pertemuan Bilateral Presiden Jokowi dan Presiden Biden”, Kamis (16/11/23).

Kuatnya hubungan Vietnam-AS menurut Dandy bukan hal yang instan karena sudah ada hubungan bilateral perjanjian perdagangan sejak 2001. Menurutnya kerja sama ini merupakan fondasi cukup siginifikan dalam membangun perdagangan dan juga investasi bilateral dua negara.

Baca Juga: Anies Baswedan Akui Sulit Indonesia Bisa Selesaikan Konflik Israel-Palestina: Jauh Sekali!

Lanjut Dandy, Vietnam punya manajemen tata kelola perdagangan internasional serta fasilitasi perdagangan yang lebih baik dari Indonesia. Dari sisi investasi, Investor AS di Indonesia masih terkonsentrasi pada sektor tradisional seperti migas dan pertambangan.

“Kalau kita bandingkan dengan Tiongkok 10 tahun terakhir ini cukup agresif bukan hanya primary sector, mereka masuk ke infrastruktur, padat karya. Kita bisa lihat sekarang sudah ada landmark invesment dari Tiongkok yang bisa kita lihat seperti Kereta Cepat Jakarta Bandung, kalau jepang MRT. Kalau AS apa? Freeport terlalu kelamaan,” jelasnya.

Peneliti Departemen Hubungan Internasional CSIS Muhammad Habib menjelaskan perbedaan antara Indonesia dan Vietnam dalam hubungan dengan AS berkaitan dengan Comprehensive Strategic Partnership (CSP).

“Pertama jelas lebih konkret, kalau selama ini kita dengar Indonesia berambisi untuk mengembangkan semi konduktor, CSP AS ke Vietnam lebih konkret dalam hal ada inisiatif tertentu yang disebutkan adanya mengembangkan tenaga kerja semi konduktor di Vietnam itu sendiri, bahkan AS dari sektor publiknya memberikan pendanaan awal sebesar dua juta dollar dengan Vietnam,” jelasnya di acara yang sama.

Kedua, lanjut Habib, Vietnam jauh lebih spesifik dari segi kurun waktu. Menurutnya mekanisme dialog yang disebutkan dalam CSP Vietnam-AS di antaranya kementerian luar negeri mereka, kemudian dialog soal HAM, dan mekanisme yang digunakan adalah tahunan. Sedangkan CSP Indonesia-AS masih menekankan regular yang artinya bisa lebih sering atau bisa lebih jarang, tidak ada komitmen spesifik dari kurun waktu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: