Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Keheranan Narasi Kecurangan Muncul Jelang Pemilu 2024: Kok Tumben Ya...

Anies Keheranan Narasi Kecurangan Muncul Jelang Pemilu 2024: Kok Tumben Ya... Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Calon Presiden (Capres) Koalisi Perubahan, Anies Baswedan mengaku heran dengan narasi kecurangan pemilu yang muncul jelang pemungutan suara di pesta demokrasi tahun 2024 mendatang.

Pasalnya, kata Anies, sejak tahun 1999 hingga 2019 tidak ditemukan narasi-narasi kecurangan dalam Pemilu. Sementara saat ini, lanjut dia, bertebaran narasi kecurangan hingga netralitas penyelenggara Pemilu.

"Kok tumben ya, mau Pemilu ngomongnya hati-hati kecurangan, hati-hati tidak netralitas. Kita sudah pemilu 99, 2004, 2009, 2014, 2019, nggak pernah kita ngomongin kecurangan-kecurangan yang luar biasa. Baru tahun ini kita bicara tentang kecurangan," kata Anies dalam acara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit 2023, Jakarta, Jum'at (24/11/2023).

Baca Juga: Cerita Masa Memimpin Jakarta, Anies Klaim Berhasil Turunkan Kecamatan: Nomor 46 Sedunia

Anies menilai, narasi kecurangan itu muncul sebagai tanda turunnya kepercayaan publik saat ini. Oleh karenanya, dia menegaskan mencegah kecurangan dibutuhkan kerja sama seluruh elemen masyarakat.

"Ada penurunan kepercayaan yang berwujud pada pengungkapan itu. Kita ngawasin supaya tidak terjadi kecurangan. Ini menurut saya krisis buat kita," ujarnya.

"Mengawasi suara itu bukan hanya tanggung jawab peserta pemilu, tapi juga yuk sama-sama kita awasi. Karena yang ada di situ kan suara kita semua, suara masing-masing kita," tambahnya.

Di samping itu, Anies juga menilai bahwa pihak-pihak yang curang memiliki kecenderungan yang buruk. Menurutnya, pihak yang curang akan ketakutan tindakan yang dilakukannya tercium publik.

"Yang namanya pelanggaran itu paling takut apa? Paling takut ketahuan. Paling takut ketahuan. Nggak ada pelanggaran yang tidak takut ketahuan. Ya kan. Jadi dibikin pengawasan yang masif saja," tegasnya.

Lebih jauh, Anies pun mengutip ajakan pengawasan kecurangan Pemilu yang sebelumnya disampaikan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Koalisi Perubahan, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Adapun Cak Imin sempat mengibaratkan kontestasi Pemilu 2024 sebagaimana pertandingan sepak bola. Menurutnya, keterlibatan penonton juga menentukan keadilan dalam pertandingan tersebut.

"Gus Imin kan pake istilah sepak bola tuh, yuk kita nonton sepak bola kalau ada yang mainnya kasar, ada wasit yang menendang bola disorakin yuk, difotoin yuk, dilaporin yuk, kan itu artinya ngajak penonton untuk partisipatif, jangan diam," tandasnya.

Sebagaimana diketahui, narasi kecurangan pemilu muncul jelang Pemilu 2024 mendatang. Adapun narasi-narasi tersebut sempat digaungkan beberapa pihak capres-cawapres yang akan bertanding di Pilpres 2024 nanti.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengaku pihaknya mengalami berbagai tekanan yang dilakukan melalui instrumen kekuasaan.

Dia menilai, salah satu tekanan itu berkaitan dengan putusan Mahkamah Konstitusi terkait batas minimal usia capres-cawapres yang dinilai tercipta dari intervensi kekuasaan. Padahal, kata Hasto, Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga yudikatif.

Baca Juga: PKS Optimistis Anies Baswedan Menang kalau Pemilu Berlangsung Jujur dan Adil

"Ya tekanan ada, apalagi ini juga berkaitan yah. Kalau kita lihat konstitusi saja bisa diintervensi. Padahal lembaga yudikatif, apalagi yang lain," kata Hasto saat ditemui wartawan di Jakarta, Sabtu (19/11/2023).

Hasto mengaku membangun kesepakatan dengan pihak Anies Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar (AMIN) untuk melawan segala bentuk pemanfaatan instrumen kekuasaan dalam gelaran Pemilu 2024 nanti.

Hasto mengklaim, pihaknya dan AMIN mengalami tekanan yang sama. Dia menekankan, koordinasi yang dibangunnya bertujuan untuk meluruskan proses demokrasi yang sesuai dengan koridornya.

"Kita menyepakati dengan AMIN juga, penggunaan suatu instrumen kekuasaan. Dalam konteks ini kami juga membangun komunikasi dengan AMIN karena merasakan hal yang sama, sehingga inilah yang kemudian kami luruskan supaya demokrasi berada di koridornya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: