Alhasil, pasangan Anies-Cak Imin pun harus memperhitungkan peta dukungan di internal koalisinya sendiri.
“Narasi perubahan semakin menjadi minoritas di tengah dominannya wacana keberlanjutan, tidak ada yang mau ditinggalkan oleh pemilih,” tegas Andreas.
Baca Juga: IKN, Infrastruktur dan Hilirisasi: Langkah Pengusaha Saat Ditinggalkan Jokowi
Pada kutub yang lebih ekstrem, pasangan Prabowo-Gibran menjadi kekuatan politik yang paling menjanjikan keberlanjutan program-program Jokowi. “Kehadiran Gibran memperkuat komitmen keberlanjutan oleh pasangan nomor urut dua tersebut,” lanjut Andreas.
Prabowo-Gibran juga diusung oleh partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), hampir seluruhnya berasal dari unsur pemerintah. Demokrat yang sebelumnya berada di kubu Anies berpindah koalisi dan mendukung sepenuhnya Prabowo-Gibran dan KIM.
“Bandul dukungan Jokowi kini mengarah sepenuhnya kepada Prabowo, mantan rival dua kali pemilu yang kemudian bergabung dalam pemerintahan,” terang Andreas. Sejak menjabat Menteri Pertahanan, Prabowo menjadi pendukung kuat Jokowi dan pemerintahannya.
“Posisi dilematis justru dialami pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, dari sebelumnya mendapat endorsement dari Jokowi kini bersitegang dan agresif menyerang kubu Jokowi dan Prabowo-Gibran,” ujar Andreas.
Sebelum mendapat tiket pencalegan dari PDIP, Ganjar yang menjabat gubernur Jawa Tengah digadang-gadang sebagai capres yang didukung oleh Jokowi. Situasi berubah ketika tiket hampir di tangan, Ganjar berupaya menunjukkan loyalitas kepada partai pengusungnya.
“Batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 menjadi momentum perpecahan Jokowi dan PDIP, yang berimbas pada memudarnya dukungan Jokowi kepada Ganjar, lebih-lebih setelah Mahkamah Konstitusi membolehkan Gibran ikut berlaga,” jelas Andreas.
Uniknya, PDIP memilih figur Menko Polhukam pada kabinet Jokowi sebagai cawapres pendamping Ganjar. “Baik Ganjar, PDIP dan partai-partai koalisi, maupun Mahfud juga berada di dalam pemerintahan Jokowi yang menggaungkan wacana keberlanjutan,” kata Andreas.
Artinya, siapapun pasangan capres-cawapres sama-sama mendukung keberlanjutan alih-alih perubahan. “Publik perlu lebih teliti dalam memilih kandidat yang bisa memenuhi harapan dan menjaga kepuasan atas pencapaian kinerja pemerintahan Jokowi,” pungkas Andreas.
Survei NEW INDONESIA Research & Consulting dilakukan pada 25-30 November 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement