Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pendekatan Militer Prabowo Atasi Konflik Papua Dinilai Bermasalah: 'Justru Buat Kekerasan Tidak Berhenti'

Pendekatan Militer Prabowo Atasi Konflik Papua Dinilai Bermasalah: 'Justru Buat Kekerasan Tidak Berhenti' Bakal calon presiden Prabowo Subianto (tengah) didampingi Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan mengumumkan bacawapres di Jalan Kertanegara, Jakarta, Minggu (22/10/2023). Koalisi Indonesia Maju mengumumkan Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai bakal cawapres Prabowo pada pilpres 2024. | Kredit Foto: Antara/Donny Aditra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyoroti pernyataan Prabowo Subianto saat debat Capres pertama soal penanganan konflik di Papua.

Sebagaimana diketahui, di antara ketiga kandidat yang ada, Prabowo menekankan dibutuhkannya pendekatan militeristik dalam menangani masalah di Papua.

Usman mengungkapkan pandangan Prabowo tidak akan menyelesaikan masalah Papua, sebalikanya bakal membuat kekerasan di sana sulit dihentikan.

“Masih ada pendekatan militeristik, retorika anti asing dan pendekatan ekonomi yang disampaikan Prabowo terkait Papua. Justru pandangan seperti ini membuat kekerasan dan konflik di sana tidak pernah berhenti,” ungkap Usman sebagaimana dikutip dari laman amnesty.id, Kamis (14/12/23).

“Kajian terbaru Lemhanas menunjukkan pertumbuhan ekonomi gagal meredam kekerasan dan konflik,” tambahnya.

Baca Juga: Pakar Sebut Janji Makan Siang Gratis Prabowo Subianto Tidak Efektif Atasi Stunting: Rakyat Makannya 3 Kali Sehari!

Usman juga menyinggung soal pelanggaran HAM yang dilakukan atas dasar kepentingan investasi semata.

Menurutnya seharusnya Capres bisa menjelaskan lebih konkret mengenai langkah strategis mereka menangani kasus-kasus yang selama ini berkaitan dengan hal tersebut.

“Pelanggaran HAM akibat pembangunan pro-investasi dengan mengorbankan warga sipil, seperti terjadi di Rempang, Nagari Air Bangis, Rembang, Wadas, Halmahera hingga Flores juga luput. Padahal mereka dapat memaparkan bagaimana upaya memajukan kesejahteraan sosial melalui pembangunan tanpa mengorbankan hak asasi warga.

“Penyelesaian 12 kasus pelanggaran HAM berat masa lalu masih perlu kebijakan yang bukan hanya Presiden tapi juga DPR. Inilah PR besar yang hingga kini belum ditangani baik oleh pemerintahan saat ini dan menjadi tugas besar ke depan.

Ia mengapresiasi bagaimana debat capres kemarin tiga kandidat mengangkat soal-soal HAM meski sifatnya terkesan umum.

Khusus konflik Papua, pada akhirnya apa yang di sampaikan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo tentang penyelesaian melalui dialog dan pemenuhan keadilan dinilai lebih relevan, meski kembali ada catatan mengenai langkah mereka ke depan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: