Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memaksimalkan Bonus Demografi melalui Hilirisasi Digital

Oleh: Syahrullah, Anggota Ikatan Mahasiswa Penggerak Demokrasi

Memaksimalkan Bonus Demografi melalui Hilirisasi Digital Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Revolusi dalam jaringan komunikasi dan teknologi informasi telah memberikan dampak signifikan pada berbagai sektor, industri, dan perilaku konsumen di seluruh dunia. Web 2.0, yang diidentifikasi sebagai titik balik penting dalam evolusi World Wide Web, menekankan pertukaran informasi dan interkoneksi antar pengguna (Oztemel dan Gursev, 2020). Meskipun awalnya diciptakan sebagai alat komunikasi khusus untuk kaum muda, platform media sosial seperti Facebook dan MySpace seiring waktu telah menjadi saluran komunikasi utama bagi seluruh kelompok umur (OfCom, 2021).

Pentingnya revolusi teknologi dan komunikasi ini juga menjadi sorotan dalam wacana hilirisasi digital yang disuarakan oleh Cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka. Gibran menekankan perlunya melibatkan anak-anak muda yang ahli di berbagai bidang teknologi dalam proses hilirisasi digital. Menurutnya, diversifikasi keahlian, termasuk di bidang data science, AI research, video game design, UX design, robotic engineering, machine learning, fintech, dan cyber security, akan membawa inovasi yang kreatif dan berkelanjutan.

Baca Juga: Dukungan Prabowo-Gibran Memuncak: Relawan GSP Kota Serang Gelar Woro-Woro Menang Sekali Putaran

Dalam acara ‘Suara Muda untuk Prabowo-Gibran, Menjemput Indonesia Maju’ di Jakarta Convention Center (JCC), Gibran juga menyoroti potensi hilirisasi digital dalam menciptakan lapangan kerja. Dia menyebut bahwa melalui proses ini, Indonesia memiliki peluang untuk menciptakan hingga 19 juta lapangan kerja dalam lima tahun ke depan. Sebuah peluang ekonomi luar biasa, terutama bagi generasi milenial, generasi Z, kaum perempuan, dan penyandang disabilitas.

Pernyataan Gibran ini sejalan dengan konsep ‘bonus demografi,’ yang mengacu pada surplus sumber daya manusia dengan usia produktif, terutama pada tahun 2045. Indonesia, sebagai negara yang diperkirakan mengalami bonus demografi, dapat memanfaatkan bonus ini sebagai dorongan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, asalkan dimanfaatkan dengan optimal.

Dalam konteks revolusi media sosial yang dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa paradigma komunikasi yang berubah ini juga memiliki korelasi dengan hilirisasi digital. Penggunaan media sosial telah melampaui email sebagai metode komunikasi utama, terutama di kalangan anak muda (Cardon dan Marshall, 2015). Fenomena ini mencerminkan pergeseran perilaku komunikasi yang juga relevan dalam era hilirisasi digital.

Namun, seperti halnya aspek dunia siber, media sosial juga menghadapi tantangan privasi yang signifikan. Dalam penelitian yang berjudul “Big Data Privacy Issues in Public Social Media,” Matthew Smith dan rekan-rekannya (2012) menyajikan analisis tentang bagaimana pertumbuhan kapabilitas perangkat seluler berkorelasi dengan masalah privasi pengguna. Mereka menyoroti bahwa dalam era data besar, di mana jumlah informasi yang diunggah setiap hari sangat besar, kesulitan bagi pengguna untuk menyadari konsekuensi langsung dan dampak di masa depan menjadi kenyataan.

Dengan demikian, revolusi media sosial tidak hanya membawa perubahan dalam cara kita berkomunikasi, tetapi juga membawa risiko signifikan terkait privasi individu. Dampak dari penggunaan media sosial yang terus meningkat perlu menjadi perhatian utama, terutama karena semakin sulit bagi pengguna untuk mengendalikan informasi pribadi mereka dalam lingkungan digital yang terus berkembang.

Pada saat yang sama, tantangan privasi yang dihadapi oleh media sosial juga menjadi semakin kompleks. Penelitian tentang masalah privasi data besar di media sosial menunjukkan bahwa pertumbuhan kapabilitas perangkat seluler berkorelasi dengan masalah privasi pengguna (Smith dkk., 2012). Kesulitan bagi pengguna untuk menyadari konsekuensi langsung dan dampak di masa depan dari jumlah data yang diunggah setiap hari menjadi perhatian utama.

Dalam konteks ini, pernyataan Gibran Rakabuming tentang pentingnya keterlibatan anak-anak muda dalam bidang teknologi menjadi semakin relevan. Para ahli, seperti Victor Chang, dalam artikelnya “Cybersecurity for Children: An Investigation into the Application of Social Media,” menekankan peran anak muda dalam memitigasi risiko siber. Keberadaan generasi muda yang mahir di bidang cyber security menjadi sangat penting untuk menjaga ketahanan digital negara.

Dukungan penuh dari pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan diperlukan untuk mencapai potensi penuh dari bonus demografi dan hilirisasi digital. Kebijakan yang mendukung perkembangan teknologi, investasi dalam riset dan pengembangan, serta kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri merupakan langkah-langkah krusial. Kesadaran masyarakat mengenai manfaat hilirisasi digital dan bonus demografi juga perlu ditingkatkan melalui kampanye edukasi.

Baca Juga: Satu Putaran, Petani Tebu Sumut Siap Menangkan Prabowo-Gibran

Dengan menggabungkan pernyataan Gibran Rakabuming tentang hilirisasi digital dengan konteks revolusi media sosial dan isu privasi, dapat disimpulkan bahwa peran anak-anak muda yang ahli di bidang teknologi sangat penting untuk meraih manfaat maksimal dari perkembangan ini. Hilirisasi digital tidak hanya menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membentuk fondasi untuk menjaga ketahanan digital dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: