"Inilah yang kita hadapi hari-hari yang akan datang. Jangan mengulangi lagi kejadian Pemilu 2019 yang penuh dengan intrik dsb," kata Muhajir.
Mantan anggota DPR RI menyindir tertentu paslon yang pernah merasakan kekalahan yang menyakitkan semestinya ikut merasakan bagaimana kepedihan paslon-paslon yang tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah. Karena itu, ia berharap rasa keadilan itu dikedepankan.
Baca Juga: Anies Ogah Komentari Pertemuan Jokowi dan Ketum PSI: Lebih Penting Ngurus Rakyat
"Sebagai penyelenggara negara harus menegakkan etika, karena etika itu adalah bagian dari pengejawantahan rasa keadilan, dan rasa ketidakberpihakan kepada salah satu paslon," tutur Muhajir.
Menurut Muhajir, publik hari ini menjadi terkotak-kotak bukan karena ada persaingan gagasan tetapi karena adanya bentuk rasa ketidakadilan yang ditunjukkan oleh penyelenggara negara dan juga penyelenggara Pemilu.
Terkait akademisi di kampus-kampus, Muhajir berharap jangan pernah ada stigma yang menyakiti mereka karena pernyataannya. Ia mengingatkan orang-orang kampus adalah orang-orang terhormat, dan penjaga marwah kebangsaan Indonesia.
"Mereka tidak terdistorsi dengan kepentingan politik, mereka hanya ingin proses demokrasi berlangsung bisa dilakukan secara adil, menjunjung etika," ungkap Ketum Fourbes ini seraya menambahkan, pernyataan kalangan kampus sebagah alarm yang harus ditangkap semangatnya. Bukan dikesankan seolah-olah semuanya diatur.
"Kami pernah jadi aktivis kampus, kami memahami jika pesan dari teman-teman kampus itu betul-betul pesan moral untuk kebaikan bangsa," ucap Muhajir.
Ia juga menyambut baik putusan sanksi peringatan keras terakhir DKPP kepada KPU, yang disebutnya memberikan harapan bahwa di tengah rasa ketidakpercayaan itu ada lorong kegelapan yang mulai terang benderang bahwa wasit pemilu itu masih respek terhadap aturan-aturan yang berlaku.
Untuk itu, Fourbes meminta kepada seluruh penyelenggara Pemilu tidak main-main, tidak berpihak. Jadilah wasit yang baik.
Baca Juga: Politisasi Bansos Era Jokowi, Gejala Otoritarianisme Baru?
"Sekali publik tidak percaya sangat mungkin proses demokrasi ini akan tercederai," pungkas Muhajir seraya berharap hal itu tidak terjadi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement