Emas diperdagangkan dengan harga di atas $2.000 per ons pada awal tahun 2024. Analis memperkirakan bahwa di akhir tahun ini pun harga emas mungkin akan tetap di atas $2.000 per ons, mencapai rekor tertinggi baru dalam sejarah.
Beberapa dari faktor yang mendukung kenaikan ini adalah ketidakpastian geopolitik, kemungkinan melemahnya dolar AS, dan potensi penurunan suku bunga. Namun, sebelum mengandalkan faktor-faktor ini ke depannya, kita harus memahami bagaimana pengaruhnya di masa lalu.
Skenario Baru Dinamika Harga Emas
Selama 90 tahun terakhir, nilai emas utamanya bergantung pada volume transaksi antara pasar Barat dan Timur. Negara-negara Barat menentukan pasokan dan permintaan, sementara negara-negara Timur bertindak sebagai pihak lawan dalam transaksi tersebut.
Dengan demikian, ketika volume emas fisik yang dibeli oleh Inggris atau Swiss meningkat, harganya pun naik, begitu juga sebaliknya. Akibatnya, emas berpindah dari Barat ke Timur dan kembali lagi secara sinkron dengan penurunan atau kenaikan harga.
Faktor kedua yang secara historis memengaruhi harga adalah hubungan antara harga emas dan imbal hasil real obligasi pemerintah AS. Ketika imbal hasil real turun, obligasi kehilangan daya tariknya, dan investor beralih ke emas. Begitu trend berbalik dan imbal hasil mulai naik, investor kembali ke obligasi.
Akan tetapi, sejak akhir tahun 2022, kedua pola ini tidak terjadi. Imbal hasil obligasi sepuluh tahun AS naik ke 4,33% yang berarti di atas angka tertinggi tahun 2022 dan mengalahkan rekor 15 tahun. Berlawanan dengan ekspektasi, ini tidak menurunkan harga emas, yang justru naik mulai bulan November 2022 hingga Agustus 2023 sebesar 16% dari $1.643 menjadi $1.954 per ons.
Korelasi antara volume transaksi emas dan harga emas juga tidak sejalan lagi. Sejak kuartal ketiga tahun 2022, UK dan Swiss telah menjadi eksportir emas Netto, yaitu penjual. Menurut paradigma sejarah, ini juga seharusnya menjadi alasan kejatuhan harga emas. Akan tetapi, seperti yang bisa kita lihat, itu tidak terjadi. Dengan demikian, Barat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga logam mulia ini.
Baca Juga: Resolusi Tahun Baru, Octa Mendukung Pendidik Membantu Generasi Muda Indonesia
Apa yang Memengaruhi Emas di Tahun 2024?
Memanasnya konflik geopolitik menyebabkan kenaikan nilai emas. Karena peristiwa geopolitik pada tahun 2022, aset dolar menjadi lebih berisiko bagi banyak negara. Bank sentral di negara-negara Selatan, Eropa Timur, dan Timur Tengah secara aktif menerapkan kebijakan untuk menambah cadangan devisa bagian emas sejak akhir tahun 2022.
Menurut laporan World Gold Council (WGC), bank sentral membeli 800 ton emas dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, naik 14% dibandingkan setahun sebelumnya. Permintaan berlebihan dari bank sentral telah meningkatkan nilai emas hingga 10% pada tahun 2023.
"Pembelian emas oleh bank sentral yang akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada tahun 2024,” kata Kar Yong Ang, analis pasar finansial Octa.
"Jika tren ini terus berlanjut dan tingkat cadangan emas bergerak hingga rata-rata 40% dari komposisi cadangan emas, artinya ada tambahan aset sebesar $3,2 triliun—peningkatan sebesar 25% pada tahun 2025, yang setara dengan harga $2.500 per ons," tambahnya.
Emas juga kembali mengalami kenaikan sejak awal konflik Palestina-Israel. Mulai bulan Oktober 2023, nilainya bertambah lebih dari 8%. Oleh karena itu, bisa kita simpulkan bahwa setiap gejolak dalam geopolitik akan berdampak positif pada emas.
Stabilitasi inflasi akan terus mendukung quote emas. Pada tahun 2022, inflasi global mencapai level tertingginya dalam beberapa dekade terakhir ini. Namun, fakta juga menunjukkan bahwa inflasi telah melampaui titik puncaknya pada akhir tahun 2023. Sebagian besar analis percaya bahwa tekanan inflasi akan terus mereda di tahun 2024.
Baca Juga: 5 Tips Belajar Forex Lebih Cepat Menurut Pakar Octa
'Secara tradisional, harga emas berkorelasi negatif dengan tingkat inflasi. Makin rendah tingkat inflasi, makin rendah pula suku bunga obligasi pemerintah. Akibatnya, daya tarik relatif aset tanpa bunga seperti emas meningkat,' kata Kar Yong Ang.
De-dolarisasi di negara-negara berkembang. Investor memandang emas sebagai sarana alternatif untuk penambahan tabungan dan perlindungan dari inflasi serta risiko mata uang. Permintaan akan emas meningkat karena Brasil, Rusia, India, dan China (anggota BRICKS) mencari cara untuk meningkatkan kemandirian mata uang mereka.
Faktor-faktor utama yang memengaruhi harga emas adalah inflasi, meningkatnya permintaan dari bank sentral, de-dolarisasi negara-negara berkembang, situasi ekonomi mikro, dan geopolitik. Kombinasi faktor-faktor ini akan menciptakan kondisi bagi pertumbuhan harga emas pada tahun 2024.
Pada paruh pertama tahun ini, harganya mungkin melebihi $2.200 per troy ons. Pada paruh kedua, trend kenaikan emas kemungkinan akan berlanjut, dan emas mungkin mencapai harga $2.300 per ons, jadi rata-rata harga pada tahun 2024 akan menjadi $2.170.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement