Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Klaim Food Estate Panen Jagung 25 Ton, PKS: Sesuatu yang Sangat Menyedihkan

Soal Klaim Food Estate Panen Jagung 25 Ton, PKS: Sesuatu yang Sangat Menyedihkan Kredit Foto: DPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengumuman pemerintah terkait panen jagung Food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah yang diklaim menghasilkan sekitar 25 ton disoroti Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan.

Menurut Anggota Komisi IV DPR ini, klaim panen tersebut merupakan bukti nyata bahwa Food Estate sebagai proyek gagal dan hanya membuang-buang anggaran.

Menurut Johan, jagung yang ditanam di lahan food estate itu telah menghabiskan anggaran Rp 54 miliar untuk proses penanamannya dan membuka lahannya telah menelan anggaran sangat besar mencapai Rp 1,5 triliun. Karenanya 25 ton klaim panen menurutnya menyedihkan.

“Ketika pemerintah membanggakan telah panen 25 ton jagung dengan modal sebesar itu menjadi sesuatu yang sangat menyedihkan bagi seluruh rakyat Indonesia”, ujarnya dikutip dari laman fraksi.pks.id, Senin (18/3/24).

Johan menegaskan sejak awal food estate di Gunung Mas ini, sudah pihaknya tolak namun pemerintah ‘ngotot’.

Baca Juga: Singgung Food Estate, Prabowo: Kita Sebentar Lagi Kembali Swasembada Pangan, Tidak Akan Impor Makanan

Bahkan menurutnya ada upaya menutupi kegagalan proyek perkebunan singkong yang dikelola Kementerian Pertahanan, dengan dipaksakan komoditas jagung ditanam di lahan tersebut.

“Saya menilai hal ini sebagai modus untuk pembenaran pemerintah bahwa lahan tersebut masih bisa dikelola, namun dengan hasil panen 25 ton jagung ini sudah memberikan kesimpulan nyata bahwa proyek ini sebagai proyek gagal dan tidak ada manfaatnya bagi ketahanan pangan nasional,” kata Johan.

Baca Juga: Anies Senang Pemerintah Rancang Cuti Bagi ASN Pria yang Istrinya Melahirkan

Johan berujar dibalik ngototnya pemerintah memaksakan proyek food estate ini sebagai bentuk kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan petani bahkan bersifat merusak keseimbangan lingkungan.

“Kita saksikan bahwa tidak ada petani yang mau terlibat menggarap lahan food estate tersebut dan juga dampak kerusakan lingkungan seperti hutan yang telah gundul berakibat banjir dan longsor yang akhirnya pasti merugikan kita semua,” ucap Johan.

Pemerintah, kata Johan, harus bertanggung jawab atas kebijakan yang salah kaprah ini, kebijakan ini dapat dikategorikan sebagai kejahatan lingkungan.

“Maka segera hentikan proyek food estate ini karena sudah pasti gagal, segera lakukan pemulihan kawasan yang dulunya hutan, alihkan anggaran yang ada untuk membantu petani melakukan usaha tani di lahan-lahan yang produktif serta bangun infrastruktur pertanian yang bertujuan untuk membantu kebutuhan para petani kita dan bukan untuk kepentingan proyek tertentu,” demikian tutur politikus PKS ini.

Mengutip laman CNN Indonesia, Kepala Biro Humas Setjen Kemhan, Brigjen Edwin Adrian Sumantha menyebut panen dilaksanakan di lahan seluas lima hektare. Adapun produktifitas lahan sekitar lima ton per hektare.

"Panen jagung di Gunung Mas yang baru saja dilaksanakan seluas 5 ha dengan produktivitas 5 ton/ha, jadi hasil panen sekitar 25 ton. Berat panen tersebut dengan perhitungan kadar air jagung sekitar 24 persen," kata Edwin saat dihubungi, Jumat (15/3), dikutip dari cnnindonesia.com.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: