Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wacana Impor Daging, DPR: Jangan Sampai Peternak Rugi Akibat Kesalahan Data!

Wacana Impor Daging, DPR: Jangan Sampai Peternak Rugi Akibat Kesalahan Data! Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amin AK memberikan kritikannya terkait dengan rencana pemerintah yang terus memberlakukan kebijakan impor guna mencukupi kebutuhan daging sapi di Indonesia.

Dirinya mengatakan, penghitungan neraca daging, khususnya untuk kebutuhan dan kapasitas produksi dalam negeri harus tepat dan terorganisir. Ia mengungkit bagaimana rencana ini terhambat lambatnya pemberian dari Surat Perizinan Impor (SPI). Padahal tujuan impor ini adalah untuk mengstabilkan harga daging di Indonesia.

Baca Juga: Tarif Tol Dinaikkan Jelang Lebaran, DPR: Berpotensi Meningkatkan Tindakan Kriminal

“Keputusan berapa banyak volume impor pangan, termasuk daging, itu didasarkan neraca antara kebutuhan di dalam negeri dan kapasitas produksi di dalam negeri. Karena itu, saya meminta pemerintah mampu menghitung neraca daging secara nasional dengan tepat,” kata Amin, dilansir Senin (25/3).

Peran Bapanas dalam menentukan volume impor daging itu juga disorot Amin. Menurut dia, perlu ada sinkronisasi dengan data produksi dalam negeri.

“Kalau kemudian, Bapanas mengoreksi volume impor daging dari 389.024 ton menjadi 145.251 ton atau sekitar 37,33 persen dari rencana semula, maka bisa dipastikan ada masalah dengan data produksi dalam negeri kita. Kementerian Pertanian sebagai penyedia data, seharusnya bisa memberi penjelasan, berapa sebetulnya populasi sapi dan kerbau di dalam negeri dan berapa produksi daging setiap tahunnya,” jelasnya.

Ia juga mengungkit kesalahan data dapat menjadi hatu yang menakutkan karena berpotensi memberikan kerugian besar baik untuk konsumen maupun peternak.

Baca Juga: Gerai ke-10 Toko Daging Nusantara Resmi Hadir di Kemang, Sediakan Daging Halal dan Berkualitas

“Perbedaan atau koreksinya sangat besar. Sehingga sangat mungkin berdampak pada neraca antara kebutuhan dan pasokan. Jangan sampai gara-gara data yang tidak akurat, baik peternak rakyat maupun konsumen dirugikan akibat kesalahan data ini,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: