Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Timur Tengah Memanas, Pemerintah Harus Pastikan Pasokan Minyak Bumi dalam Negeri Aman

Timur Tengah Memanas, Pemerintah Harus Pastikan Pasokan Minyak Bumi dalam Negeri Aman Kredit Foto: PKS
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak angkat suara soal potensi dampak yang ditimbulkan dari konflik antara Iran dan Israel kepada situasi dalam negeri.

Salah satu yang Amin singgung adalah mengingatkan pemerintah agar mengantisipasi dampak ekonomi dari konflik Iran vs Israel, terutama dalam hal menjaga pasokan minyak domestik.

Meskipun Indonesia tidak mengimpor minyak dari Iran, Amin, yang juga anggota Panja Energi DPR RI, menekankan bahwa pasokan minyak global dapat terpengaruh karena Iran adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

“Pemerintah harus memastikan pasokan minyak bumi untuk kebutuhan dalam negeri terjaga dengan baik,” ungkapnya dilansir dari laman fraksi.pks.id, Minggu (21/4/24).

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa kebutuhan minyak di Indonesia saat ini adalah 1,4 juta barel per hari, sementara produksi minyak domestik hanya sekitar 612 ribu barel per hari.

Ini berarti Indonesia memerlukan impor sekitar 788 ribu barel per hari. Tahun lalu, rata-rata impor hasil minyak adalah sekitar 2,16 juta ton per bulan, dan impor minyak mentah rata-rata 1,48 juta ton.

Amin memperingatkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, bersama dengan potensi kenaikan harga minyak dunia akibat eskalasi konflik, dapat menguras devisa Indonesia.

“Melindungi (hedging) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS perlu dilakukan agar cadangan devisa tidak tergerus,” ujar Amin.

Selain itu, jika nilai tukar rupiah melemah dan harga minyak naik, anggaran subsidi atau kompensasi bisa meningkat. Karena itu, kenaikan harga minyak dunia dapat memberatkan APBN, karena subsidi energi akan membengkak.

Di sisi lain, pengurangan atau penghapusan subsidi energi dapat membebani masyarakat, dengan potensi efek berantai yang meningkatkan harga kebutuhan pokok.

Untuk menghadapi situasi ini, Amin menyarankan pemerintah untuk membangun rantai pasok yang lebih resilien, termasuk memastikan pasokan pangan dan energi tetap berjalan lancar. Investasi dalam sumber energi alternatif, rute baru, dan infrastruktur logistik dapat memperkuat rantai pasok global.

Baca Juga: NasDem Buka Peluang Usung Anies di Pilkada Jakarta

Wakil Rakyat dari Dapil Jatim IV (Kabupaten Jember dan Lumajang) itu pun mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai lonjakan inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga energi, yang mungkin diikuti oleh kenaikan harga kebutuhan pokok.

“Rantai pasok global yang terganggu oleh perang dapat menyebabkan produsen mencari bahan baku dari tempat lain, yang pada gilirannya meningkatkan biaya produksi dan membebankan biaya tersebut kepada konsumen,” pungkasnya.

Amin juga mengingatkan tentang dampak melemahnya kurs rupiah, yang jika tidak ditangani dengan tepat, dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat tingginya utang luar negeri, termasuk utang pemerintah, BUMN, dan swasta.

Terakhir, Ia menyerukan pemerintah untuk mendorong de-eskalasi dan pengendalian diri di antara negara-negara yang terlibat dalam konflik di Timur Tengah.

“Komunikasi intensif dengan pemimpin dunia, termasuk Iran, Arab Saudi, Yordania, Mesir, dan negara-negara Eropa, diperlukan untuk menegaskan pentingnya menahan diri dan mengurangi eskalasi konflik,” tutup Amin.

Sementara itu, Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan Ngasiman Djoyonegoro yang memprediksi konflik Iran-Israel bakal berdampak secara ekonomi dan politik dalam negeri.

Ngasiman mengemukakan hal itu merespons serangan udara Iran ke Israel pada hari Sabtu (13/4) sebagai upaya pembalasan Iran atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, di awal April lalu.

"Serangan ini terjadi di wilayah jalur perdagangan dunia. Jantung ekonomi global pasti akan terganggu," kata Simon, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (15/4/24) sebagaimana dilansir dari ANTARA.

Simon mengungkapkan apabila wilayah Terusan Suez terganggu maka distribusi komoditas energi dan pangan dunia juga terganggu. Misalnya, minyak bumi, gandum, dan pasokan global bahan pangan lainnya.

Karenanya penting menurutnya pemerintah Indonesia mempersiapkan APBN sebaik mungkin di tengah situasi konflik Iran-Israel

"Penguatan nilai dolar terhadap rupiah saat ini, baru indikasi awalnya. Kita siap-siap untuk menghadapi dampak berikutnya seperti harga minyak naik, sejumlah harga pangan berbasis gandum bakal naik, dan seterusnya. APBN kita harus dipersiapkan secara layak untuk menyesuaikan dengan situasi ini," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: