Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bale Rumawat Unpad, Saksi (Tidak) Bisu Nobar & Diskusi Film Dirty Election

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes, Pemerhati Telematika & Multimedia Independen

Bale Rumawat Unpad, Saksi (Tidak) Bisu Nobar & Diskusi Film Dirty Election Kredit Foto: Antara/Antara/Rafiuddin Abdul Rahman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kamis kemarin, 30/05/2024 Kampus Unpad (Universitas Padjajaran) Bandung, mendapat kesempatan pertama sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan acara nobar (nonton bareng) & diskusi film "Dirty Election". Kampus yang mengambil nama dari Kerajaan Padjadjaran di Sunda yang dipimpin Prabu Siliwangi (Prabu Dewantaprana Sri Baduga Maharaja) di Pakuan Padjadjaran pada tahun 1473-1513 M ini semarak dan audiens terlihat antusias dari penuhnya ruangan Bale Rumawat di Jalan Dipatiukur tersebut.

Meski bentuknya sudah modern theatrical room, karena berbentuk ruang teater dengan lantai berjenjang dan dilengkapi multimedia projector lengkap dengan layar & sound-nya,ruangan yang diberi nama "rumawat" itu disebut "bale". Kata 'bale' berasal dari kata 'balai' yang memiliki arti sebuah tempat atau bangunan tempat berkumpulnya orang. Kata 'balai' pertama kali diperkenalkan penggunaannya di kawasan Asia Tenggara pada tahun 1841 hingga pertengahan abad dua puluh oleh Franz  Bobb.

Baca Juga: Roadshow Film Dirty Election di Bandung & Filosofi Kebenaran Pasti Menang

Sedangkan nama "rumawat" memang bermakna cukup sakral, karena berasal dari kata "Ruwat" yang dalam keratabasa daerah dapat diartikan "kudu bisa luru lan bisa ngrawat" yang bermakna harus bisa mencari dan merawat, misalnya soal seni dan budaya (Catatan: Ini ruwat, bukan "ruwet" sebagaimana ada salah satu animated sticker di Whatsapp yang populer, karena menggambarkan sosok yang lagi geleng-geleng kepala sambil berkata "ruwet ... ruwet ... ruwet").

Secara lebih detail, ruwat adalah salah satu upacara dalam kebudayaan asli/kearifan lokal yang ditujukan untuk membuang keburukan atau menyelamatkan sesuatu dari sebuah gangguan. Seseorang/sesuatu yang telah diruwat diharapkan mendapat keselamatan, kesehatan, dan ketenteraman kembali (Gangguan dalam hal ini dapat berupa banyak hal, seperti nasib buruk, terkena ilmu hitam, atau makhluk gaib). Sehingga pemilihan tempat Bale Rumawat di Kampus Unpad Dipatiukur untuk nobar dan diskusi film Dirty Election bukan kebetulan semata.

Artinya diskusi "Membongkar Aktor Intelektual Kejahatan Pilpres 2024" kemarin selain sangat obyektif & komprehensif memang bisa juga disebut sarat dengan makna filosofis ketika dihubungkan dengan kata "ruwat" di atas. Karena kecurangan dan kejahatan Pemilu 2024 terbukti sangat buruk -bahkan disebut "terburuk dalam sejarah"- dan Indonesia harus diselamatkan agar tidak terjadi lagi di tahun-tahun mendatang. Jelas film & diskusinya murni ilmiah dan scientific, namun angka-angka hasil Pemilu dari SIREKAP disebut-sebut ternyata gaib (seperti Esemka), jadi cocok diruwat.

Menghadirkan pembicara-pembicara kompeten seperti Dr. Mei Susanto, SH MH (Ahli Tatanegara FH Unpad, mewakili Prof Susi Dwi Harijanti, SH LLM PhD (PSKN FH Unpad), Ted Hilbert (Yayasan YAKIN), Petrus Selestinus SH (TPDI, Perekat Nusantara), Dr. Ir. Leony Lidya (Pakar IT Unpas /Universitas Pasundan), Ir. Hairul Anas Suaidi Mahmud (Pakar Robot Pemilu), Ridho Anwari Aripin (BEM Kema Unpad) dan Saya sendiri (Dr. KRMT Roy Suryo). Dimoderatori oleh Akhmad Akhyar ST dan dibuka oleh Ir. Akhmad Syarbini (APDI) dengan MC Adara berlangsung seru mulai pukul 10.30 WIB sampai 16.30 WIB

Keseruan acara makin bertambah dengan hadirnya mak-mak aktivis yang tidak kalah dengan mahasiswa mempertanyakan berbagai kejanggalan Pemilu 2024 secara kritis disertai dengan bukti-bukti yang diperoleh dari pengalamannya di lapangan. Juga saran & masukan kongkret dari alumnus-alumnus senior Unpad & ITB yang hadir sangat memberi semangat acara, bahkan sering kali terdengar teriakan yel-yel penyemangat. Apalagi aktivis kawakan Andi Sahrandi turut memberikan support berupa kaos bertulisan "Trias Corruptica: Legisla Thieves, Execu Thieves, Judica Thieves" berwarna hitam dan putih yang langsung digunakan oleh panitia, pembicara dan pengunjung acara.

Slogan Trias Corruptica ini juga sangat sesuai dengan kepanjangan baru dari singkatan dua lembaga Judica Thieves tersebut bagi rakyat, dimana sebelumnya sudah dikenal ada "Mahkamah Kakak", maka sekarang ada juga "Mahkamah Adik". Silakan di-googling saja kenapa bisa ada singkatan-singkatan tersebut agar publik terap kritis untuk mencari berita yang benar, tidak (sengaja ?) mau ditutup dengan blow-up yang sangat lebay untuk pemberitaan kasus lain di media-media pro-rezim yang terus menerus hanya diulang-ulang untuk menutupi kebobrokan kondisi saat ini yang "sudah sangat tidak baik-baik saja."

Oleh karenanya Bale Rumawat Unpad bisa disebut sebagai "Saksi Tidak Bisu" acara kemarin karena dari dalam ruangan tersebut terdengar teriakan-teriakan penyemangat yang semoga memang benar-benar bisa meruwat bangsa ini yang selain ekonomi tambah berat, semakin dirasakan masyarakat sudah kehilangan arah akibat dikuasai oleh rezim yang tidak lagi memiliki etika bahkan banyak yang mengatakannya (maaf) bejat. Bagaimana tidak? Beban hidup yang sudah tidak ringan masih ditambah dengan iuran wajib perumahan yang belum tentu diperlukan dan bahkan dikhawatirkan mengalami nasib yang sama seperti kasus-kasus sebelumnya, alias hanya menjadi jarahan penjahat koruptor yang sayangnya juga banyak yang terkait dengan keluarganya, sehingga aman-aman saja.

Baca Juga: Kolaborasi Askrindo Syariah dan UNPAD dalam Mendukung Wirausaha Muda

Kesimpulannya, setelah Bale Rumawat Unpad, ditunggu civitas akademika dan kampus-kampus lain untuk jangan hanya menjadi saksi bisu dalam penegakan demokrasi ke depannya. Masih banyak kawah candradimuka di republik ini yang biasanya berani berkata benar dan tidak gentar, misalnya (ini hanya contoh) UGM, UII, UIN di Jogja, Unair di Surabaya, Unand di Padang, Unhas di Makassar, UNJ di Jakarta dan ratusan kampus lain di republik ini yang masih punya hati nurani untuk berani memutar film "Dirty Election" dan menyelenggarakan diskusi dengan tema "Membongkar Aktor Intelektual Pemilu 2024" atau sejenisnya ini. Jadi saksi tidak bisu, siapa takut ...?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: