Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Masyarakat dengan Utang Dolar Wajib Waspada

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Masyarakat dengan Utang Dolar Wajib Waspada Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masyarakat Indonesia yang memiliki utang dalam mata uang dolar Amerika Serikat harus lebih waspada. Sejak awal tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah.

Berdasarkan data Bank Indonesia per 14 Juni, nilai tukar dolar Amerika menyentuh Rp16.374. Pada 2 Januari 2024, nilai tukar dolar Amerika masih berada di angka Rp15.000, sehingga terjadi pelemahan sebesar 901 poin atau 5,8%.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada April lalu. BI juga terus memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah melalui beberapa langkah lainnya, seperti menaikkan struktur suku bunga di pasar uang rupiah termasuk suku bunga surat berharga BI (SBI) sejalan dengan kenaikan BI rate serta meningkatnya imbal hasil Treasury Amerika Serikat dan premi risiko global. Langkah ini diambil untuk menjaga daya tarik imbal hasil dan aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa pelemahan rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya disebabkan oleh penguatan ekonomi Amerika Serikat yang diprediksi oleh IMF akan tumbuh sebesar 2,7% pada tahun 2024.

Baca Juga: Presiden Jokowi Sebut Aman Meskipun Rupiah Makin Lesu, Ini Tindakan Bank Indonesia

Penguatan ini mendorong arus investasi portofolio masuk ke Amerika Serikat, terlihat dari meningkatnya permintaan domestik dan kondisi ekonomi yang ekspansif. Masih kuatnya kinerja ekonomi Amerika Serikat, diikuti dengan laju inflasi yang tinggi, telah meningkatkan potensi penundaan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed, yang mengindikasikan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama.

Pelemahan nilai tukar rupiah berdampak signifikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dunia usaha. Kenaikan nilai tukar dolar Amerika menyebabkan naiknya harga bahan baku impor seperti BBM, elektronik, obat-obatan, dan pangan seperti beras, gandum, kedelai, dan gula.

Selain itu, kenaikan harga suku cadang dan mesin produksi impor menjadi tantangan bagi dunia usaha di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan inflasi dan mengurangi daya beli masyarakat Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: