Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menjadi saham perbankan KBMI IV yang dilirik oleh sekuritas asing. Saham bank dengan aset lebih dari Rp 1.000 triliun tersebut direkomendasikan beli karena fundamentalnya yang solid.
Equity Analyst OCBC Sekuritas, Budi Rustanto, CFA, FRM dan Farrell Nathanael merekomendasikan aksi beli untuk saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Mengutip risetnya yang dirilis pada 16 May 2024, kinerja BBNI tahun ini akan tetap terjaga baik mempertimbangkan pencapaian kuartal 1 dan strategi yang akan dijalankan oleh Manajemen kedepan.
Equity Analyst OCBC Sekuritas menyarankan untuk melakukan aksi beli. OCBC Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga Rp 6.100 per saham dengan asumsi ROE (Return on Equity) di level 13,3%. “Saham BNI saat ini diperdagangkan pada valuasi yang atraktif dengan PER sebesar 8,7x dan PBV 1,1x,” tulisnya.
Adapun, dari sisi kredit, diperkirakan pertumbuhan BBNI akan mencapai 9% year-on-year (yoy) sepanjang 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen yang berisiko rendah seperti kredit korporasi, kredit konsumen, serta pembiayaan oleh perusahaan anak terutama hibank dan BNI Finance.
Baca Juga: BNI Bagikan Remunerasi Saham, Total Rp61,68 Miliar
Sebagai Bank dengan track record panjang di segmen Korporasi, BBNI tentunya memiliki pipeline ekspansi yang tinggi di segmen ini, dan dengan fokus ekspansi pada perusahaan blue chip dan pemain utama di masing-masing sektor ekonomi, ekspansi yang berkualitas ini akan memberikan imbal hasil yang optimal.
Masih pada sisi kredit, manajemen BBNI juga menekankan akan mengoptimalkan turunan bisnis atau value chain dari nasabah korporasi dalam menumbuhkan segmen commercial. BBNI berencana meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi di kisaran 90-91% dengan lebih selektif dalam penyaluran pinjaman dalam mata uang dolar, demikian tertulis dalam riset tersebut.
Dari sisi Net Interest Margin (NIM), diharapkan di level 4,2% sepanjang 2024. Hal ini didukung oleh upaya loan repricing secara terbatas, serta efisiensi cost of fund melalui diversifikasi sumber pendanaan, antara lain yang direalisasikan BBNI melalui penerbitan obligasi global sebagai alternatif pendanaan di tengah tingginya cost of fund perbankan saat ini.
“Selain itu, BBNI akan meningkatkan pendapatan berbasis biaya (fee based income) dari perdagangan valas, sindikasi, dan surat berharga,” jelasnya.
Baca Juga: BNI Catat Laba Bersih Rp5,32 Triliun di Kuartal I 2024
Kemudian aspek yang ketiga yaitu dari sisi credit cost. credit cost (rasio penyisihan kerugian atau CKPN terhadap total kredit) diproyeksikan akan ada di kisaran 1% sepanjang 2024. Penurunan credit cost terutama akan berasal dari segmen korporasi yang kualitas aset nya sangat resilient, sedangkan biaya kredit di segmen lainnya diharapkan juga ada sedikit perbaikan. BBNI juga akan menjaga Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet yang sehat di level 2%.
Aspek lain yang juga disorot adalah keberhasilan transformasi perusahaan. BBNI sebagai bank BUMN tercatat sukses melakukan transformasi bisnis selama 4 tahun terakhir, dan menjadi bank yang mampu melewati pandemi covid-19. Pada tahun keempat transformasi, BBNI akan fokus pada peningkatan produktivitas bisnis di wilayah, produktivitas sentra bisnis komersial, dan peremajaan platform transaksi perbankan.
Upaya peningkatan produktivitas bisnis di wilayah antara lain dilakukan dengan melakukan peningkatan peran 72% frontliner (customer service) menjadi petugas layanan dengan role lebih besar di area penjualan. peningkatan role petugas pemasar (direct sales) dari product specialist menjadi generalist yang bertugas menawarkan banyak produk dan solusi keuangan, hingga penyelarasan kembali sistem manajemen kinerjanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement