Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenkes Sebut Banyak Warga Indonesia Masih Tak Paham Stunting

Kemenkes Sebut Banyak Warga Indonesia Masih Tak Paham Stunting Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Tim Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dhefi Ratnawati memaparkan jika Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan masyarakat masih belum sepenuhnya paham tentang stunting atau kekerdilan.

Pasalnya, baru 69,4% masyarakat Indonesia yang memiliki pemahaman yang benar tentang stunting. Dari data tersebut, jumlah masyarakat yang melakukan perubahan perilaku untuk mencegah stunting lebih sedikit lagi.

Baca Juga: Optimis Turunkan Prevalensi Stunting hingga 14 Persen Tahun Ini, Jokowi: Tidak Hanya Urusan Makanan

"Dari 69,4% yang tahu kemudian mau misalnya anaknya diberikan ASI saja sampai usia enam bulan, tidak akan semuanya," ujar Dhefi dalam keterangannya, Jumat (28/6/2024).

Maka dari itu, dia mengatakan bahwa seharusnya 100% masyarakat bisa memahami stunting dengan baik dan benar. Harapannya adalah akan lebih banyak masyarakat yang mau mengubah perilaku untuk mencegah stunting.

Mengubah perilaku masyarakat, kata Dhefi, juga memerlukan strategi komunikasi yang tidak mudah namun bisa dilakukan. Caranya, pesan yang disampaikan kepada publik harus mudah dipahami agar dapat diterima dengan baik.

Di satu sisi, wilayah setempat seperti kabupaten/kota juga perlu menyusun strategi komunikasi masing-masing. Hal ini dilakukan bisa dengan berbagai cara. Salah satunya menambahkan komponen lokal agar intervensi stunting lebih efektif. Sehingga pada akhirnya, penurunan stunting bisa lebih cepat tercapai.

Dhefi menjelaskan, kampanye perubahan perilaku mencegah stunting ini mengandung lima pesan kunci. Yang pertama adalah aktif minum tablet tambah darah. Kedua, pemeriksaan kehamilan secara teratur oleh ibu hamil minimal enam kali. dan yang ketiga, mencukupi konsumsi protein hewani. Sementara keempat adalah rutin datang ke Posyandu tiap bulannya. Dan kelima, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan ke buah hati tersayang.

"Pesan kunci yang kami buat bersama lintas sektor di pusat harus sama sampai ke daerah," kata Dhefi.

Berdasarkan data SKI, sambungnya, prevalensi stunting pada 2023 lalu mencapai angka 21,5%. Angka tersebut turun tipis dari prevalensi stunting pada 2022 sebesar 21,6%. Angka-angka tersebut masih jauh dari target penurunan stunting pada 2024 yakni 14%.

Baca Juga: Pj Gubernur Al Muktabar Canangkan Gerakan Serentak Cegah dan Tanggulangi Stunting Provinsi Banten

"Kita harus bergerak cepat, tidak hanya tenaga kesehatan saja, tapi pemangku kepentingan di daerah, bapak-ibu sebagai masyarakat, komunitas, mungkin yang bergerak di PKK, kader, juga harus melakukan hal yang sama," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: