Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Biodiesel, Harapan Baru Petani Kelapa Sawit di Indonesia

Program Biodiesel, Harapan Baru Petani Kelapa Sawit di Indonesia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Provinsi Riau, Suher, menjelaskan bahwa program biodiesel yang digadang-gadang oleh Indonesia merupakan harapan bagi para petani sawit. Pasalnya, harga Tandan Buah Sawit (TBS) tergantung kepada harga crude palm oil (CPO) apalagi biodiesel.

Apabila TBS terserap CPO lalu diolah menjadi biodiesel, Suher memastikan bahwa harga TBS petani akan tetap normal. Apalagi, harga TBS petani naik setelah program B30 naik ke B35.

Baca Juga: Dinilai Masih Kurang, Dana Peremajaan Sawit Rakyat Seharusnya Capai Rp60 Juta/hektar

“Terasa naik (harga TBS). udah jelas dari B30 ke B35 sudah jauh ada perbedaan harga. Itu (B30 ke B35) harga petani cukup naik,” ucap Suher dalam akun TikTok DPP APKASINDO, dikutip Warta Ekonomi, Selasa (2/7/2024).

Di sisi lain, semakin banyak CPO domestic terserap oleh industri dalam negeri, otomatis CPO makin langka. Dan secara tidak langsung, harga TBS petani akan naik.

“Artinya ada hubungannya kepada kenaikan harga CPO yang diikuti oleh kenaikan harga TBS,” tutur Suher.

Hal tersebut juga diamini oleh Ketua Umum APKASINDO, Gulat ME Manurung. Menurut Gulat, adalah hal yang wajar ketika perusahaan produsen FAME (Fatty Acid Methyl Ester) atau biodiesel mendapatkan untung. Keuntungan tersebut juga berasal dari harga yang telah diatur oleh pemerintah melalui peraturan menteri perdagangan, peraturan menteri keuangan, dan pihak-pihak yang terkait.

“Tidak ada disitu untung berlebih. Semuanya dikatrol oleh aturan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) dan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag),” jelas Gulat.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa harga referensi merupakan patokan dari penetapan harga biodiesel atau pembelian dari CPO. Sehingga, wajar saja jika korporasi memperoleh keuntungan dari sektor tersebut.

“Ada juga biaya olah, dan biaya angkut. Itu adalah bagian yang tidak lepas dari harga biodiesel tersebut,” kata Gulat.

Lebih lanjut, Gulat menjelaskan beberapa manfaat dari program biodiesel. Pertama, petani mendapatkan harga yang cocok untuk harga TBS. meskipun belum maksimum, namun harga saat ini sudah progresif. Sementara yang kedua, biodiesel berguna bagi anak bangsa khususnya biodiesel program subsisi lantaran yang menggunakan adalah mereka yang membutuhkan. Seperti rakyat kecil, supir truk, nelayan, dan lain-lain.

“Ketiga, menghemat devisa negara sebesar 35% dari impor solar kebutuhan nasional. Dengan menggunakan biodiesel B35, berarti menghemat 35% devisa negara. Keempat, memperkuat ketahanan energi nasional. Dan kelima adalah multiplier effect dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Banyak yang terbantu,” pungkas Gulat.

Baca Juga: APPKSI: Pabrik Sawit Tanpa Kebun Jadi Ancaman Baru dalam Industri

Untuk diketahui, multiplier effect adalah pengaruh meluas yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan ekonomi dimana peningkatan pengeluaran nasional sehingga memengaruhi peningkatan pendapatan dan konsumsi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: