Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Erliza Hambali menjelaskan bahwa Indonesia harus memaksimalkan nilai tambah dari program hilirisasi kelapa sawit agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam keterangannya, Erliza menyebut jika sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia sudah sepantasnya menjadi nilai tambah. Bukannya negara lain.
Baca Juga: 5 BBM Alternatif Dikembangkan Indonesia, Ada Bahan Dasarnya Pakai Sawit!
Maka dari itu, jika saat ini Indonesia baru berhasil membuat 100 jenis produk dari hilirisasi kelapa sawit, maka ke depannya diharapkan mampu membuat lebih dari 500 jenis produk.
Guna mewujudkan berbagai produk dari hilirisasi kelapa sawit, Erliza menuturkan jika IPB menyarankan pentingnya kolaborasi serta kerja sama dengan berbagai pihak terutama perguruan tinggi di provinsi yang menghasilkan kelapa sawit.
Adapun berdasarkan catatan dari IPB, ada 26 provinsi di tanah air yang termasuk sebagai daerah penghasil kelapa sawit yang mana 22 di antaranya merupakan kategori penghasil terbesar.
“Jadi, kalau dosen, peneliti, mahasiswa dan pihak lainnya ikut memikirkan dan mencari satu juta kebaikan sawit maka tujuan menciptakan produk hilirisasi tadi bisa terwujud,” ujar Erliza dalam keterangannya, dikutip Warta Ekonomi, Kamis (4/7/2024).
Sementara itu, IPB University menurut Erliza telah banyak berkontribusi dalam riset terkait kelapa sawit. Di antaranya yakni pembuatan surfakta dari minyak sawit.
Dalam keterangan yang sama, Wakil Rektor IV Universitas Andalas (Unand) Bidang Perencanaan, Riset, Inovasi, dan Kerjasama, Henmaidi, menjelaskan jika sebuah riset yang dilakukan perguruan tinggi ini bertujuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.
“Jadi riset yang dilakukan perguruan tinggi itu untuk memberikan kemanfaatan kepada masyarakat,” ujar dia.
Baca Juga: Masuk Juli, Harga Indeks Pasar Biodiesel Sawit Tercatat Naik Rp384/Liter
Perguruan tinggi tertua di luar Pulau Jawa tersebut juga berhasil menciptakan sebuah alat untuk pendeteksi kematangan buah kelapa sawit. Sensor ini dapat membantu petani dalam menentukan tingkat kematangan buah sawit yang lebih akurat, dan tepat waktu sehingga dapat mengoptimalkan waktu panen dan pengolahannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement